32. RATU PERSEPHONE (3)

3.6K 346 15
                                    

[ HAPPY READING ]

***

"Ratu Persephone baru, hm?" tubuh Aurora kaku mendengar ucapan Gusti yang sangat-sangat dingin itu.

Aurora masih belum berani balik badan. Sesaat setelah Aurora mengumumkan identitas aslinya pada tiga geng besar sekaligus, Zeus, Poseidon, dan Hades, Aurora langsung dipelototi habis-habisan oleh anggota inti ketiga geng tersebut.

Hanya sebentar, karena setelah mengumumkan hal itu, Aurora langsung mempersilahkan semua tamunya untuk menikmati acara. Ia tak kuat dengan aura yang dikeluarkan oleh tiga pemimpin geng besar itu. Benar-benar menakutkan.

Aurora hendak melangkah, tapi gerakannya terhenti saat melihat kedatangan Alastair dari arah depan. Disusul oleh Devano yang menutup jalannya dari arah kanan. Serta Wildan, mantan Raja Hades tahun lalu yang datang lalu berdiri di samping kirinya. Sekedar informasi, Wildan adalah anak dari Alina, yang juga begitu posessive pada Aurora.

Jadi bisa dibilang Wildan adalah sepupu Alastair dari pihak Arya.

Semua anak manusia yang ada disana, memilih melipir. Tak mau mengganggu acara 'temu kangen' antar ketua geng itu.

Temu kangen apaan? Ini mah acara pelabrakan hiks.

"Kak Wildan," cicit Aurora. Dirinya kaget setengah mati dengan kedatangan Wildan. Seingatnya, ia tak mengundang Wildan untuk datang. Jadi, siapa yang memberitahunya?

Wildan menyeringai. Ia menatap Aurora lekat. "Kenapa? Nggak nyangka kakak bisa sampai sini, hm?" ujarnya serak.

Aurora mengatur nafasnya yang tiba-tiba sesak. Kenapa pasokan oksigen berkurang sih? Sial.

"E---Enggak." jawab Aurora pelan. Maniknya masih belum berani bersitatap dengan siapapun.

Gusti menghembuskan nafasnya lelah. Dirinya ingin marah sekarang. Kenapa ia bisa tak tau kalau Aurora menjadi Ratu Persephone? Kemana saja ia? Lagipula, anggotanya ini becus tidak sih?! Kemarin-kemarin Gusti telah memerintah mereka untuk mencari data-data Ratu Persephone yang baru, tapi kenapa tak ada yang melapor apa-apa padanya?

"Mending kita ke atas aja, Bang," celetuk Alastair dengan suara beratnya. Sepertinya lelaki itu juga menahan emosi. Bayangkan saja, Alastair merasa dipermainkan disini. Aurora jelas-jelas berbohong padanya.

Devano mengangguk. "Iya Bang, kalau disini takutnya banyak yang nonton." imbuhnya yang tiba-tiba satu pemikiran dengan Alastair.

Wildan mendengus lalu menatap Aurora menyeringai. Lihat saja, apa yang akan ia lakukan pada gadis nakal ini. "Fine, kita ke atas sekarang."

Lalu tanpa kata, Gusti membopong Aurora seperti karung beras. Tapi hal itu tak membuat Aurora berani bersuara. Karena disini, jelas Aurora kalah. Satu lawan empat, jelas kalah telak kan?

Sedangkan Wildan, Alastair, dan Devano mengeratkan rahang. Mereka semua tak terima karena Gusti bisa dengan leluasa memegang Aurora. Sedangkan mereka? Aurora harus pakai sarung tangan dulu. Seolah-olah mereka kuman yang tidak bisa disentuh sembarangan.

Sial, bocah itu! Batin Wildan kesal.

Brengsek! Kapan sih gue nikahnya?! Rutuk Alastair dalam hati.

Kalau darah gue, gue suntikkin ke tubuh Aurora. Kan kita jadi satu darah tuh, sabi kali gue cium-cium dia. Batin Devano menghalu.

Dari pojok, ada Sherena, Gebi, Karissa, Sofia, dan Brita yang melihat itu semua.

Sherena mengernyit. "Itu Bang Wildan kan? Ada hubungan apa dia sama Aurora?" tanyanya.

Brita mengangguk. "Iya, Bang Wildan itu ponakannya Aunty Meisa. Nah, Aurora kan emang udah akrab sama Aunty Meisa lama, jadi dia juga kenal sama Bang Wildan." jelasnya.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang