18

881 166 9
                                    

Pemuda itu kini tengah duduk di dinding pembatas atap sekolah. Kedua kakinya yang jenjang itu mengayun dengan pelan, kepalanya menengadah ke atas, kelopak matanya tertutup dengan sebuah senyum simpul menghiasi wajahnya yang terbias cahaya matahari pagi.

Hamada asahi, pemuda cantik itu sejak bel masuk berbunyi tak berniat untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kakinya dia langkahkan ke atap sekolah, menikmati angin yang berhembus cukup kencang dengan sinar matahari yang tak terlalu terik.

Merekam semua hal yang terlintas di matanya. Bagaimana sikap mashiho padanya, para pembencinya yang sekarang tak berani untuk mengusik, suasana sekolah yang tenang di beberapa kelas dan suasana riuh di kelas yang lain, asahi berusaha untuk merekamnya dalam otaknya, walau ia tahu itu akan berakhir sia-sia.

Rambut blondenya bergerak tak beraturan mengikuti arah angin, namun si empunya tak berniat untuk memperbaikinya. asahi masih diam dan tak bergerak.

"asahi hyung."

Suara yang sudah dia hapal diluar kepala, memanggil namanya.

Kedua kelopak itu perlahan bergerak ke atas. Menampakkan kedua bola mata yang berwarna cokelat terang. Kepalanya menoleh kebelakang, tersenyum tipis dengan rambutnya yang berantakan.

"yedam-ah..."

Adik kelas asahi yang juga memiliki garis wajah menjurus manis namun terlihat dingin itu menatapnya dengan penuh arti.

yedam berjalan pelan menuju asahi yang sudah dia anggap sebagai kakaknya.

"Apa yang kau lakukan disini, hyung? Bukankah kau sangat suka belajar? Kau lebih senang memperhatikan guru menerangkan pelajaran di depan kelas daripada membolos seperti ini." Komentar yedam yang kini menumpukkan kedua tangannya di dinding pembatas tak jauh dari asahi duduk.

Asahi menghela napasnya, lalu kembali membawa pandangannya ke depan. "Hanya ingin. Lalu dirimu? Masih tidak berubah juga ya." Ucapnya pelan, saat dirasa sakit kepalanya kembali mendera.

yedam terkekeh pelan. Pandangannya juga dia bawa kedepan, tak menyadari bahwa asahi tengah menahan sakitnya yang perlahan semakin hebat.

"Aku akan berubah menjadi lebih baik jika asahi hyung berjanji untuk tidak pergi meninggalkan kami." Jawab yedam dengan tatapan sendu.

asahi menipiskan bibirnya, berusaha menahan ringisan. la bahkan mencengkeram dinding itu dengan kuat.

"Kau tahu, yedam-ah. Tempatku bukan disini."

Ucapan asahi membuat adik kelasnya semakin sedih. yedam bahkan sudah mulai berkaca-kaca.

Sedangkan di sisi lain asahi menunggu sakit kepalanya sedikit mereda, sebelum akhirnya meloncat turun dan menghampiri yedam.

"Berhentilah untuk bergantung padaku. Kau masih punya keluarga utuh yang begitu menyayangimu, jadi lebih baik pikirkan mereka. Aku akan baik-baik saja."

yedam berbalik, dia menatap asahi yang masih tersenyum di saat seperti ini. Pemuda cantik itu mendengus kesal, sebelum akhirnya melemparkan tubuhnya pada sang kakak.

"Aku akan menunggumu, hyung. Bahkan jika itu untuk waktu yang lama."

Asahi menghela napasnya panjang, ia membalas pelukan yedam dengan senyum tipisnya. "Kau adalah adik kecil yang paling ku sayangi. Kau lebih mengerti dibanding siapapun, jaga dirimu baik-baik, hm."

yedam mengangguk kencang dan asahi bahkan bisa merasakan bahwa sang adik tengah menangis dalam diamnya.

















junkyu menatap gelang silver di tangannya sembari tersenyum kecil. Dia menatap jam di ponselnya, dalam hitungan menit bel tanda kegiatan belajar mengajar akan selesai. Dia tak sabar untuk menemui kekasihnya.

dear love | kyusahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang