09

1.5K 255 5
                                    

Hujan turun dengan derasnya sore ini, membuat asahi hanya bisa menghela napasnya kasar. Setelah acara junkyu yang mencium dan menggendongnya begitu saja, dia menghadiahkan sebuah bogeman mentah di wajah pemuda tampan itu.

Asahi merasa begitu ternodai saat bibirnya yang belum terjemah oleh siapapun harus bersentuhan dengan bibir orang lain.

Junkyu pun dengan wajah tengilnya hanya tertawa sambil mengatakan "bilang saja kau menyukainya" lalu mengingatkan asahi bahwa dirinya dulu selalu mengejarnya dan memaksa untuk menjadi kekasihnya. Ingin sekali asahi berteriak bahwa tentu saja semuanya sudah jauh berbeda.

Sejak meninggalkan junkyu dengan sudut bibirnya yang terluka, asahi berusaha untuk menghindar dari pemuda tampan itu. Merasa muak dengan sikap semena-mena junkyu.

Ketika bel berbunyi pun asahi sudah ancang-ancang akan pulang, namun ternyata rintik hujan lebih dulu turun dengan derasnya. Membuat pemuda cantik itu terpaksa menetap di dalam kelasnya, memandang bulir air yang membasahi jendela kelasnya dalam diam. Walaupun supirnya ada di bawah, tetapi rasanya dia enggan untuk menerobos hujan meski sebentar.

"Sebuah keberuntungan untukku."

Ekor matanya melirik junkyu yang kini berada diambang pintu kelasnya. Tanpa sadar asahi mendengus sembari memutar bola matanya malas, dia pikir pemuda itu sudah pulang lebih dulu. Dia jadi merasa sial untuk kesekian kalinya hari ini, harus berduaan dengan junkyu.

Merasa di abaikan, junkyu pun berinisiatif untuk duduk di depan asahi. Tepatnya di tempat duduk mashiho sembari tersenyum tipis menatap wajah datar itu. Dengan posisi duduk mereka, asahi bisa melihat bagaimana sudut bibir junkyu terdapat darah yang mengering karena pukulannya.

"Berhenti menatapku, atau dua jari ini akan menembus matamu." Desis asahi yang merasa kesal dengan tatapan junkyu yang tak teralihkan sedikitpun dari wajahnya.

Pemuda tampan itu terkekeh samar, entah kenapa dia merasa begitu senang dengan sikap cuek dan dingin dari asahi saat ini. Dirinya merasa tertantang, karena selama ini terlalu banyak orang memujanya membuat dirinya jengah sendiri. Tetapi asahi yang sekarang benar-benar berbeda, membuatnya semakin gencar menggoda pemuda cantik itu.

"Sepertinya hujan tidak akan reda dalam waktu dekat, bagaimana jika aku memberimu tumpangan?"

Asahi mengerutkan keningnya, menatap junkyu yang tersenyum tipis kemudian ia mendengus kasar. "Kau pikir aku sudi? supirku juga sudah ada dibawah, aku akan pulang dengannya saja daripada harus berlama-lama denganmu."

Pemuda cantik itu langsung menyampirkan tas ke bahunya, lalu segera meninggalkan junkyu dengan cepat.

Namun pemuda tampan itu tidak hanya diam, nyatanya dia mengekori asahi hingga sampai teras sekolah. Walau tak menanggapi, tetapi junkyu tetap mengekori dan mengganggu asahi. Entahlah, sebuah kesenangan tersendiri untuknya menggoda asahi.

"Biar aku saja yang mengantarmu."

Kepala asahi mendongak menatap junkyu yang kini sudah membentangkan jas sekolah diatas kepala mereka. Kedua mata cantik itu menatap dalam diam bagaimana pemuda tampan bermarga kim itu tersenyum tipis dengan nada lembutnya.

"Harusnya kau tidak perlu seperti ini. Karena percuma, Aku tidak akan jatuh cinta denganmu." Ungkap asahi yang membuat junkyu terdiam sementara, namun pemuda tinggi itu kembali memberikan senyum tipisnya hingga salah satu pipinya membuat lubang cacat.

"Aku hanya khawatir kau terkena air hujan, dan membuat bajumu basah begitu juga dengan kepalamu. Intinya aku tidak ingin kau jatuh sakit." Terang junkyu yang membuat asahi mendesah pasrah.

Kemudian tanpa aba-aba, asahi mulai berjalan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari sana. Berjalan dengan sedikit cepat, membuat junkyu harus memperingati asahi karena jalanan sedikit licin.

dear love | kyusahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang