Asahi menghela napas untuk yang kesekian kalinya, dia tak bisa tidur malam ini karena memikirkan apa yang dikatakan yoshi beberapa saat yang lalu.
Matanya yang tadinya berusaha terpejam kini terbuka lebar, merah terlihat jelas di kedua bola matanya. Namun dibanding rasa kantuk yang mendera, banyak hal yang membuatnya betah untuk tetap membuka mata.
Pemuda mungil itu akhirnya beranjak dari ranjang ternyamannya, kemudian berjalan gontai menuju balkon kamarnya. Menumpukan kedua sikunya di pagar pembatas, lalu berusaha untuk menikmati angin malam yang menusuk tubuhnya sampai ke tulang.
Senyum getir terlihat jelas di wajah lelahnya. "Asal kau tahu saja, yoshi hyung. Jika aku boleh memilih pergi, maka aku sudah pergi sejak lama. Tapi aku tidak bisa, sampai asahi benar-benar membaik." Ungkapnya dengan lirih.
Asahi ingin menangis, meluapkan sesak yang bergumul di dadanya. Namun dia tidak bisa, rasanya susah untuk meneteskan air mata walau sesak semakin terasa.
Kepalanya mendongak, menatap taburan bintang yang menghiasi langit malam dengan indahnya. "Ma, aku lelah." Bisiknya kepada angin malam. Berharap bahwa hembusan angin akan menyampaikan rindunya kepada sang Ibu yang nan jauh disana.
"Sshhhh...."
Asahi menundukkan kepalanya, rasa sakitnya kembali datang. Hingga sakitnya semakin terasa, tubuhnya ikut merosot ke bawah dengan kedua tangannya yang memegang kepalanya. Dia ingin mengambil obatnya, namun dia tak sanggup.
Kepalanya yang sakit, dadanya yang sesak dengan hidupnya yang seperti ini. Kenapa tidak ada yang mau peduli padanya? Kenapa yoshi sejak dulu tidak menerima keadaannya? Kenapa yoshi menganggapnya seperti orang lain? Kenapa?
Dirinya selalu bertanya, kenapa semua orang membedakannya? Dia sama dengan asahi, mereka adalah satu. Tapi kenapa banyak orang yang tak mau menerima dia ada? Kenapa hanya asahi yang dipandang? Kenapa hanya asahi yang dipuja? Kenapa hanya asahi yang diperhatikan?
Ingin sekali dia menuruti kemauan yoshi, pergi dari kehidupan mereka untuk selamanya. Namun seseorang memintanya untuk berada disini, membuat asahi tak bisa berbuat apapun.
"Aku hanya sebentar, tidak akan lama." Bisiknya di sela kesakitan dan sesaknya. Tersenyum getir dengan bibirnya yang bergetar, dia bahkan menarik rambutnya dengan kuat.
Maukah kalian menerima asahi untuk sementara waktu? Hanya sebentar, lalu setelahnya dia akan menghilang dan tak akan pernah kembali lagi.
Berbeda dengan asahi. Ditempat yang lain, tepatnya dirumah orang tuanya. Junkyu tersenyum begitu tulus, menatap hamparan bintang yang mengelilingi bulan.
Setitik gambar asahi dengan wajah datarnya, wajah kesalnya dan juga raut wajah cerianya. Tergambar jelas di hamparan langit malam, seperti tayangan slide. Wajah asahi dalam khayalannya silih berganti, membuat senyum tulusnya yang selama ini sempat terkubur dalam seketika muncul kepermukaan.
Dulu sekali, dia risih dengan asahi. Pemuda mungil itu walau cantik dan disukai banyak orang karena sikapnya yang ramah dan pandai bergaul, tak membuatnya tertarik sedikitpun.
Saking kesalnya dia pada asahi yang terlalu gencar mendekati dirinya, junkyu selalu melancarkan aksi bullying pada pemuda cantik itu. Walau pada akhirnya yang dilakukannya tak membuat asahi takut, pemuda bermarga hamada itu tetap mengirimkannya bekal makanan yang katanya dia buat sendiri.
Tapi sekarang, entah kenapa dengan sifat asahi yang berbeda dari biasanya membuat junkyu sedikit demi sedikit tertarik dalam pesona pemuda kucing itu. Wajahnya yang datar walau banyak yang memujanya, tak membuat asahi melirik mereka. Pemuda manis itu tetap jalan kedepan, dengan mashiho yang selalu mengoceh di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
dear love | kyusahi
RomanceBanyak orang berkata bahwa cinta itu datangnya dari mata lalu turun ke hati. Tapi tak banyak orang tau, bahwa cinta itu hati yang merasa bukan mata yang melihat. ⚠️ Disclaimer: This is remake story from "dear love" by icha__kim. Junkyu x Asahi versi...