34. SABRINA ADIWANGSA | RATU PERSEPHONE GEN-20

4.3K 373 10
                                    

[ HAPPY READING ]

***

Markas Zeus, Jalan Raflesia km. 05

"Gimana nih Kar? Lo mau diem aja setelah si brengsek itu ngacak-acak markas kita?!" seorang lelaki gagah dengan tindik hitam yang menghiasi telinga bagian kanannya, tampak memasang raut wajah marah.

Didepannya, ada Laskar Gibadesta. Kapten Zeus Periode 30. Seorang lelaki tampan yang berkulit eksotis. Tatapan matanya tajam, bak elang yang siap memangsa siapa saja. Lelaki yang dijuluki sebagai 'Singa Merpati' itu begitu sempurna sampai-sampai siapa saja tak bisa mencelanya. Belum lagi goresan panjang yang berada di alis kanannya, seolah menunjukkan kalau Laskar, tak mudah dikalahkan.

Ya, memang benar sih. Sepanjang kepemimpinannya, tak ada satupun musuh yang mampu berdiri setelah berhadapan dengannya. Karena Laskar, tak kenal ampun pada siapapun yang berani mengusik teritorinya.

Lelaki itu saat ini tengah menghisap sebatang rokok. Menghembuskannya secara perlahan, kemudian menjawab pertanyaan bawahannya dengan mata berkilat marah, "Cih, lo lupa gue siapa?!" lalu ia membuang puntung rokoknya, dan menginjaknya membabi buta.

Keano, lelaki bertindik yang bertanya tadi, tampak tersenyum puas. "Gue tunggu," ujarnya sarkas.

"Bom aja markasnya, biar mati semua. Nggak guna!" ucapan itu berasal dari lelaki bule yang membawa sebilah rotan di bahu kanannya. Namanya Frans.

"Ada masalah apa sih? Jangan gampang kesulut gitu lah, kita bisa bicarain baik-baik masalah ini." ujar seseorang dengan seragam sekolah begitu rapi. Lelaki yang merupakan salah satu inti Zeus Periode 30 itu tampak mencoba menenangkan sahabatnya. Ia bernama, Wisnu.

"Kalo semua bisa dibicarain baik-baik, tiga setengah abad lamanya Indonesia nggak mungkin dijajah sama Belanda." perkataan penuh kesinisan itu datang dari lelaki tinggi yang duduk di sebelah Laskar. Dia adalah Wakil Kapten Zeus, Raskal namanya.

Wisnu menghela nafas. Sepertinya akan sulit menenangkan singa yang bersemayam di tubuh keempat sahabatnya. "Jangan gegabah Kar, belum tentu juga ini ulah anak Poseidon," ia masih berusaha membujuk Kaptennya.

"Udahlah Nu! Jangan belain mereka mulu. Mentang-mentang ada sepupu lo disana, lo jadi seenaknya sama kita!" Keano memprotes sebal.

"Bukan gitu Ke---"

"BERISIK ANJING! DIEM KALIAN! BIAR GUE YANG HABISIN ANAK POSEIDON!" bentak Laskar sambil berdiri. Lelaki itu langsung saja menyambar jaket hitamnya yang menjadi ciri khas anak Zeus. Memakainya dengan gerakan brutal.

Mata Wisnu membola. "KAR! LO MAU KEMANA, KAR?!" teriaknya saat Laskar keluar markas dengan langkah lebar.

Frans tersenyum miring. "Dia mau bales dendam. Bagus, biar gue nyusul abis ini." katanya sambil memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya.

Raskal menepuk punggung Wisnu. "Biarin Laskar gerak, lo jangan halangin niat baik dia," timpalnya lalu terkekeh kecil.

Wisnu menatap Raskal jengah. "Belum tentu Poseidon yang hancurin markas kita, Kal! Bisa aja ini cuma adu domba geng lain!"

Keano memutar bola matanya malas. "Bacot banget, udahlah kita susul Laskar sekarang!" titahnya lalu beranjak keluar markas.

***

Markas Poseidon, Jalan Kamboja Nomor 15

"GIOVANO! KELUAR LO, ANJING!!" Laskar langsung berteriak marah di depan markas Poseidon. Lelaki itu tak perlu repot-repot mengeluarkan sopan santun. Saat ini, yang terpenting adalah menghabisi semua anak Poseidon.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang