23. | Dendam

46.5K 4.8K 62.4K
                                    

"Kalo lo mati disini, gue gak sudi kubur mayat lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kalo lo mati disini, gue gak sudi kubur mayat lo." Kata Alanska.

Jujur saja, dalam hati Alanska tak kuasa mengatakan itu semua pada Laura. Namun apa daya? Ia harus membuat benteng pertahanan diri agar terlihat tegar dan menakutkan didepan Laura agar gadis itu percaya bahwa Alanska akan melindunginya. Walau terdengar sakit. Tapi Alanska ingin perlahan menerimanya.

"Tapi kan Loly belum mati! Lagian gak mau mati sekarang kan belum ngelahirin monyet-monyet unyu sama kamu,"

"Makan!"

Laura menggeleng, "Gak laper masa dipaksa makan kan enèg, gaenak ah mending kamu paksa diri kamu buat makan pas lagi gak laper. Enak gak?"

Alanska tak menanggapi.

"Tuh kan gak mau! Maksa orang bisa tapi maksa diri sendiri gak bisa. Nih ya Ska, segala sesuatu yang dipaksain tuh gak bagus, sama kayak maksa buat hidup bersama tapi, hatinya buat orang lain." Laura tertusuk omongannya sendiri.

"Calon mayat udah bisa nyindir diri sendiri ya?" Sindir Alanska.

"Bener kok, Loly calon mayat, kamu juga calon mayat. Sama-sama calonin jadi mayat berarti kita jodoh abadi dong!"

"Wih bangga bet jadi calon mayat hahay, gelar mayat euy sarjana perbucinan bertepuk sebelah tangan duh kacian, gapapa deh yang penting udah halal ye gak?" Laura selalu nampak ceria dimata Alanska.

"Cepat makan apa susahnya sih?! Perlu gue sogok makanannya ke mulut lo pake cangkul biar tuh makanan masuk hah?!" Alanska masih bersikeras dengan membentak.

Laura memutarkan bola matanya kesal. "Gausah bentak bisa kan?"

Hati Alanska teriris mendengarnya. Sungguh lantai berniat sedikitpun untuk kembali melukain Laura. Apakah caranya sedikit salah?

Terpaksa Laura mengambil sendok plastik itu mulai menyuapi bubur ke mulutnya dengan perasaan kesal. Bagaimana tidak kesal, Laura dibawa pergi lelaki dihadapannya ini ke tempat gudang kosong yang nampaknya teramat jauh dari rumah sakit apalagi rumahnya. Laura benar-benar mengikuti Alanska berlari saat dilorong rumah sakit, infusnya terpaksa ia cabut dengan keras sehingga darah ditangannya bercucuran ditanah.

"Harus berapa kali gue bilangin sih?!!! Gausah ikutin gue kalo lo masih mau hidup!"

"Lebih baik gue yang mati daripada kamu, Lauu..."

Laura hanya bisa menahan sakit tanpa memperdulikan Alanska. Ia terus berlari hingga kakinya tersandung saat berlari mengikuti Alanska ditaman belakang rumah sakit. Gadis itu menatap pilu ketika punggung Alanska tak lagi terlihat, nampaknya Alanska telah meninggalkannya begitu saja dengan luka dilutut dan darah dipunggung tangan.

"E-eh?" Tubuhnya terasa melayang. Sontak Laura mengalungkan kedua tangannya, dileher Alanska.

Tanpa memulai kata Alanska membawanya pergi. Laura percaya, Alanska tak kan meninggalkannya.

ALANSKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang