***
Kring!
Bel istirahat pertama berbunyi. Aurora yang masih menatap baris demi baris tulisan Guru Sejarah didepannya, memilih masih tetap duduk meskipun sang Guru sudah mempersilahkan untuk beristirahat.
Ia menoleh pada Brita yang masih anteng menyelam dalam mimpi. Entah apa yang dimimpikan sahabatnya itu, bahkan bel istirahat yang berbunyi nyaring pun tak membuatnya bangun.
Aurora menepuk bahu Brita pelan. "Ta, kamu istirahat nggak?"
"Eunghhhh..." Brita hanya melenguh. Setelahnya ia kembali memejamkan mata. Mencari posisi nyaman untuk kembali tidur.
Aurora mendengus malas. "Brita, bangun atau kita kemusuhan!" desaknya.
Seketika Brita bangun. Ia mengerucutkan bibirnya menatap Aurora. "Lo mah ancemannya nggak asik!" protesnya sembari menguap lebar.
"Bodoamat," sahutnya lalu keluar kelas diikuti oleh Brita.
"Ekhem Ta, kamu ke kantin duluan gih. Aku mau ke toilet sebentar."
"Gue tungguin." jawab Brita.
Aurora menggeleng. "Nggak usah."
"T—Tapi..."
"Udah aku bisa sendiri kok." Aurora langsung saja melangkah meninggalkan Brita.
"Dih, untung sayang." gumam Brita sembari menatap punggung Aurora yang perlahan tak terlihat.
***
Aurora telah menyelesaikan kegiatannya. Baru saja ia akan keluar, tiga orang gadis dengan dandanan mirip preman pasar menghadang jalannya.
Ia menunduk sebentar, tak lama ia kembali mengangkat kepalanya lalu mengulas senyuman manis. "Kenapa ya Kak?" tanyanya dengan sopan. Dirinya masih cukup sadar, kalau yang ada didepannya saat ini, adalah kakak kelasnya.
KYAAA! IMUT BANGET!!! Pekik ketiganya dalam hati. Tapi itu tak berlangsung lama saat mereka sadar kalau kedatangan mereka bukan untuk mengagumi Aurora.
Salah satu dari ketiganya yang bername-tag Ghea, mencoba mengatur raut wajahnya lalu berdecih sinis. "Anak baru, tapi udah berani buat heboh satu sekolah hm." sindirnya sembari menatap Aurora dari bawah ke atas.
"Maaf?"
"Cih, nggak usah sok polos lo bocah! Apa maksud lo ngedeketin anak Hades sama anak Persephone hah?! Butuh ketenaran lo?! Atau—lo mau panjat sosial?" kali ini gadis dengan rambut ombre biru, menyemprotnya pedas. Namanya Arini.
Aurora masih diam, menunggu tiga kakak kelasnya itu menyelesaikan ucapan mereka.
"KENAPA LO DIEM AJA HAH?!" bentak yang terakhir, Kila namanya.
Aurora mengerjab polos. Tanpa ia ketahui, tiga perempuan didepannya menahan gemas.
Sial! Kenapa dia gemesin banget?! Inget tujuan hey! Batin ketiganya nelangsa.
Kurangajar, wajah menggemaskan milik Aurora, hampir membuat pertahanan mereka goyah. Tidak, mereka harus tetap membully Aurora. Nggak elit kan kalau bully mereka gagal hanya karena tampang Aurora yang kelewat imut itu?
"Maaf Kak, tapi Rora salah apa ya?" Aurora bertanya bingung. Ah ralat, pura-pura bingung. Ia dapat melihat jelas kalau tiga kakak kelasnya itu mulai tergoda akan wajahnya.
Ingatlah kalian kalau Aurora adalah Ratu Persephone. Jangan kaget kalau Aurora bisa selicik itu.
Kila berdehem, lalu ia mengangkat wajahnya menatap Aurora songong. "Salah lo karena punya wajah im—shit! Awwshh...sakit anjeng!" ia refleks mengumpat saat Ghea menginjak kakinya dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]
Teen FictionDia dikenal sebagai laki-laki paling kasar di SMA Brawijaya. Bibit unggul hasil persilangan antara Arya Derlangga Smith dengan Meisa Rihanna ini benar-benar mampu membuat semua orang geleng-geleng kepala, saking frustasinya dengan sifatnya-Alastair...