07

1.6K 247 37
                                    

Pemuda cantik itu menyantap roti isinya dengan tenang walau wajahnya terlihat begitu lelah, matanya memerah menandakan bahwa tidurnya semalam tidaklah cukup.

Bagaimana tidak? asahi pulang ke rumah saat jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Belum lagi dia harus mengerjakan tugas yang diberikan junkyu padanya. Sepanjang malam dia hanya mengumpat sambil mengerjakannya dengan cepat.

Mensyukuri nikmat Tuhan yang telah memberikannya sebuah otak yang jenius. Hingga dia tak harus berpikir panjang untuk memecahkan soal matematika yang lumayan banyak itu.

Sedangkan di seberangnya kini ada yoshi yang pagi-pagi buta sudah berada dirumahnya. Asahi tak ambil pusing bagaimana pria itu masuk ke kedalam rumahnya. Asahi lebih memilih untuk fokus sarapan dan pergi ke sekolah.

"Apa tujuanmu muncul kembali?" Tanya yoshi angkat bicara.

Asahipun mengangkat kepalanya, nafsu makannya sudah hilang saat itu juga. Dia meletakkan roti isinya yang hanya dia makan separuh, wajahnya yang tanpa ekspresi itu mendengus malas "kenapa? hyung merasa terancam karena aku kembali ke dalam kehidupan tenang kalian?"

Yoshi menghela nafasnya, mungkin dia berbicara di waktu yang kurang tepat "jika kau tau, arthur. Aku menyayangi kalian, karena kalian adalah satu. Tetapi kau tidak bisa seenaknya kembali muncul disaat hidup asahi mulai tenang."

Bunyi decitan kursi yang beradu dengan lantai dingin itu menggema di ruang makan. Asahi berdiri dengan tatapan tajamnya ke arah yoshi "hyung pikir, aku juga mau ada di sini? Jika saja dia tidak memanggilku untuk hadir, mungkin aku tidak akan pernah kembali" desisnya pelan, kemudian terkekeh sinis "kalian semua mengatakan jika kami adalah sama, tapi apa yang kurasakan sangat jauh berbeda. Munafik."

Yoshi kembali menghela napasnya panjang, dia memejamkan matanya sembari menutup wajahnya karena lelah dengan semua ini. Membiarkan asahi pergi dengan amarah yang menguasai nya. "maaf, arthur. Tetapi demi kebaikan asahi, aku harus membuatmu pergi dari hidup kami."

Di tempat yang berbeda,asahi menghempaskan tubuhnya di sandaran kursi penumpang dalam mobilnya. Dia memejamkan matanya, merasa luka hatinya yang perlahan mulai tertutup kini perlahan terbuka lagi. Membuatnya yang mulai melupakan rasa sakit kini semakin terasa pedih.

Keningnya berkerut, matanya kembali terbuka menatap ponselnya yang bergetar. Terpampang nama junkyu dengan emoticon love disana, asahi yakin jika pemuda tinggi itulah yang membuatnya sendiri.

Asahi mendengus, dia kembali memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. Tak berniat untuk mengangkat panggilan dari junkyu, moodnya sedang turun. Dia tak ada tenaga untuk mendengar segala bentuk ocehan atau rayuan yang akan dilontarkan pemuda itu. Hingga akhirnya asahi lebih memilih untuk mengistirahatkan otak dan juga tubuhnya, terlebih peningnya yang kembali mampir sebentar saat bersama yoshi tadi.

Beruntung asahi bisa mengendalikan sakitnya atau pria itu akan tahu.

"Tuan muda, kita sudah sampai."

Asahi perlahan membuka matanya, menatap ke sisi jendela mobilnya yang kini sudah menampakan lapangan luas khas sekolahnya. Dia menghembuskan napasnya kasar, memperbaiki penampilannya. yang sedikit berantakan. Lalu segera turun dari mobil saat supir pribadinya mulai membuka pintu di sisinya.

Dengan tas yang berada di punggungnya, juga setumpuk buku di kedua tangannya. Asahi disambut oleh junkyu yang kini mulai berjalan ke arahnya. Dia menatap sang supir pribadi nya, mengisyaratkan kepada pria itu untuk segera pergi. Dan langsung dipatuhi tanpa banyak pertanyaan.

Junkyu dengan langkah angkuhnya kini sudah berdiri di depan sang pacar barunya. Tersenyum tipis sambil menatap asahi yang mengangkat buku-buku tugasnya. "Kerja bagus" katanya sembari menepuk-nepuk kepala asahi, sedangkan yang kepalanya di tepuk-tepuk sebisa mungkin untuk mengelak.

dear love | kyusahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang