05

2.7K 221 4
                                    

Dengan pergerakannya yang dia lakukan siang ini membuat ranjang yang tadi ia tempati tidur itu sedikit bergoyang, kaki kecilnya masih terus menerus tanpa rasa lelah melompati sisi ruang ranjang yang kosong. Membuat orang yang tidur disampingnya itu merasa terganggu karena tingkahnya yang sedikit absurb.

"Ayo Daddy bangun!" teriaknya dengan begitu lantang, membuat Mark mengerang pelan, membuka matanya perlahan dan menatap anaknya Leander yang kini tersenyum sumringah di depannya.

Leander terduduk lantas memeluk Mark yang sudah terduduk menyandar di headboard kasur.

Mark terkekeh pelan, saat Leander mengusakan rambutnya pada dada bidang Mark. Mengelus pelan rambutnya Mark berucap pelan, "kenapa?"

"Lapaaar~" mendongak menatap Mark dengan bibirnya yang di pout lucu, membuat Mark tidak tahan untuk tidak menciumi pipi gembilnya itu.

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Batin Mark saat melihat sikap Leander memang sama percis seperti ibu kandungnya.

"Ayo kita mandi dulu, setelah itu kita makan~" ajak Mark, membawa Leander pada gendongannya kedalam kamar Mandi.

Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, kini Mark juga Leander berada di dapur sekarang dengan Leander yang Mark dudukan terlebih dahulu di meja makan.

Membuka lemari es yang berada disana, Mark menghela nafas setelahnya menutup kembali lemari es itu untuk mendekati Leander yang kini tengah menatapnya bingung.

"Daddy rasa dirumah ini belum ada makanan sedikit pun, bagaimana kalau kita belanja terlebih dahulu setelahnya Daddy ajak Lean makan di luar gimana?" tanya Mark.

"Jalan-jalan?!" tanyanya dengan penuh semangat.

"Bukan jalan-jalan sih, tapi yaudahlah kalau Lean nganggapnya ini jalan-jalan." ucapnya.

"Bentar okay, Daddy bikinin Lean susu dulu setelah itu kita kerumah om Jihoon ya." Lean mengangguk dengan semangat, ia tidak sabar akan jalan-jalan di negeri orang!

•••

Jean mengetuk pintu berwarna silver yang besar di depannya, setelah dapat sahutan dari dalam Jean menghela nafas pelan setelahnya membuka pintu itu dengan perlahan. Wajahnya sedikit menyembul menatap pria yang lebih tua darinya tengah berkutat dengan berkas juga laptop yang berada di depannya.

Jean berdeham pelan, membuat pria itu mengalihkan tatapannya dari berkas ke arah Jean.

"Oh Jean ada apa, sini duduk depan Papih." suruh Jayden pada Jean.

Jean hanya mengangguk menuruti sang Papih.

"Pih ada yang mau Jean katakan." ucap Jean to the point.

"Kenapa kayanya serius banget." katanya seraya melepaskan kacamata bacanya dari wajahnya yang bertengger di hidungnya.

"Jean udah siap..." katanya membuat Jayden mengangkat sebelah halisnya heran karena Jean mengatakannya dengan sangat perlahan. ".... Untuk menjadi pewaris Dhananjaya."

Jayden tersenyum bangga, berdiri dari duduknya. Kakinya melangkah menghampiri Jean, Jayden merentangkan tangannya menyuruh Jean untuk masuk kedalam pelukannya.

mengelus punggung Jean dengan pelan Jayden berucap, "kau anak Papih yang hebat." ucapnya. "Kau mengambil keputusan dengan tepat." lanjutnya seraya melepaskan pelukannya.

"Besok kamu mulai ikut Papih ya." Jean mengangguk mengiyakan.

Jayden sangat senang saat ini, karena anaknya mengambil keputusan yang sangat cepat dan tepat untuk menjadi pewaris Dhananjaya. Akhirnya ia bisa sedikit bersantai bersama Theo karena sebentar lagi Jean yang akan menggantikannya.

Sunshine, Marknohyuck.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang