BAB 4

2.6K 68 3
                                    

Hari ulang tahun Melisa Darmiko, mami kandung Randy pun tiba. Melisa tak pernah mengadakan pesta ulang tahun namun Randy selalu merayakan ulang tahun Melisa bersama dengan kakeknya. Sore itu tepat jam 4 sore, Zia dan juga Randy sedang bersiap untuk mengunjungi rumah Melisa. Zia yang baru saja merias wajahnya masuk ke dalam ruangan yang cukup besar yang dijadikan sebagai lemari yang di sebut juga walk-in closet. Zia melihat Randy yang sedang mengancingi kemeja tanpa kerahnya yang berwarna navy di depan cermin besar. Randy melihat kedatangan Zia dari pantulan cermin dan tersenyum pada Zia. Zia pun tersenyum lalu mencari-cari gaun miliknya di lemari. Randy yang selesai mengancingi kemejanya pun menghampiri Zia yang hanya menggunakan bath robes atau jubah mandi berwarna putih. Randy memeluk Zia dari belakang dan mencium leher Zia.

“mas…kita udah mau jalan kan” ucap Zia

“he-em” ucap Randy yang masih mencium-cium leher Zia

“yaudah biar aku pakai baju dulu mas nanti keburu malam” ucap Zia

“sebentar~ siapa suruh kamu menggoda saya” ucap Randy

“kayanya Zia gak menggoda mas deh” ucap Zia. Randy membalikkan tubuh Zia hingga mereka saling berhadapan

“kamu jalan menghampiri saya cuma pakai bath robes ini, itu artinya kamu menggoda saya” ucap Randy sambil memegang tali bath robes yang terikat di tubuh Zia

“terus Zia harus gimana sekarang?” tanya Zia sambil mengalungkan kedua tangannya di leher Randy. Randy meletakkan tangannya di antara leher dan telinga Zia, lalu Randy mencium bibir Zia dengan penuh gairah. Randy menarik pinggang Zia agar tubuh Zia bersentuhan dengan tubuhnya. Namun kemudian ponsel Randy berdering membuat Zia menarik bibirnya dari bibir Randy.

“ada telepon mas” ucap Zia sambil mendorong tubuhnya menjauh dari Randy

“telepon bisa nunggu. Kalau saya gak bisa nunggu” Randy menarik lagi tubuh Zia dalam pelukannya dan mencium lagi bibir indah Zia. Tangan Randy mengelus rambut Zia, memeganglehwrnya hingga turun sampai ke pinggulnya. Namun ponsel Randy terus berdering tanpa henti dan membuat Randy merasa terganggu. Randy pun melepaskan bibirnya dari bibir Zia.

“siapa sih ganggu aja” kesal Randy. Zia hanya tersenyum melihat Randy suaminya yang kesal karena terganggu oleh deringan ponselnya

“yaudah kamu siap-siap Zi. Gantinya nanti malam ya” Randy mencium pipi Zia dan berjalan menuju kamar untuk mengangkat telepon yang masuk ke dalam ponselnya. Zia menjawab dengan anggukan kepala.

Randy mengangkat telepon yang ternyata datang dari Syarief kakeknya. Dan Zia pun mulai memilih kembali gaun yang akan ia pakai. Zia memilih knee length mid sleeve dress berwarna navy, scarpin heels berwarna senada dengan kulit dan envelope evening bag berwarna soft gold. Zia berjalan menghampiri Randy yang sedang duduk di kasur yang sibuk memainkan ponselnya.

“ayo mas jalan Zia udah siap” ucap Zia. Randy menoleh kearah Zia dan dia pun berjalan menghampiri Zia

“bisa gak sih Zi, kamu gak goda saya? Kita mau pergi ketemu mami loh” Randy memegang pinggul belakang Zia dan mendorongnya agar tubuh Zia bersentuhan dengannya

“mas… Zia gak goda. Udah ayo berangkat kita juga belum beli kue buat mami kan” ucap Zia yang tahu maksud Randy suaminya. Randy hanya diam dan mengelus-elus rambut Zia

“saya harus banyak sabar” gumam Randy

“ayo berangkat sekarang mas. Nanti malam aja ya biar gak diburu-buru” ucap Zia

“oke…oke…kita berangkat sekarang. Saya masih bisa nunggu sampai nanti malam kok” ucap Randy. Randy pun menggandeng tangan Zia dan mereka berjalan menuruni tangga.

“tadi siapa yang telepon mas?” tanya Zia saat mereka memasuki mobil

“kakek yang telepon nanyain kita jadi kesana atau gak” jawab Randy

“saya udah bilang kita jadi kesana kok” lanjut Randy

“oke kalau gitu mas” Zia memasang sabuk pengamannya dan Randypun melajukan mobilnya

Sepuluh menit kemudian Randy menghentikan mobilnya di depan sebuah toko roti. Randy dan Zia pun masuk ke dalam toko itu dan memilih kue ulang tahun untuk Melisa. Mereka memilih buttercream cake rasa pandan dengan hiasan cream berbentuk bunga mawar berwarna ungu, orange dan pink. Zia juga membeli satu paket cupcake kesukaan Melisa. Setelah selesai membayar, mereka kembali ke mobil dan Randy melajukan kembali mobilnya menuju rumah kakek Syarief dan Melisa.
Satu jam kemudian tepat jam 7 malam. Mereka tiba dirumah kakek Syarief dan Melisa. Randy memarkirkan mobilnya di depan rumah dan berjalan masuk bersama dengan Zia. Randy dan Zia mengucapkan salam dan dijawab salam itu oleh kakek Syarief dan Melisa yang sedang duduk di ruang tamu.

“happy birthday ya mam” Randy mencium punggung tangan maminya lalu memeluk dan mencium pipi maminya

“happy birthday mami” Zia juga mengikuti apa yang Randy lakukan

“makasih banyak ya sayang” jawab Melisa

“kamu cantik banget malam ini Zi” ucap Melisa pada Zia

“mami juga cantik banget deh malam ini. Gaun merah cocok banget sama mami” ucap Zia

Zia dan Randy juga tak lupa mencium punggung tangan kakeknya. Zia menyerahkan hadiah yang sudah ia dan Randy beli. Berupa kalung dan anting dengan batu berlian berbentuk marquise. Melisa membuka kotak perhiasan itu dan sangat menyukai hadiah itu. Randy membuka kue ulang tahun yang ia beli tadi dan menyalakan sebuah lilin kecil diatasnya. Randy meminta Melisa untuk make a wish dan meniup lilin itu. Setelah Melisa meniup lilin itu, mereka pun berbincang-bincang bersama.

“ayo kita makan malam” ajak Melisa

“ayo makan” ucap kakek Syarief
Zia dan Randy mengikuti langkah kakek Syarief dan Melisa menuju meja makan. Diatas meja makan sudah di sediakan berbagai macam masakan yang di masak oleh maid dirumah itu. Setelah membaca doa, kakek Syarief mengambil terlebih dahulu makanan yang ingin ia makan. Lalu Melisa juga mengambil makanan yang ada di atas meja itu. Zia mengambil piring dan menyendokkan makanan untuk Randy, setelah itu baru Zia mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

Setelah selesai makan malam, Randy dan kakek Syarief berbincang-bincang di teras belakang rumah sambil menikmati secangkir teh hangat. Zia dan Melisa berbincang-bincang diruang tamu yang juga sambil menikmati secangkir teh hangat.

“Ran kamu masih ingat pak Haris gak?” tanya kakek Syarief pada Randy

“pak Haris?” tanya Randy yang mencoba mengingat pak Haris yang dimaksud oleh kakeknya

“iya. Tetangga kita dulu” ucap kakek Syarief

“oh iya iya aku ingat. Kenapa sama pak Haris kek?” tanya Randy

“anaknya butuh pekerjaan. Sekretaris kamu kan sudah mengajukan surat resign, kalau kamu belum nemu penggantinya, lebih baik anak pak Haris yang menggantikannya” ucap kakek Syarief

“selama dia masuk dalam kualifikasi, Randy gak masalah kek” ucap Randy

“dia sudah berpengalaman jadi sekretaris selama tiga tahun di perusahaan yang ada di Malang. Sekarang dia pindah ke Jakarta karena kasian sama pak Haris yang hidup sendirian” ucap kakek

“yaudah kek kalau gitu gak masalah. Dia punya pengalaman kerja cukup jadi gak perlu banyak ngajarin dia” ucap Randy

“besok kakek suruh dia datang ke kantor kamu ya” ucap kakek

“iya kek” jawab Randy

“ngomong-ngomong istri kamu belum hamil Ran?” tanya kakek

“belum kek” jawab Randy

“cepatlah hamili. Kakek sudah ingin menimang cicit” ucap kakek

“Randy dan Zia juga sudah berusaha terus kok kek. Ini baru enam bulan usia pernikahan, Randy juga ingin melihat Randy junior tapi Zia memang belum hamil. Kita sabar aja kek” ucap Randy

“yasudah kalau begitu” ucap kakek Syarief

Tepat jam 10.30 malam, Zia dan Randy berpamitan pada kakek dan Melisa untuk segera pulang kembali kerumah mereka. Zia dan Randy pun masuk ke dalam mobil dan Randy melajukan mobilnya menembus gelapnya malam. Di perjalanan, Randy menceritakan perbincangannya dengan kakek Syarief tadi. Randy memang selalu terbuka pada Zia karena tak ingin ada ke salah pahaman diantara mereka. Sesampainya dirumah, Zia turun terlebih dahulu untuk membuka kunci pintu rumahnya. Randy memarkirkan mobilnya di garasi mobil yang berada tepat di samping rumah mereka. Saat Zia baru saja membuka pintu rumahnya, Randy sudah berdiri tepat di belakangnya. Randy menjulurkan lengan kirinya mengelilingi punggung Zia dan lengan lainnya di belakang lutut Zia. Randy mengangkat tubuh Zia dan mendekatkan tubuh Zia pada tubuhnya.

“wow” Zia terkejut karena Randy suaminya menggendongnya seperti menggendong seorang pengantin

“kamu udah janji kan tadi sore” ucap Randy pada Zia sambil menutup pintu rumahnya menggunakan kakinya

“kunci dulu mas pintunya” ucap Zia. Randy membalikkan tubuhnya agar Zia bisa mengunci pintu rumah mereka.

“Zia berat, Zia bisa jalan sendiri mas” ucap Zia setelah Zia selesai mengunci pintu rumahnya

“kamu gak berat ko Zi” ucap Randy sambil tersenyum menggoda Zia
Zia mengalungkan kedua tangannya di bahu Randy. Randy berjalan menuju kamar mereka yang ada di lantai dua. Sampailah mereka di dalam kamar, Randy pun menurunkan Zia.

“gak mau mandi dulu mas?” tanya Zia yang berjalan menaruh envelope bag miliknya di meja samping tempat tidur

“saya sudah cukup sabar menunggu Zi. Mandinya nanti aja” jawab Randy sambil membuka jam tangan miliknya dan menaruhnya di meja rias

Randy mendekatkan dirinya pada Zia, merangkul pinggang Zia dan mendorongnya agar tubuh Zia dan tubuhnya bersentuhan. Randy mencium kening Zia, kedua pipi Zia satu persatu dan mencium bibir Zia dengan penuh gairah. Zia mengalungkan kedua tangannya pada leher Randy. Mereka saling membalas ciuman bibir mereka. Lalu Zia membuka satu persatu kancing kemeja Randy dan melepasnya. Randy menurunkan zipper yang ada di belakang gaun Zia dan melepaskan gaun yang Zia kenakan. Randy mendorong perlahan tubuh Zia hingga tubuh Zia jatuh di atas kasur. Randy berdiri tegap menatap Zia yang berada diatas kasur mereka.

“wajah cantik dan tubuh yang cantik Zi” ucap Randy sambil membuka celananya. Zia hanya tersenyum malu mendengar ucapan suaminya.

Randy naik keatas kasur, tubuhnya tepat berada diatas tubuh Zia. Randy merapihkan rambut Zia yang sedikit menutupi wajahnya. Randy dan Zia saling bertatapan. Jantung Randy masih selalu berdegup kencang setiap menatap Zia istrinya, begitu juga dengan Zia. Randy mengambil tangan kiri Zia dari atas kasur dan ia letakkan dipipi kanannya. Randy menutup matanya membiarkan Zia mengelus-elus pipinya. Randy merasakan hangatnya tangan Zia, Randy juga bisa merasakan betapa besarnya cinta Zia padanya. Randy membuka matanya dan kembali menatap Zia.

“kamu akan selalu menjadi milik saya seorang dan saya akan selalu menjadi milik kamu seorang” Randy mencium kening Zia. Zia menganggukkan kepalanya setuju dengan perkataan Randy suaminya. Randy kembali mencium bibir Zia dan mulai mernyentuh setiap bagian dari tubuh Zia. Hingga mereka hanyut dalam hangatnya tubuh mereka masing-masing.

Storm (21+) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang