41. ANDRA, SI SECOND MALE LEAD

2.9K 287 13
                                    


"Ada yang jauh menderita darimu, tapi ngeluhnya tak seberisik kamu."

***

Dafandra Xaviero. Inti Poseidon yang dikenal semua orang sebagai sosok yang---kalem. Berbeda dengan Indra yang cenderung banyak tingkah. Sosok Andra yang begitu dewasa, membuat semua orang salah paham. Mereka kira, Andra adalah kakak, padahal kenyataannya, Andra adalah adik. Adik kecilnya Indra. Kesayangan Indra, dan tentunya belahan jiwa Indra.

Jangan kaget. Indra memang lahir lebih cepat sepuluh menit dari Andra. Tapi keduanya sepakat untuk tak memakai embel-embel 'kak' ataupun 'adik', malu katanya.

Lelaki itu kini sedang memasukkan motornya ke garasi rumah. Berjalan dengan mengendap-endap memasuki rumah, supaya tak ketahuan oleh siapapun.

Ceklek!

Ia menghela nafas lega saat lampu rumah telah padam. Tapi seketika, nafasnya tercekat saat lampu menyala.

PRANG!

Tanpa bisa menghindar, sebuah gelas kaca terlempar ke wajahnya. Dahinya langsung mengeluarkan darah. Tapi Andra, tak sedikitpun mengeluarkan ringisannya.

Pelaku yang melempar gelas, tampak marah. "LO DARIMANA AJA, HAH?! KENAPA BARU PULANG?!" bentaknya keras. Menggema ke seluruh ruangan.

Andra mengusap dahinya pelan, mencoba menahan perih. "Gue abis dari markas."

Seseorang didepannya melotot. "DARI MARKAS?! LO PIKUN?! GUE NYURUH LO CEPET PULANG! GUE LAPER ANJING! DAN LO SAMA KEMBARAN BANGSAT LO ITU MALAH ENAK-ENAKAN DI LUAR SANA?!"

"Sorry dek," ujar Andra menundukkan kepala.

"Gue bukan adik lo, brengsek!" desis lawan bicaranya.

"Tapi biar gimanapun, lo tetep adik gue, Viona," cicit Andra seraya memejamkan mata. Berusaha menetralisir rasa sakitnya.

"NAJIS! GUE NGGAK SUDI PUNYA KAKAK ANAK JALANG KAYAK LO!" balas Viona tajam.

Andra mendongak, ada gurat kecewa di wajahnya. Tapi, ia tak mampu mengelak dengan semua hinaan yang Viona lontarkan. Bukannya tak bisa, hanya saja, sejak dulu ia tak pernah dididik untuk menyakiti perempuan. "Lo boleh hina gue, tapi jangan bawa-bawa Mama!"

Alis Viona naik sebelah, menatap Andra menantang. "Kenapa? Emang bener, kan? Nggak Mama lo, nggak lo, emang bisanya cuma ngerusak hubungan orang lain!" ejeknya sarkas.

Andra mengepalkan tangan saat Mama nya kembali disebut. "Jaga bicara lo, Viona!" netranya menyorot tajam.

"Oh udah berani lo sekarang?! Geng bajingan itu yang ngajarin, hah?!"

"VIONA!"

"DIEM ANJING!"

Andra langsung diam saat Viona berteriak kencang padanya. Mencoba melunturkan emosinya yang minta dikeluarkan sejak tadi.

PLAK!

Viona menampar Andra dengan kencang. Ia mencengkeram kedua rahang Andra kasar. "Gue denger---lo lagi deket sama...Aurora?" Viona terkekeh saat tubuh Andra menegang. "Am I right?"

Andra menatap Viona sayu. "Jangan apa-apain Aurora, Vi." pintanya lemah. Gurat ketakutan tampak jelas di wajahnya yang seketika membuat Viona menyeringai.

"Ternyata lo berani nyari kebahagiaan, hm?" Viona berdecak pelan. "Padahal gue udah bilang kalo LO NGGAK BERHAK BAHAGIA, ANJING!!" lanjutnya berteriak murka. Rahang Viona mengeras setiap menatap Andra maupun Indra. Karena dua kembar itu, yang menyebabkan dirinya kehilangan semuanya, dulu.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang