"Pada akhirnya, pemenang dari segala perjuangan ini, tetaplah takdir Tuhan."
***
"PEMBUNUH!"
"JALANG!"
"BITCH!"
"MANUSIA NGGAK PUNYA HATI!"
"MATI AJA, LO!"
Viona terus menutup kedua telinganya dengan rapat. Gadis itu berkali-kali menggelengkan kepala sambil berteriak ketakutan saat satu persatu kata-kata itu terngiang-ngiang di telinganya.
"NGGAK!"
"GUE BUKAN PEMBUNUH! BUKAN, HIKS!"
Viona berteriak sambil membanting semua barang yang ada di kamarnya. Tak lama, ia terjatuh di samping ranjang.
"G--Gue bukan pembunuh...hiks..." Viona menangis. Tangannya mengusap air matanya dengan gemetar. Bayangan ia menembak tubuh Andra, kembali hadir bagai kaset rusak.
Kejadian itu sudah berlangsung dua hari yang lalu. Dan selama itu juga, Viona terus mengurung dirinya tanpa makan dan minum. Gadis itu seolah menyesal? Padahal, ini yang ia nantikan sejak lama.
Melenyapkan Andra dari kehidupannya.
Tapi apa sekarang? Kenapa, kenapa dadanya sakit sekali? Kenapa, bahkan disaat Viona menembak dada Andra, ia ikut merasakan sakitnya? Sebenarnya perasaan macam apa ini?
"Andra udah mati..." Viona bergumam pelan. "Seharusnya gue pesta, kan?" lanjutnya semakin pelan. Kemudian, ia kembali menangis.
"Kenapa gue sakit waktu lihat Andra kesakitan?" bisiknya lirih. Tangannya meremat dadanya dengan kencang. Sakit itu kembali hadir. Sebuah rasa menyesakkan yang diam-diam membuat Viona kehilangan kendali.
Dari luar, ada Aurora dan Nakula yang mendengarkan semua celotehan Viona. Keadaan Aurora masih kacau, namun ia memaksakan dirinya untuk menemui Viona. Sayang, orang yang ingin ia temui malah sedang dalam keadaan tak waras.
"Viona—belum tau tentang ini?" Aurora bertanya pelan, pada Nakula.
Sosok laki-laki dewasa itu menggelengkan kepala sambil bersandar pada dinding di samping pintu. "Andra menutup rapat kenyataan itu."
"Tapi kenapa, Bang? Viona berhak tau, kan? Kalau Viona tau, dia nggak mungkin senekat ini sampai bunuh saudaranya sendiri, kan?" Aurora bertanya menggebu-gebu. Ingin sekali ia membanting bolak-balik tubuh Viona. Tapi sayangnya, di keadaan saat ini, ia harus meredam tingkah gilanya.
Nakula menghela nafas. Sebenarnya, ia juga tidak paham dengan jalan pikiran remaja labil seperti Andra ini. Tapi kalau di logika, mungkin Andra punya alasan lain? Mungkin, ada sesuatu hal yang membuat Andra terpaksa tidak jujur tentang persaudaraan mereka.
Benar. Andra bukan saudara tiri Viona. Andra, Indra, dan Viona, adalah anak kembar. Mereka lahir, dari rahim seorang perempuan yang sekarang dipanggil Mama oleh ketiganya.
Alasan Viona sangat membenci Andra dan Indra, adalah karena dua lelaki itu telah merebut perhatian sang Papa darinya. Dulu, ia hanya hidup berdua dengan Papanya, sehingga kasih sayang itu dilimpahkan sepenuhnya padanya.
Namun tiba-tiba, Andra, Indra, dan Mamanya datang, merusak segalanya. Mamanya memang menyayanginya, tapi tetap saja, Viona tetap tak menyukai mereka.
Fakta yang tidak Viona ketahui, adalah Mama dan kedua saudaranya itu, bukanlah perusak. Karena sejatinya, mereka memang keluarga, yang dulunya terpisah karena suatu hal.
Kebenciannya pada Andra dan Indra itulah, yang membuat Viona nekat bekerja sama dengan Jeremy, untuk menghancurkan dua saudaranya.
Tapi rupanya, darah memang lebih kental daripada air. Meskipun ia berkali-kali menyakiti Andra, tapi untuk kali ini, ia benar-benar tak bisa berbohong. Kalau ada sebagian dirinya yang kosong setelah ia membunuh Andra dengan tangannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]
Teen FictionDia dikenal sebagai laki-laki paling kasar di SMA Brawijaya. Bibit unggul hasil persilangan antara Arya Derlangga Smith dengan Meisa Rihanna ini benar-benar mampu membuat semua orang geleng-geleng kepala, saking frustasinya dengan sifatnya-Alastair...