BAB 8

1.6K 53 2
                                    

Hari demi hari berlalu hingga satu tahun sudah berlalu. Hari ini Melisa mami Randy meminta Zia untuk menemaninya berbelanja. Melisa meminta Zia untuk datang kerumahnya terlebih dahulu pada jam 1 siang. Zia pun datang kerumah Melisa tepat jam 1 siang. Mereka bersiap dan mereka pun pergi ke sebuah pusat perbelanjaan diantar oleh supir pribadi Melisa. Merekapun berjalan mengelilingi mall dan masuk ke dalam butik satu persatu untuk mencari apa yang dicari oleh Melisa. Hingga tepat jam 5 sore, mereka kembali kerumah Melisa. Hari ini Randy akan telat pulang kerumah karena sedang berada di Bandung untuk mengurus pekerjaannya.

“Zi, kakek bisa bicara sama kamu sebentar?” tanya Syarief, kakek Randy

“iya kek bisa” jawab Zia

Kakek Syarief berjalan menuju meja santai dibelakang rumah dan diikuti oleh Zia. Seorang maid menaruh dua cangkir teh hangat diatas meja mereka. Sedangkan Melisa sedang berada di kamarnya untuk merapihkan semua barang belanjaannya.

“usia pernikahan kamu dan Randy sudah satu tahun lebih ya?” tanya kakek

“iya kek” jawab Zia

“kamu tahu kan hal yang penting di setiap rumah tangga” ucap kakek Syarief. Zia hanya diam tak mengerti maksud ucapan kakek Syarief

“anak” lanjut kakek Syarief.

Deg! Jantung Zia terasa dipukul. Zia merasa malu dan juga takut saat mendengar kakek Syarief yang membicarakan seorang anak. Karena Zia masih belum bisa memberikan seorang anak untuk Randy hingga saat ini.

“apa kamu sudah coba periksa ke dokter?” tanya kakek Syarief

“sudah kek. Dokter bilang Zia mengalami kondisi hypothalamic dysfunction, terjadi karena dua hormon yang dihasilkan kelenjar pituitari untuk menstimulasi proses ovulasi setiap bulannya mengalami perubahan. Penyebabnya mungkin stres” jawab Zia

“apa dokter bilang ke kamu kapan kamu bisa hamil?” tanya kakek Syarif

“dokter gak bisa pastiin kek kapan Zia bisa hamil” jawab Zia sambil menundukkan kepalanya

“kalau Randy bahagia, kamu pasti bahagia kan Zi?” tanya kakek Syarief

“iya kek. Zia pasti sangat bahagia kalau melihat mas Randy bahagia” jawab Zia

“umur kakek juga semakin tua, kakek gak tau kapan kakek akan meninggalkan dunia ini. Begitu juga dengan Melisa ibu mertuamu” kakek Syarief berhenti sejenak sebelum melanjutkan ucapannya

“Randy juga pasti sangat ingin memiliki anak sesegera mungkin. Jika kakek meminta izin sama kamu untuk mengizinkan Randy menikah lagi dengan wanita lain, apa kamu setuju?” tanya kakek Syarief

Jantung Zia berdegup kencang, dada Zia sangat sakit terasa seperti ditusuk pisau ribuan kali. Matanya dipenuhi air mata namun Zia menahannya agar tak jatuh membasahi pipinya. Zia tetap menundukkan kepalanya tak bisa menatap mata kakek Syarief. Bukan salahku jika aku masih belum juga hamil. Aku juga sangat menginginkan seorang anak lucu yang akan menjadi Randy junior atau Zia junior. Batin Zia.

“kakek tidak bermaksud menyinggungmu tapi kita harus realistis. Saya ingin cicit, Melisa ingin cucu dan Randy ingin seorang anak. Jika kamu tak bisa memberikannya, izinkan wanita lain untuk memberikan apa yang kami mau” ucap kakek Syarief. Zia hanya terdiam mencoba untuk menguatkan hatinya.

“apa ada wanita yang mau menjadi istri kedua mas Randy kek?” tanya Zia sambil menahan kesedihannya

“kakek sebenarnya sudah menemukan satu wanita yang mungkin mau menjadi istri kedua Randy” jawab kakek Syarief

“siapa kek? Apa mas Randy kenal dengan wanita itu? Apa Zia juga kenal dengan wanita itu?” tanya Zia yang masih menundukkan kepalanya

“Diah” jawab kakek Syarief

“Diah? Sekretaris mas Randy?” Zia terkejut mendengar ucapan kakek Syarief

“iya. Kakek sudah mengenal lama keluarga pak Haris. Kakek juga mengenal Diah dengan baik” jawab kakek Syarief

Apa dari awal ini adalah rencana kakek? Yang meminta mas Randy memperkerjakan Diah sebagai sekretarisnya lalu dijadikan istri keduanya? Batin Zia

“apa mas Randy juga mau menikah dengan Diah kek?” tanya Zia

“Randy bahkan gak tau kakek bicara ini dengan kamu. Kakek bicara ini padamu karena kakek mau kamu yang meminta Randy untuk menikah lagi. Karena jika kakek yang memintanya, Randy tak akan mau menikah lagi” jawab kakek Syarief

“Randy mencintai kamu jadi dia pasti akan mendengar perkataanmu” lanjut kakek Syarief

“sekarang yang membuat Randy bahagia hanyalah kehadiran seorang anak. Kamu bilang kamu akan bahagia jika Randy bahagia. Jadi kakek mohon buatlah Randy bahagia” ucap kakek Syarief. Zia menahan kesedihannya yang sudah membuat dadanya terasa sesak.

Aku memang sangat mencintai mas Randy dan sangat ingin melihat mas Randy bahagia. Tapi apakah aku bisa merelakan mas Randy menikah lagi dengan wanita lain yang tak lain adalah sekretaris mas Randy sendiri? Apakah aku rela mas Randy membagi cintanya dengan wanita lain? Batin Zia

“Zia akan coba bicara dengan mas Randy kek” jawab Zia terpaksa. Zia sebenarnya tak ingin menuruti permintaan kakek Syarief, tapi Zia ingat semua perbuatan baik kakek Syarief padanya dan juga keluarganya.

“terimakasih kamu sudah mengerti maksud kakek” ucap kakek Syarief

Kakek Syarief berjalan masuk kedalam rumah. Zia mendengar Melisa, mami Randy bicara dengan para maid di dapur. Zia menenangkan hatinya dan berjalan masuk kedalam rumah. Zia berpamitan pada Melisa dan kakek Syarief untuk kembali kerumahnya sendiri. Melisa menahan Zia agar Zia makan malam bersama terlebih dahulu sebelum pulang kerumah. Namun zia menolak dengan halus ajakan Melisa. Zia pun pulang kerumahnya diantar oleh supir pribadi Melisa. Dalam perjalanan, Zia tak bisa lagi menahan kesedihannya mengingat ucapan kakek Syarief. Air matanya mengalir sangat deras dan membasahi kedua pipinya.

Tepat jam 9 malam, Zia masih termenung duduk di ruang tamu sambil menunggu kedatangan Randy suaminya pulang. Tak lama kemudian pintu rumah terbuka dan Randy masuk kedalam rumah sambil mengucapkan salam. Zia menjawab salam itu, mencium punggung tangan Randy dan membawakan tas kantor milik suaminya itu.

“aduh istri aku sampai nungguin aku pulang kerja. Sweet banget sih” Randy memeluk Zia

“mandi dulu mas” Zia melepaskan pelukan Randy

“oke oke mas mandi dulu. Mas emang udah bau keringet” Randy berjalan ke kamar mandi yang ada di kamarnya di lantai dua. Zia juga mengikuti Randy berjalan ke kamar mereka. Zia meneteskan air matanya lagi namun Zia segera menghapusnya agar Randy tak melihatnya.

“Zi, saya besok ada dinas ke luar kota selama tiga hari” ucap Randy saat Randy baru saja selesai mandi

“kemana mas?” tanya Zia

“sukabumi” jawab Randy

“sendiri atau sama sekretaris mas?” tanya Zia

“sendiri dong sayang” jawab Randy

“selama mas di Sukabumi, Zia boleh gak ketemu Ria? Sehari aja?” tanya Zia

“boleh kok sayang. Kamu mau minta Ria nginep disini temenin kamu juga gak apa-apa” jawab Randy

“makasih mas” ucap Zia

“yaudah aku siapin baju mas buat besok” ucap Zia. Randy menganggukkan kepalanya
Sebenarnya Zia ingin membicarakan hal yang tadi ia bicarakan dengan kakek Syarief malam ini pada Randy. Namun Zia tak ingin dirinya menyebabkan pekerjaan Randy di luar kota menjadi kacau. Jadi Zia memutuskan untuk membicarakannya nanti setelah Randy kembali dari Sukabumi.
Esok paginya, jam 8 pagi Randy berangkat menuju ke Sukabumi bersama dengan supir pribadinya. Semenjak Zia berhenti bekerja, Randy juga memperkerjakan seorang supir pribadi untuknya. Zia baru saja melihat mobil Randy melaju keluar dari rumahnya. Zia masuk kembali ke dalam rumah dan menghubungi Ria. Zia meminta Ria untuk datang kerumahnya. Dan kebetulan Ria sedang libur bekerja dan menyetujui untuk datang kerumah Zia.

Tepat jam 11 siang, Ria tiba dirumah Zia. Zia meminta ART dirumahnya membuatkan teh hangat dan membawakan beberapa cemilan untuk mereka berdua. Zia mengajak Ria duduk di ruang santai yang ada di lantai dua dekat dengan kamar pribadinya. Mereka duduk di sofa empuk berwarna navy.

“rumah lo gede juga ya Zi?” tanya Ria

“Alhamdulillah Ri ini semua kan mas Randy yang bangun” jawab Zia

“pasti lagi ada masalah ya?” tanya Ria. Ria tahu Zia sedang mempunyai masalah dan membutuhkan teman cerita. Terlihat dari raut wajah Zia yang nampak lesu.

“iya Ri gw butuh temen curhat” jawab Zia. Tak lama, ART datang membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat, satu piring berisi macaron dan satu piring berisi buah anggur dan jeruk. Zia mengucapkan terimakasih pada ART itu dan ART itu pun berjalan turun menuju dapur.

“ada apa Zi?” tanya Ria

“gw pengen liat mas Randy bahagia Ri tapi gw juga gak mau mas Randy membagi cintanya dengan wanita lain. Apa gw egois?” ucap Zia yang bingung memulai cerita dari mana

“pak Randy selingkuh?” tanya Ria terkejut mendengar ucapan Zia

“gak..gak..gak.. mas Randy setia kok gak selingkuh” jawab Zia panik

“terus lo bilang pak Randy membagi cinta dengan wanita lain itu gimana maksudnya? Cerita yang bener Zi biar gw paham. Pelan-pelan” ucap Ria. Zia menarik nafasnya, menenangkan hatinya

“kakeknya mas Randy minta gw buat nyuruh mas Randy nikah lagi sama wanita lain” dada Zia kembali terasa sakit namun Zia menahannya

“hah?! Kenapa?! Lo ngelakuin salah?!” tanya Ria

“iya…mungkin” jawab Zia ragu

“ih yang bener. Ceritanya yang bener Zi jangan bikin gw frustasi ah. Ayo cerita yang jelas ada apa sih?” tanya Ria

“udah satu tahun lebih gw jadi istri mas Randy. Tapi gw belum bisa ngasih anak buat mas Randy. Kakeknya pengen cepet punya cicit karena dia tahu umurnya semakin hari semakin bertambah. Gw yakin maminya mas Randy juga pengen cepet punya cucu dan mas Randy juga pasti pengen cepet punya anak” air mata mulai memenuhi kedua mata Zia

“pak Randy bilang sama lo kalau dia mau nikah lagi?” tanya Ria. Zia menggelengkan kepalanya dan tanpa ia sadari air matanya pun jatuh membasahi pipinya

“tapi pak Randy tau kalau kakeknya pengen dia nikah lagi?” tanya Ria dan Zia menggelengkan kepalanya

“jadi maksud lo. Kakeknya pak Randy nyuruh lo buat ngizinin pak Randy nikah lagi. Ah gak bukan ngizinin, tapi minta lo untuk bilang ke pak Randy buat nikah lagi aja biar dapet anak gitu?” tanya Ria

“intinya begitu” jawab Zia sambil menundukkan kepalanya

“udah gila ya! Mana ada sih perempuan yang mau di madu!” ucap Ria kesal

“tapi Ri, gw selama menjadi istri mas Randy hidup nyaman dan gw mau mas Randy bahagia Ri” ucap Zia yang masih meneteskan air matanya

“emang lo yakin kalau pak Randy nikah lagi dia bakal bahagia? Emang lo yakin yang bikin pak Randy bahagia cuma dapetin seorang anak walau bukan dari rahim lo?” tanya Ria dengan nada tinggi namun Zia hanya diam

“maaf ya Zi. Kalau emang yang pak Randy butuhin cuma seorang anak gw yakin dari dulu dia pasti nikah lagi. Gw yakin banget Zi kalau pak Randy gak akan mau nikah lagi. Dia tuh cinta banget sama lo” ucap Ria. Zia semakin menangis tersedu-sedu mendengar ucapan Ria

“tapi mas Randy emang pengen banget punya anak Ri. Gw gak tau kapan gw bisa ngasih anak buat mas Randy” ucap Zia terisak-isak

“cuma orang bego yang gak pengen punya anak! Namanya orang kalau udah nikah semua pasti pengen punya anak. Kasus lo kan bukan karena mandul jadi masih punya harapan buat hamil kenapa harus relain suami lo nikah lagi? Gak realistis bagi gw!”ucap Ria kesal

“gw saranin lo gak usah nyuruh pak Randy buat nikah lagi. Kalau kesampean beneran pak Randy nikah lagi. Lo yang bakal nyesel sendiri” ucap Ria

Zia hanya bisa menangis mendengar semua ucapan Ria. Zia juga tahu bahwa ucapan Ria itu benar. Jika dirinya mengizinkan Randy untuk menikah lagi, dirinya lah yang akan sangat menyesal. Namun Zia juga mengingat kembali ucapan kakek Syarief. Zia ingin kakek Syarief bisa menimang cicitnya sebelum ajal menjemputnya. Pikiran Zia benar-benar kacau balau dan sulit menemukan jawaban. Selama tiga hari Zia berpikir keras tentang apa yang harus ia lakukan. Apakah Zia harus meminta Randy menikah lagi atau menahannya agar tetap bersamanya hingga entah kapan dia bisa memberikan seorang anak.

Storm (21+) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang