26

1.4K 137 9
                                    

Jean membuka pintu berwarna coklat kayu di depannya. Tanpa permisi, ia masuk lalu mendudukkan dirinya di kursi yang telah tersedia disana.

"Apa yang mau lo katakan, cepat gue mau pulang." ketusnya pada Marka yang sedari tadi duduk di kursi kerja.

Marka berdiri dan berjalan ke arah Jean, ia duduk di hadapan Jean yang kini menatapnya dengan nyalang.

"Sebelum itu gue mau minta maaf sama Lo. Gue tau Lo kecewa bahkan benci sama gue." katanya.

Jean berdecak malas saat mendengar Marka meminta maaf padanya.

"Tapi disini gue mau menjelaskan ke salah pahaman yang terjadi empat tahun yang lalu." ucapnya. "Lo adalah adik satu-satunya gue Jean. Hati gue sakit, saat tau Lo malah memihak orang lain ketimbang Abang Lo sendiri."

"Karena Lo yang salah disini, dan sekarang Lo malah mencari kebenaran yang sebenarnya memang salah Lo?" jawab Jean.

Ia merasa tidak percaya dengan jalan pikir Marka. Jelas-jelas dia yang menyebabkan semua masalah ini dimulai.

Marka menggelengkan kepalanya. "Enggak Jean. Gue tau, Lo bakalan gak percaya dengan semua perkataan gue. Tapi ada satu hal yang harus Lo tau, gue gak ada niatan buat menjauhi Leander dari Lichan. Gak ada sama sekali."

Jean tertawa congkak saat mendengar penuturan Marka. "Woah.." Jean bertepuk tangan, merasa terkesima dengan ucapnya.

"Gue gak tau kenapa Lo mau ngejelasin ini ke gue. Itu karena gue sama bang Hendra mau ambil Lean kan?" katanya. "Gue peringatkan sekali lagi. Berhenti deketin Lichan. Jangan ngerasa Lo paling tersakiti disini."

"Jean bukan itu maksud gue! Lo bisa gak sih dengerin dulu penjelasan gue?" melasnya.

"Jean gue minta maaf. Gue bener menyesal atas apa yang udah gue lakuin dulu. Gak seharusnya gue ngelakuin itu, gue beneran menyesal." ujarnya. "Gue gak tau ini terkesan lancang. Tapi gue mau balik bareng lagi sama Lichan."

Jean mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras dengan mata yang menyorot tajam kearah Marka.

"Anak gue butuh Lichan."

"Setelah apa yang terjadi selama ini, Lo dengan enaknya minta balik lagi sama Lichan?" katanya. "Bermimpi lah semau Lo. Karena gue gak akan membiarkan itu terjadi."

"Jean Lo harusnya mengerti posisi gue!"

"Sekarang gue tanya. Dulu Lo mengerti posisi Lichan tidak? Dia bahkan rela keluar sekolah, menyembunyikan kehamilannya. Supaya Lo bisa mempertanggung jawabkan semuanya pada cewek jalang itu!"

Marka mengusap wajahnya dengan kasar. Benar, Jean benar. Bahkan dulu ia tidak merasakan ada di posisi Lichan. Bahkan untuk sekedar mendengarkan penjelasannya pun ia enggan. Yah, dirinya terlalu bodoh.

Bodoh, sangat bodoh.

"Gue akui gue memang bodoh saat itu. Tapi gue mohon beri gue satu kesempatan lagi Je. Demi keponakan Lo-enggak! Demi Lichan, Lo pasti mau kan lihat Lichan bahagia setelah tau bahwa Leander adalah anaknya?"

"Gue bisa membuat Lichan bahagia bersama Leander tanpa kehadiran Lo. Lo tenang aja."

"Jean.."

"Udah stop jangan bicara apapun lagi. Gue beneran udah muak sama Lo. Gue benci sama Lo, atas semua apa yang telah terjadi." katanya, setelah itu Jean bangkit dari duduknya.

"Lagi pula kita sudah bukan keluarga lagi kan? Jadi berhenti, jangan merasa kita pernah dekat. Sudah cukup untuk merusak segalanya." setelahnya Jean pergi dari sana meninggalkan Marka yang kini tengah menunduk seraya mengusap air mata yang terjatuh mengenai pipinya.

Sunshine, Marknohyuck.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang