3. PEREMPUAN SATU-SATUNYA

11K 912 45
                                    

***

"ASSALAMU'ALAIKUM! AURORA YANG CANTIKNYA TIADA TARA PULANG! RED CARPET NYA MANA EUY?!" Aurora langsung berteriak saat ia sampai di ruang tamu.

Matanya mengedar, menatap sekeliling. Masih sama! Batinnya. Kira-kira sudah berapa lama ia tak duduk di kursi ruang tamu ini? Ah, Aurora merindukan tiap-tiap sudut rumah ini.

Saat pandangannya sampai pada anak tangga, ia meneguk ludahnya susah payah saat melihat dua laki-laki tampan sedang menatapnya tajam.

Mati aku! Teriaknya dalam hati.

"H-hai abang-abang, assalamu'alaikum." Aurora tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya.

"Jam berapa sekarang, hm?" tanya laki-laki tampan yang lebih dewasa dari laki-laki satunya. Suaranya yang berat, sarat akan emosi itu membuat Aurora ketar-ketir.

Dia adalah Abitzar Darmawangsa. Laki-laki tampan berumur duapuluh empat tahun yang kini menjadi CEO muda di Darmawangsa Company, menggantikan ayahnya, Revalio Darmawangsa. Laki-laki ini adalah kakak pertama dari Aurora.

Sifatnya yang datar, otoriter, serta tak terbantahkan ini sukses membuat semua orang tunduk akan perintahnya. Ia akan menjadi sangat cerewet dan juga possessive jika menyangkut adik perempuan satu-satunya, Aurora.

"Ehehe, tadi ada kendala dikit abang, hehe..." Aurora tersenyum bodoh. Jantungnya benar-benar deg-degan sekarang, takut euy.

"Kendala apa? Ban mobil bocor? Ada preman di tengah jalan? Atau, ada tikus mati di pinggir jalan?" tanya laki-laki satunya, yang wajahnya hampir sama dengan laki-laki pertama.

Namanya Aaron Darmawangsa, laki-laki berumur duapuluh tahun, mahasiswa fakultas hukum semester enam di sebuah universitas swasta terbaik di Indonesia.

Laki-laki tampan yang bermulut ceplas-ceplos, pedes, sekali ngomong langsung ngejleb. Aaron ini orangnya tegas, pemaksa, dan tentunya kejam. Ia akan berubah overprotective jika menyangkut orang-orang yang ia sayang, terutama adik kecilnya, Aurora Darmawangsa.

Hidupnya cuma berisi tentang buku dan juga adiknya. Ia juga tak pernah berpacaran, baginya, pacaran hanya buang-buang waktu. Lebih baik kalau mau, bener-bener udah ngerasa klop, ya langsung nikah aja. Kan nambah pahala tuh, bisa ngapa-ngapain juga gas ajalah.

Buset, Aaron meresahkan.

Oh iya, satu lagi, Aaron itu agak mesum orangnya. Gini-gini, dia kalo diajak bahas masalah anak, bakalan langsung konek. Ibaratnya, dia udah pro kalo masalah reproduksi. Benar-benar meresahkan. Jadi, buat calon istri Aaron dimasa depan, siap-siap oke? Harus kuat pokoknya, gaboleh lemes.

Ambigu anjrit hiks.

Aurora menunduk, memilin ujung jilbabnya. "M-maaf..." lirihnya.

Abitzar dan Aaron saling pandang, kemudian bak dikomando, mereka langsung menubruk Aurora. Memeluknya erat, seolah takut kehilangan.

"Jelasin!" titah Abitzar tegas, nampaknya, aura otoriternya kembali.

Akhirnya, mau tak mau Aurora harus menjelaskan. Ia pun menceritakan semuanya lengkap, tanpa terkecuali. Ia tau kalau kejujurannya akan membuat kedua abangnya marah, tapi Aurora pasrah. Bukankah berani berbuat harus berani bertanggungjawab? Ini yang sedang Aurora lakukan.

Rahang Abitzar mengeras. Ia melirik Aaron sekilas, dan ajaib, Aaron langsung ngacir meninggalkan keduanya. Sedangkan Abitzar langsung merangkul adiknya untuk duduk di kursi ruang tamu.

Tak lama, Aaron datang dengan membawa sebaskom ember berisi air hangat, es batu, dan juga kotak P3K.

Aurora cengo. Sumpah, enam belas tahun dia hidup dengan kedua abangnya, ia masih belum paham dengan cara kerja otak mereka. Itu gimana ceritanya cuma tatap-tatapan tapi langsung paham? Apa mereka punya ilmu dalam? Semacam telepati, mungkin.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang