BAB 19

1.6K 56 9
                                    

Sore itu tepat jam 2.30 sore Zia tiba di cafe Flower. Cafe dimana Zia dan Diah berjanji untuk bertemu. Setelah Zia membuka pintu cafe dan masuk kedalamnya, Zia segera menatap seluruh ruangan cafe dan mencari keberadaan Diah. Dan ternyata Diah memang sudah tiba lebih dulu dibandingkan Zia. Zia pun menghampiri Diah yang sedang duduk menatap kearah jendela cafe.

“mba Diah” sapa Zia dengan suara kecil hampir berbisik. Diah segera menoleh kearah Zia dan berdiri menyambut Zia

“mba Zia silahkan duduk” Diah mempersilahkan Zia untuk duduk di hadapannya

“gak apa-apa kan saya panggil mba?” tanya Diah perlahan

“iya gak apa-apa. Santai aja mba Diah” jawab Zia. Zia melihat Diah yang sudah membeli minuman pendamping untuk dirinya sendiri

“saya gak tahu selera mba Zia jadi saya belum belikan mba Zia minuman. Mba Zia mau minum apa?” tanya Diah

“oh gak apa-apa mba Diah. Saya beli sendiri aja. Kalau begitu saya beli minum dulu ya mba Diah” ucap Zia

“tapi mba…” belum selesai Diah bicara, Zia sudah berdiri dan tersenyum pada Diah menandakan bahwa Zia tak keberatan untuk membeli minumannya sendiri.

Zia pun berjalan menuju ke meja order dan memesan satu ice americano. Beberapa menit kemudian Zia berjalan kembali menuju mejanya sambil membawa satu cup ice americano. Zia pun kembali duduk di hadapan Diah. Beberapa menit mereka hanya diam bingung apa yang harus mereka mulai ucapkan.

“mba Diah sekarang kerja dimana?” tanya Zia memecahkan keheningan

“saya belum kerja lagi mba Zia” jawab Diah

“belum dapat kerjaan yang baik atau memang belum mau cari kerja lagi mba?” tanya Zia

“belum mau cari kerja lagi mba” jawab Diah

“loh kenapa?” tanya Zia

“sebenarnya bulan depan saya berangkat ke Jerman. Saya mau melanjutkan kuliah saya disana” jawab Diah yang membuat Zia sedikit terkejut hingga Zia tak bisa mengeluarkan sepatah katapun

“makanya saya pengen ketemu mba Zia, karena saya mau minta maaf” ucap Diah sambil menundukkan kepalanya. Zia hanya terdiam bingung apa yang harus ia katakan

“maafin saya ya mba Zia” Diah berusaha menatap mata Zia. Zia mendengar suara tulus yang keluar dari mulut Diah

“sebenarnya saya sendiri masih gak ngerti kenapa mba Diah minta maaf sama saya. Karena kita bahkan hanya ketemu waktu pesta ulang tahun kakek Syarief. Itupun kita gak saling bicara” ucap Zia dengan hati-hati

“saya minta maaf sama mba Zia karena saya sudah lancang menyukai mas Randy, suami mba Zia. Sebelum saya bekerja dengan mas Randy, saya pernah melihat foto mas Randy dan juga sering mendengar cerita tentang mas Randy dari ayah saya. Lalu saat saya bertemu langsung dengan mas Randy, saya tertarik sama mas Randy. Sampai akhirnya kejadian mas Randy memberhentikan saya sebagai sekretarisnya. Saat itu saya berharap tidak lagi bertemu dengan mas Randy namun ternyata ayah saya memaksa saya datang ke pesta ulang tahun kakek Syarief. Lalu saya bertemu lagi dengan mas Randy dan juga bertemu mba Zia. Saat itu jujur saja saya kembali tertarik melihat mas Randy bahkan saya sempat berpikir untuk menggoda mas Randy. Namun saat itu juga saya melihat mas Randy benar-benar mendapatkan wanita hebat, saya gak pernah melihat raut wajah mas Randy yang sebahagia itu. Dan saya sadar bahwa raut wajah itu hanya akan muncul saat mas Randy bersama dengan mba Zia” jelas Diah

“sekarang saya benar-benar sudah membuang jauh-jauh perasaan saya pada mas Randy. Saya benar-benar sangat menyesal pernah berpikir seperti itu. Saya tak ingin menyesal saat pergi ke Jerman nanti makanya saya ingin meminta maaf langsung sama mba Zia. Saya minta maaf dari hati saya yang terdalam mba, saya benar-benar menyesal” ucap Diah. Terlihat mata Diah yang berkaca-kaca dan terdengar dari suara Diah yang sedang menahan air matanya

Storm (21+) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang