13. PERASAAN ALASTAIR

6.8K 564 6
                                    

***

Alastair mengacak rambutnya frustasi. Bayangan kedekatan Aurora dengan Gusti sejak tadi malam, membuat otaknya seketika mendidih. Ia tak terima, bagaimana bisa Aurora begitu santainya dipegang oleh Gusti?!

Ada sebuah rasa panas sekaligus terbakar dalam hatinya saat melihat Aurora tertawa lepas bersama Gusti. Ia iri, ia saja belum pernah membuat Aurora tertawa selepas itu. Tapi kenapa Gusti bisa?! Kenapa!?

Dari awal pertemuannya dengan Aurora, Aurora sudah hak paten menjadi miliknya bukan? Persetan kalaupun Aurora tak terima sekalipun, karena nyatanya Alastair tak kan pernah menerima penolakan dalam bentuk apapun.

"Kenapa lagi?" tanya Betrand sesaat setelah ia duduk di samping Alastair. Fokusnya masih tetap pada gamenya, tapi otaknya tengah menerka-nerka hal apa yang membuat Alastair menjadi pendiam.

Alastair menghela nafas lelah. "Gue nggak tau," jawabnya dengan lesu.

Betrand menaikkan sebelah alisnya bingung. Ini orang disampingnya abis mabok apa gimana? Dia yang ngerasain masa dia yang ngga tau rasanya. Aneh.

"Gak jelas lo." cibir Betrand sarkas.

"Jangan bilang lo galau masalah semalem?" tebak Arsen tiba-tiba. Laki-laki Jawa itu baru saja datang dari arah kantin.

Alastair diam. Dan hal itu membuat empat laki-laki didekatnya berspekulasi kalau tebakan Arsen benar.

"Yaelah Al, tinggal lo tanyain dia ada hubungan apa sama Gusti. Masa gitu doang segala galau juga etdah." celoteh Arsen.

"Lo pikir segampang itu hah?!" sembur Alastair galak. Netranya menatap Arsen dengan tajam. Entahlah, Alastair tiba-tiba merasa emosinya tak terkontrol sejak semalam. Dan ini semua gara-gara Gusti sialan itu.

Arsen terlonjak. "Ya emang gampang, orang tinggal nanya doang."

"Mereka ngga ada hubungan apa-apa. Lo pikir Aurora bakal secara suka rela ngasih tau, begitu?" timpal Betrand masih tetap fokus pada layar ponselnya.

"Iya juga sih. Terus, gimana dong Al?"

"Dih, plin-plan lo anjir." protes Revin yang diam sejak tadi.

"Ungkapin aja." ujar Adit singkat.

"Apanya yang diungkapin?" tanya Revin bingung.

"Perasaan."

"Perasaan siapa?"

"Alastair."

"HAH?!"

"NGOMONG APAAN LO ANJIR!!"

"Ck, ungkapin aja perasaan Alastair sama Aurora." jelas Adit dengan malas.

"Gimana caranya?" Alastair menatap Adit meminta penjelasan.

Adit diam sejenak. Wait, Adit tak pernah jatuh cinta, jadi ia tak punya pengalaman untuk menyatakan perasaan. Jadi, kalau Alastair bertanya padanya, apa yang bisa ia beri tau?!

"Nggak tau." jawab Adit dengan raut polos.

Arsen berseru kesal. "YEE, SI BUJANG! TAU GITU NGAPAIN NGASIH USUL!"

Revin menyugar rambutnya ke belakang. Ia menatap Alastair dengan jahil. "Santai boss. Biar gue yang jadi juru cinta buat lo. Lo mau ngungkapin yang kayak gimana? Biasa aja? Romantis? Melankolis? Atau—yang horor kayak di pilem-pilem?"

"Jangan." cegah Adit saat Alastair hampir menyetujui usulan Revin.

Revin memicing tak suka. "Loh kenapa?!" protesnya sebal. Adit ini kenapa suka sekali menggagalkan rencananya sih?! Kan kalau Alastair berhasil, dia bisa dapet duit, mayan buat kencan sama pacarnya yang ke-122.

ALASTAIR : Be Mine, Aurora! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang