BAB 5

2.8K 57 2
                                    

Senin pagi, Randy baru saja tiba di kantornya. Rika, sekretarisnya sudah mengetahui bahwa hari ini akan ada seorang wanita yang datang untuk interview secara khusus dengan Randy yang akan menggantikan posisi Rika sebagai sekretaris. Tepat pukul 9 pagi, Rika mengetuk pintu ruang kerja Randy dan memberitahukan padanya bahwa wanita yang akan melakukan interview kerja sudah datang. Randy meminta Rika untuk menyuruh wanita itu menunggu di ruang rapat. Rika pun menutup pintu ruang kerja Randy dan mengantar wanita itu ke ruang rapat. Sepuluh menit kemudian, Randy masuk kedalam ruang rapat bersama dengan Rika sekretarisnya.

“Selamat pagi maaf sudah menunggu lama” ucap Randy saat masuk ke dalam ruang rapat itu

“tidak apa-apa pak” ucap wanita itu. Randy pun duduk di kursi yang berhadapan dengan wanita itu, Rika sekretarisnya duduk di sebelah Randy.

“mba Rika, CV mba nya ini mana?” tanya Randy pada Rika sekretarisnya

“ini pak” Rika memberikan kertas CV milik wanita itu pada Randy

“saya sudah dengar pengalaman kerja kamu dari kakek saya. Walaupun kamu anak pak Haris, saya gak akan lembut sama kamu. Jika kamu melakukan kesalahan, saya akan tetap menegur kamu sama seperti karyawan lainnya” ucap Randy
ku sambil membaca CV milik wanita itu

“saya akan merasa sangat berterimakasih pada bapak jika seperti itu pak. Mohon kesampingkan fakta bahwa saya adalah puteri dari pak Haris. Karena saya ingin menunjukkan kinerja saya dengan baik” jawab wanita itu. Randy yang masih membaca CV wanita itu hanya menjawab dengan anggukan kepala

“so. Mba Diah Gantari Diatmika. Nama panggilannya apa?” tanya Randy

“Diah saja pak” jawab Diah

“karena pengalaman kerja mba Diah sudah tiga tahun sepertinya saya tidak perlu menjelaskan job desk mba Diah. Dari yang saya lihat mba Diah juga sepertinya orang yang percaya diri. Kapan mba Diah siap mulai bekerja?” tanya Randy

“saya siap bekerja segera mungkin pak” jawab Diah

“oke kalau begitu besok mba Diah silahkan datang jam 8 pagi. Mba Rika mulai besok akan mengajari mba Diah semuanya dan mengenalkan mba Diah pada staff perusahaan” ucap Randy

“baik pak” jawab Diah

“selamat datang di perusahaan kami, mba Diah” Randy bangun dari duduknya dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Diah. Diah juga mengulurkan tangannya dan berjabat tangan dengan Randy

Randy berjalan keluar ruang rapat dan kembali menuju ruang kerjanya. Rika tetap di ruang rapat karena harus memberitahu Diah beberapa point penting menjadi sekretaris Randy.

“silahkan duduk dulu mba Diah. Saya akan menjelaskan beberapa point penting” Rika mempersilahkan Diah yang tadi berdiri untuk duduk kembali di kursinya. Diah pun duduk kembali di kursinya

“pertama, mba Diah gak boleh pakai rok selama bekerja sebagai sekretaris pak Randy” ucap Rika

“kenapa mba?” tanya Diah

“pak Randy sering kali bekerja dikejar oleh waktu. Pak Randy selalu berjalan dengan langkah yang cepat. Karena kita akan selalu mengikuti rapat yang dihadiri pak Randy, kita juga harus menyeimbangkan kecepatan langkah pak Randy. Jadi pak Randy meminta sekretarisnya tidak memakai rok karena itu bisa menghambat langkah kaki kita” jelas Rika. Diah menganggukkan kepalanya mengerti

“kedua, jangan pernah menanyakan makan siang pak Randy. Karena pak Randy yang akan meminta sendiri kepada kita jika beliau memang makan siang di kantor” ucap Rika

“ketiga, jangan perbolehkan siapapun merapihkan meja kerjanya. Yang boleh merapihkan meja kerja beliau hanya beliau sendiri dan sekretarisnya. Walaupun petugas kebersihan datang, jangan pernah izinkan petugas itu membersihkan ruang kerja pak Randy” ucap Rika

“itu aja yang harus selalu mba Diah ingat saat menjadi sekretaris pak Randy” lanjut Rika

“baik mba. Akan saya ingat” ucap Diah

Diah pun berjalan menuju keluar gedung untuk kembali pulang kerumah. Rika melanjutkan pekerjaannya. Randy sedang sibuk membaca laporan yang diserahkan oleh Rika sekretarisnya. Tak ada jadwal rapat hari ini jadi Randy bisa pulang tepat waktu dan menjemput Zia istrinya. Waktupun berlalu, tepat jam 4 sore, Randy keluar gedung kantornya dan melajukan mobilnya menuju kantor Zia. Saat tiba di kantor Zia, Randy sudah melihat Zia yang sedang duduk menunggunya. Mereka pun kembali pulang kerumah. Sesampainya dirumah mereka mandi dan makan malam bersama. Zia membuatkan teh hangat untuk Randy yang sedang duduk di balkon kamar mereka.

“makasih sayang” ucap Randy pada Zia saat Zia meletakkan teh hangat itu diatas meja dan dijawab dengan senyuman

“gimana sekretaris barunya mas?” Zia duduk di samping Randy

“dilihat dari CV nya sih oke. Besok dia di training sama Rika” ucap Randy

“kamu gimana kerjanya hari ini?” tanya Randy

“lancar mas gak ada yang spesial” jawab Zia

“jangan paksa diri kamu ya Zi. Kamu gak kerja pun gak masalah buat saya” ucap Randy

“iya mas. Kalau sekiranya aku gak kuat, aku pasti berhenti kerja kok” ucap Zia

“yaudah kalau begitu” ucap Randy



Pagi pun tiba. Randy baru saja tiba di kantornya dan melihat Rika juga Diah sedang duduk berdampingan di balik meja sekretaris yang ada tepat di depan ruang kerja Randy. Randy menyuruh Rika memperkenalkan Diah pada staff office lainnya. Rika dan Diah pun berjalan menuju ke ruang kantor staff lain nya. Rika memperkenalkan Diah kepada para staff. Setelah selesai mereka kembali ke meja sekretaris. Rika menjelaskan dengan detail apa yang harus Diah kerjakan saat menjadi sekretaris Randy. Hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 1 siang. Ada seorang lelaki datang menghampiri meja kerja Rika. Yang tak lain adalah Adam sahabat Randy.

“Rik, Randy ada di dalam kan?” tanya Adam pada Rika

“ada pak” jawab Rika

“saya udah buat janji sama dia. Bisa langsung masuk kan?” tanya Adam

“iya pak silahkan” Rika bangkit dari duduknya dan mengetuk pintu ruang kerja Randy. Randy mempersilahkan Rika masuk, dan Rika mempersilahkan Adam masuk. Rika pun kembali ke meja kerjanya.

“sibuk ?” tanya Adam pada Randy sambil duduk di kursi tamu yang ada di ruang kerja Randy

“gak” Randy menaruh sekumpulan kertas yang baru saja ia baca keatas mejanya

“kenapa dam?” tanya Randy sambil berjalan menghampiri Adam dan duduk di hadapan Adam

“kapan mau main golf lagi? Bosen banget gw main berdua doang sama Ben” ucap Adam

“gw kira ada apa lo ngajak ketemu” ucap Randy

Tok…tok…tok… pintu ruang kerja Randy terbuka dan Rika masuk membawa nampan kecil berisi dua cangkir teh hangat. Rika meletakkannya di atas meja di hadapan Randy dan Adam.

“makasih mba Rika” ucap Randy

“baik pak” ucap Rika dan dia pun berjalan keluar ruang kerja Randy

“ngomong-ngomong lo punya dua sekretaris?” tanya Adam sambil menyeruput teh hangatnya

“gak. Rika mau resign, jadi itu yang diluar pengganti Rika. Lagi di training sama Rika” jawab Randy

“oh gitu…jadi gimana kapan lo main golf lagi?” tanya Adam

“gw belum ngomong sama Zia” jawab Randy

“ajak aja ke lapangan atau lo ajarin dia golf. Jadi kita bisa main bareng kan” ucap Adam

“nanti gw kabarin deh. Biar gw ngomong dulu sama Zia” ucap Randy

“oke kalau gitu” ucap Adam
Randy dan Adam pun berbincang-bincang cukup lama hingga waktu menunjukkan pukul 3 sore. Adam dan Randy berjalan keluar ruang kantor bersama-sama.

“mba Rika saya pulang lebih awal. Besok ada rapat gak?” tanya Randy pada Rika

“besok pagi gak ada rapat pak tapi bapak ada rapat dengan pak Tony jam 2 setelah makan siang” jawab Rika

“bahan rapat kirim email ke saya ya mba” ucap Randy

“kalau begitu saya pulang dulu. Terimakasih kerja kerasnya hari ini mba Rika dan mba Diah” lanjut Randy

Randy dan Adam pun keluar gedung dan masuk kedalam mobil mereka masing-masing. Adam pulang ke rumahnya, Randy melajukan mobilnya menuju kantor Zia. Tepat jam 4 sore, Randy tiba di kantor Zia. Tak lama kemudian, Randy melihat Zia keluar dari kantornya. Randy pun melajukan mobilnya dan menghentikannya tepat di depan Zia yang sedang berdiri di luar gedung kantor. Zia pun masuk ke dalam mobil.

“buat istri saya yang paling cantik” Randy memberikan satu buket bunga mawar merah yang sudah ia beli. Zia mengambil buket bunga itu dan mencium harum bunga mawar itu.

“makasih mas” Zia mencium pipi Randy sebagai ungkapan terimakasihnya

“sama-sama sayang” Randy tersenyum puas melihat Zia yang senang dengan hadiah kecil yang ia berikan itu

Randy melajukan mobilnya menuju rumah mereka. Selama di perjalanan, Randy seringkali memegang dan mencium tangan Zia. Randy memang lelaki yang romantis tapi baru kali ini Zia merasa apa yang Randy lakukan memiliki maksud tersendiri. Setibanya mereka dirumah, Zia segera mandi dan menuju dapur untuk membuat makan malam. Saat Zia sedang mengaduk-aduk masakannya, Randy datang dan memeluknya dari belakang.

“mas, aku masih masak. Ini panas, bahaya” ucap Zia namun Randy tak menggubrisnya

“mending mas tolongin Zia deh” ucap Zia

“apa sayang?” tanya Randy

“tolong taruh piring diatas meja makan dan siapin air minum. Sebentar lagi ini matang” ucap Zia

“oke sayang” Randy mencium pipi Zia dan melakukan apa yang diucapkan Zia

Tak lama kemudian, masakan pun matang dan mereka menyantap makan malam mereka. Zia sebenarnya merasakan hal aneh. Zia tahu bahwa ada yang Randy ingin bicarakan padanya, namun Zia sengaja tak menanyakannya. Zia akan menunggu hingga Randy bicara sendiri padanya. Setelah makan malam selesai, Zia pun mencuci piring kotor. Randy kembali datang menghampiri Zia dan memeluknya dari belakang. Zia yang frustasi melihat suaminya masih belum berani bicarapun akhirnya memberanikan diri bicara pada Randy.

“mas mau ngomong apa sama Zia?” tanya Zia. Randy yang sedang menyenderkan kepalanya di bahu Zia pun terkejut dan mengangkat kepalanya dari bahu Zia

“ketahuan banget ya kalau saya mau ngomong sesuatu sama kamu?” tanya Randy

“iya. Mau ngomong apa mas?” tanya Zia sambil melanjutkan mencuci piringnya

“nanti deh selesai kamu cuci piring” ucap Randy

“mau sambil ngeteh?” tanya Zia

“gak sayang” jawab Randy

“kita ngobrol di atas kasur aja biar romantis” bisik Randy tepat di telinga Zia. Zia pun tertawa kecil mendengar bisikan suaminya itu

“yaudah mas tunggu di kamar aja. Biar Zia selesaiin cuci piring dulu” ucap Zia

“gak ah. Saya mau lihat betapa sexy nya istri saya kalau lagi cuci piring” ucap Randy

“atau tolongin Zia lagi mau gak?” tanya Zia

“mau dong. Apa sayang?” ucap Randy

“tolong kunci semua pintu dan jendela mas” pinta Zia

“oke sayang” jawab Randy

Randy pun mengunci semua pintu dan jendela rumahnya. Setelah selesai, Randy kembali ke dapur dan melihat Zia sedang mengelap meja dapur mereka. Randy duduk di meja makan menunggu Zia menyelesaikan kegiatannya. Tak lama kemudian Zia selesai dan mengajak Randy untuk kembali ke kamar. Mereka pun duduk bersandar di atas kasur.

“mau ngomong apa mas?” tanya Zia membuka pembicaraan

“janji kamu gak marah ya sama mas” pinta Randy

“tergantung dong mas. Tergantung apa yang mas ucapin” ucap Zia

“mas boleh gak main golf lagi?” tanya Randy dengan hati-hati

“boleh dong mas” jawab Zia

“kamu gak marah?” tanya Randy

“gak dong. Itu kan hobby mas sejak lama. Zia gak mau menghalangi mas melakukan hobby mas. Memang seharusnya Zia marah ya?” tanya Zia

“kalau main golf kan pasti ketemu caddy. Sekarang udah gak ada juga caddy laki-laki. Mas takut kamu salah paham dan malah marah sama mas” ucap Randy

“memang mas mau main golf sendiri aja?” tanya Zia

“gak dong. Iseng banget main golf sendirian. Mas main sama Adam dan Ben seperti biasanya” jawab Randy

“terus kenapa Zia harus salah paham? Lagipula Zia percaya kok sama mas. Kalaupun mas berani main belakang sama caddy mas nanti, pasti udah babak belur duluan dihajar pak Adam dan pak Ben” ucap Zia

“iya juga sih. Tapi kamu beneran ngizinin mas main golf lagi? Atau kamu mau ikut mas main golf? Atau mas ajarin kamu main golf aja deh biar kita bisa main golf bar…” belum selesai Randy bicara, Zia memegang wajah Randy dan mencium bibirnya agar Randy berhenti bicara

“reng” Randy menyelesaikan ucapannya setelah Zia melepas ciumannya. Randy menatap Zia bingung

“Zia beneran ngizinin mas main golf. Zia percaya sama mas. Jadi Zia gak perlu ikut mas main golf dan mas gak perlu ngajarin Zia main golf. Golf sudah jadi hobby mas sejak lama. Toh mas juga main golf gak setiap hari. Dan lagi, Zia kan kerja mas. Jadi gak bisa main  bareng mas” ucap Zia

“iya sih tapi…” ucap Randy

“kalau gak mau main golf dirumah aja. Jangan banyak tapi nya” ucap Zia tegas

“oke oke ampun. Istriku bisa tegas juga. Tapi makasih ya Zi kamu udah ngertiin saya” Randy memeluk erat tubuh Zia

“iya sama-sama mas. Yang penting mas kabarin Zia kalau mau main golf ya” pinta Zia

“iya sayang, pasti” jawab Randy

Zia melihat jam di dinding dan mengajak Randy untuk beristirahat tidur karena besok mereka masih harus bekerja. Merekapun tidur dengan saling berpelukan.

Storm (21+) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang