14th Fragment

3 0 0
                                    

"Aku pulang."

Hari telah petang saat Rio masuk ke dalam rumah. Tangannya menenteng sebuah kotak berwarna putih—satu buah cheese cake sedang yang dibelinya dari Tower Café saat ia dan teman-temannya akan pulang. Entah kenapa saat Rio akan bergegas pulang, ia teringat akan pembicaraannya dengan Arisa di sore hari itu.

"—jangan lupa untuk memperlakukan keluarga masa lalu-mu dengan baik."

"..."

Rio sempat bingung ketika ia harus memilih apa yang akan ia bawa pulang dari tempat ini. Wajahnya melongok beberapa kali untuk memerhatikan nama-nama dari menu yang tersedia dan sekiranya cocok untuk semua orang di rumah. Namun sekeras apapun Rio berpikir, ia tak mengerti harus membawa apa.

Karena memang ia tak pernah melakukan hal ini sebelumnya di masa depan. Jadi gagasan yang tiba-tiba itu—membawakan sesuatu untuk orang rumah—sangat asing bagi Rio.

Hanya saja ia tetap merasa harus melakukannya, sehingga ia memutuskan untuk menimang-nimang lagi apa yang perlu ia beli.

"Rio, sedang bingung apa?" Rita tiba-tiba muncul dari samping lelaki itu.

"Ah, tidak. Aku masih bingung tentang apa yang harus kubawa pulang."

"Untuk orang-orang di rumah?"

Rio mengangguk. Rita mendekat dan memeriksa daftar menu yang berada dekat dari meja kasir bersama-sama. Matanya sempat terpaku pada satu nama sembari memikirkan kemungkinan pilihan yang lain. Setelah beberapa menit melihat untuk yang terakhir kalinya, telunjuk Rita mengarah salah satu menu yang ia yakini cukup tepat.

"...cheese cake?" tanya Rio tidak begitu yakin.

"Yup. Tidak ada salahnya untuk membawa cake ke rumah. Kecuali jika keluarga masa lalu-mu ada yang alergi keju atau produk susu, mungkin."

"Seingatku, tidak ada anggota keluargaku yang alergi dengan produk susu. Aku telah membaca biodata mereka dengan hati-hati di cincin komunikasi-ku."

"Baguslah kalau begitu. Menurutku, cheese cake adalah pilihan yang bagus," ujar Rita dengan intonasi suara yang ramah.

Rio mengangguk mantap. Ia tak mempunyai keputusan yang tepat dalam hal ini sehingga lebih baik mengikuti saran temannya saja. Sebuah cheese cake sedang mungkin sudah cukup.

"Terima kasih banyak, Rita. Aku benar-benar terbantu," ujar Rio sungguh-sungguh.

"Tidak masalah," jawabnya dengan nada ceria.

Jadi, Rio cukup berharap banyak dengan cheese cake ini untuk diterima oleh keluarga masa lalu-nya. Perasaannya tidak menentu saat ia berjalan ke meja makan dan meletakkan kotak kue itu. Saat lelaki itu memerhatikan ruangan yang lain, ibunya tampak asyik melihat tayangan di televisi ditemani oleh Arnando dan Vemia.

"Aku bawa cheese cake, nih. Ada yang mau?" panggil Rio dari meja makan. Sontak, ketiga orang itu mendekat dan memeriksanya tampaknya sang ibu cukup semringah. Dengan sabar, beliau membuka seluruh kotak itu dan memindahkan kue it di atas piring dan membelahnya sesuai proporsi yang adil.

"Nah, yang lainnya ambil sendiri, ya," ungkap ibu dan duduk di meja makan untuk menikmati cemilannya.

"Ayah ke mana?" tanya Rio.

"Tadi dia keluar sebentar. Ada perlu katanya," jawab salah satu adik kembarnya.

"Ah, begitu. Jadi, lebih baik kita sisakan untuk Ayah," saran Rio.

Arnanddo tak masalah dengan hal itu dan mengambil potongan cheese cake-nya, lalu menikmati cemilan itu dengan segera di meja makan, bergabung dengan sang ibu. Rio juga melakukan hal yang sama dan bergabung, karena ia rasa kebersamaan seperti ini juga berperan penting dalam bersosialisasi dengan keluarga masa lalu.

Es Krim Untuk BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang