13

1.7K 153 9
                                    

Menghela nafas dengan kasar, Lichan meletakan sebuah benda persegi panjang itu di atas mejanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menghela nafas dengan kasar, Lichan meletakan sebuah benda persegi panjang itu di atas mejanya. Segeralah ia merebahkan dirinya di atas sofa empuk di ruang keluarga.

Mengatur deru nafasnya yang terasa berat, hari ini terasa begitu berat untuknya. Ia masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia telah menerima perjodohan ini.

Setelah apa yang telah ia bicarakan dengan sang Daddy; Jovin. Lichan sudah sepakat berjanji; dengan persyaratan bahwa ia akan mencoba mendekatkan diri pada Nagendra selama satu bulan.

“Aku mau menerima perjodohan ini dengan dua syarat.” ucapnya santai pada Jovin yang menatapnya dengan bingung.

“Dua syarat? Oke apa.” 

“Pertama, Lichan akan mencobanya tapi dalam satu bulan, kalau Lichan selama itu mempunyai rasa dan mulai menyukai Nagendra, Daddy boleh lanjutkan rencana Daddy. Tapi kalau sebaliknya, aku tidak mempunyai rasa apapun padanya, Daddy jangan paksa aku buat lanjutin perjodohan ini.” sahutnya.

“Kedua, aku gak mau di kekang. Aku gak mau Daddy larang-larang lagi, aku mau mencoba hidup mandiri seperti abang.”

“Maksudnya mandiri?”

“Aku ingin tinggal sendiri.”

Mengusap wajahnya dengan kasar, Lichan merasa ia sudah melewati batasnya.

Apa katanya, menerima perjodohan? Kau sudah gila Lichan..

Bagaimana bisa kau menerima perjodohan seperti ini! Kenapa hidupnya selalu tidak tenang, kalau saja ia tidak memikirkan keadaan Tenie, ia tidak akan sudi menerima perjodohan ini.

Suara dentuman pintu yang keras membuat Lichan kembali terjaga dari tidurnya. Menoleh ke belakang, bisa ia lihat Jean berjalan dengan langkah cepat menghampirinya.

Aneh. Jean seperti dikejar setan. Lihatlah bagaimana pakaian Jean yang berantakan, dasi yang sudah longgar dan rambutnya yang berantakan juga lepek karena keringatnya.

“Jeje… Kenapa?” tanpa menjawab perkataan Lichan. Jean lantas memeluk Lichan dengan begitu erat, menghirup aroma wangi rambutnya dan mencium pucuk kepalanya berkali-kali. 

Setelah menerima kabar, bahwa Lichan menerima perjodohannya. Jean lantas beranjak pergi dengan terburu-buru meninggalkan semua berkas-berkasnya begitu saja. Hati Jean begitu sakit, waktu seketika berhenti, ia masih belum bisa mencerna semuanya.

Lichan apa yang kau pikirkan, kenapa kau menerimanya? Bagaimana dengan aku? Kenapa aku yang tidak bisa menerimanya. Batinnya.

Mengelus punggung Lichan dengan pelan, Jean menggumamkan kata-kata penenang untuk Lichan.

“It's okay Chan.. Semuanya akan baik-baik saja.” 

Menggeleng pelan di sela tangisannya, Lichan berucap. “Jeje aku ngelakuin ini buat Mommy, aku gak tega liat dia terbaring lemah seperti itu.”

Sunshine, Marknohyuck.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang