18

1.5K 150 11
                                    

Lichan membanting pintu rumahnya dengan keras. Ia berjalan dengan kesal, mengusak wajahnya dengan kasar.

“Apa-apaan Daddynya Lele itu! Harusnya dia berterimakasih padaku, bukan malah mengusirku!” gerutunya.

Demi apapun! Lichan baru bertemu dengan orang seperti dia! Bagaimana bisa ia bersikap seperti itu padanya!

“Dan apa katanya dia melarangku untuk bertemu dengan Lele?!!” sungutnya, tangannya berkacak pinggang seraya menatap pintu rumahnya; seakan ia sedang memarahi langsung orang berkacamata itu.

“Apakah dia memang seperti itu? Suka melarang orang dengan kehendak dia sendiri?! Ck~”

Matanya menatap pada sebuah keresek putih di meja sana. Lichan menghela nafas dengan lelah. “Aku lupa beri Lele obat.”
•••

Ke esokan pagi, Marka terlihat mengusak wajahnya dengan frustasi, kantung mata yang menghitam karena semalam ia tidak bisa tidur dan dihantui rasa bersalahnya pada sosok lelaki manis yang sudah ia usir malam itu.

Marka masih tidak menyangka, anaknya juga lelaki pujaannya bertemu tanpa ia sadari. Ia begitu terkejut, begitu melihat Lichan turun menuruni anak tangga dengan wajahnya yang cerah dan bersinar, seraya memanggil nama anaknya dengan semangat dan lantang.

Ia senang, Lichan mengucapkan nama anaknya. Nama yang ia berikan pada saat Jovin menyerahkan sepenuhnya padanya.

Tapi di satu sisi, Marka takut. Takut akan semuanya terbongkar. Dan Lichan mengambil kembali anaknya, menjauhkannya darinya.

“Lo udah gila ya?! Lo gak inget sama syarat yang gue kasih?!” amuk Marka pada Mina.

Setelah ia bertemu dengan Lichan kemarin. Lantas Marka menelepon Mina dengan marah-marah dan menyuruhnya untuk kesini secepatnya. Maka dengan itu, mau tidak mau Mina pamit dulu pada sang ibu untuk menemui Marka dan menyelesaikan semuanya.

“Lah gue juga gak tau, mereka tiba-tiba ketemu! Lo tau waktu kemarin Leander ilang, siapa yang nemuin dia? Lichan kalau lo mau tau!”

Marka terdiam, lebih tepatnya terkejut akibat pernyataan Mina tadi.

“Dan gue baru tau kalau ternyata Lichan tinggal disini!”

“Maksudnya, Lichan tinggal di komplek ini?”

Mina mengangguk. “Tepat di depan rumah lo.”

“LO KENAPA GAK BILANG SAMA GUE?!!!” Teriaknya.

Untung saja, Leander sudah ia titipkan pada Jihoon. Jadi mereka bisa berbicara dengan tenang.

“Ya kenapa gue harus bilang sama lo Mark. Lo bahkan gak ngertiin perasaan anak lo sendiri. Lo terlalu egois! Leander juga perlu tau siapa ibu kandungnya!”

“Lo enggak paham sama ketakutan gue! Lo gak akan tau sebarapa takutnya gue kehilangan Lean! Lo gak akan ngerti karena lo gak ada di posisi gue.”

Mengepalkan tangannya, wajahnya yang sudah merah karena menahan amarah. Marka hanya takut, ia takut kalau mereka mengambil kembali anaknya. Menjauhkan anaknya darinya. Marka belum siap dan tidak akan siap bisa berjauhan selamanya bersama anak kesayangannya.

Marka takut, saat dimana semuanya terbongkar, Lichan mengingat semuanya dan pergi mengambil Leander. Marka takut ia semakin di benci dan di tinggal sendiri.

“Mau sampai kapan lo jadi pengecut seperti ini Mark. Lo selamanya gak bisa bersembunyi terus. Leander semakin sini semakin besar, rasa keinginan tau sosok ibu itu pasti selalu ada.”

“Ya lo—!”

“IYA! GUE TAU—gue gak membenarkan, tapi semua ini salah lo! Murni salah lo!”

Marka mengernyit tidak suka. “Kok lo jadi nyalahin gue?”

Sunshine, Marknohyuck.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang