10

2.3K 179 3
                                    

Menatap pantulan cermin di depannya, beberapa menit yang lalu Jean baru saja keluar dari kamar mandi. Kini ia sedang memakai kembali kemeja putihnya yang kemarin ia pakai.

Lichan masih tertidur di bawah selimut tebalnya, hari ini cuaca sedikit dingin karena semalaman hujan.

Jean menghela nafas, matanya menatap pantulan Lichan di depan cermin, membuat keinginan tekadnya kemarin malam semakin gencar untuk ikut serta membatalkan perjodohannya.

Semenjak kejadian beberapa tahun lalu, Jean menjadi tidak suka Lichannya di dekati oleh orang lain, mau asing ataupun orang yang ia kenali. Dan selama itupun Jean menjadi orang yang sangat protektif terhadap Lichan, ia akan menomor satukan dan melindungi Lichan apapun caranya.

Dering handphone yang berada di atas meja TV, membuyarkan lamunannya. Dengan perlahan Jean mengambil handphone tersebut dan mengangkatnya setelah tau siapa yang menelfonnya pagi sekali; Tenie.

"Pagi Jean, gimana kamu udah ketemu sama Lichan?" katanya to the point.

"Pagi juga Mom, yah aku menemukan Lichan." ujarnya seraya menatap Lichan yang tidurnya sama sekali tidak terusik.

"Ohh god, thank you! Dimana kamu menemukan Lichan? Sharelock ya Jean, Mommy benar-benar ingin bertemu dengannya."

"Eumm begini Mom, untuk saat ini Lichan benar-benar tidak mau di ganggu, dia bilang ingin menyendiri bahkan Jean sendiri sempat di usir olehnya."

Terdengar helaan nafas dengan begitu kasar ditelinga Jean, dia tau Tenie pasti kecewa mendengar ini. Tapi mau bagaimana lagi, Jean benar-benar harus melindungi Lichan terlebih dahulu. Ia harus membuat Lichan pulih dahulu dari rasa sakit dan kecewanya. Iya, Jean akan menyembunyikan Lichan terlebih dahulu dan membuat Lichannya bahagia saat ini.

"Begitu ya.." Lirihnya. "Kalau begitu Jean.."

"Iya Mom."

"Tolong titipin salam mommy pada Lichan ya, tolong jagain dia baik-baik, kamu pasti tau kan Jean semenjak saat itu Ichan menjadi penakut."

"Mommy tenang aja ya, Jean pasti akan jagain Lichan dengan sangat baik. Mommy gak usah khawatir."

"Terimakasih Jean, kamu memang anak baik. Dari dulu kamu selalu ada untuk Lichan bahkan sampai sekarang."

"Lichan udah aku anggap kaya keluarga aku sendiri mom, jadi udah seharusnya aku menjaga Lichan."

"Sekali lagi terimakasih ya Jean, mommy jadi tidak terlalu khawatir karena ada kamu. Ya sudah mommy tutup telfonnya ya."

Panggilan terputus, Jean menghela nafas lega, maniknya menatap kembali kearah Lichan yang sekarang sedikit terusik tidur.

"Jeje~" panggilnya membuat Jean terkekeh, pasalnya Lichan memanggil dirinya disaat matanya masih tertutup.

Jean menghampiri Lichan. "Sudah merasa lebih baik? Ayo bangun mbull, mandi sana terus sarapan aku udah siapin sarapan buat kamu."

Lichan mengangguk seraya menggeliat pelan, akhirnya matanya terbuka. "Eungg Jeje mau kemana kok udah rapih."

"Aku hari ini harus ke kantor dulu ya, nanti aku kesini lagi."

Lichan membangunkan dirinya dan duduk menghadap Jean yang sedang berdiri. Menepuk sisi ranjangnya, untuk menyuruh Jean duduk disana.

"Sebelum Jeje pergi mau peluk lagi boleh kan Je?" pintanya.

Jean tertawa pelan, tangannya mengusak rambut Lichan dengan sayang. "Boleh sini Jeje peluk Ichan sangat erat."

Jean memeluk Lichan begitu erat, begitu pun dengan Lichan yang kini sudah menelusupkan wajahnya di dada bidang Jean.

"Janji sama Jean, bahwa hari ini kamu harus bahagia. Jangan nangis lagi apalagi sendirian, okey?"

Sunshine, Marknohyuck.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang