Banyak orang berkata bahwa cinta itu datangnya dari mata lalu turun ke hati.
Tapi tak banyak orang tau, bahwa cinta itu hati yang merasa bukan mata yang melihat.
⚠️ Disclaimer:
This is remake story from "dear love" by icha__kim.
Junkyu x Asahi versi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♡♪♡
"Aku penasaran, apakah asahi akan menyelesaikan tugas kita?"
Junkyu melirik hyunsuk yang membuka suaranya setelah asyik bermain playstation bersama dengan jihoon. Pemuda tampan yang sibuk bermain ponsel sambil berbaring di sofa panjang rumahnya itu tersenyum miring.
"Asahi tidak akan bisa menolak. Dia pasti tahu resiko apa yang di dapatnya jika melanggar atau menepati perjanjian. Lagipula, bukankah dia menyukaiku?" Ucap junkyu dengan percaya diri. Walaupun bayangan asahi yang menolaknya semenjak kembali ke sekolah dua hari yang lalu mengganggu pikirannya.
Hyunsuk dan jihoon mengangguk setuju dengan penuturan junkyu. Asahi itu sudah jatuh cinta dengan junkyu sejak awal masuk sekolah, sudah pasti pemuda mungil itu tak akan menolak dan senang hati mengerjakan apa yang diperintahkan oleh junkyu.
"Hei! Kamu curang!" Jihoon memekik kesal, matanya memicing tajam pada hyunsuk yang bergeming sambil menatap tulisan game over yang tertampil di layar pipih di depan mereka "choi hyunsuk!"
Jihoon mendengus kesal. Dia mengalihkan pandangannya bersamaan dengan stik playstation milik junkyu yang terjatuh bebas disana, lalu berdiri meninggalkan hyunsuk yang tertawa puas disana.
Jihoon kemudian menggeser kaki panjang junkyu untuk bisa duduk di sofa. Wajahnya nampak kesal dengan ponsel di tangannya yang di tekan dengan kasar. Melihat itu, junkyu langsung menatap tajam hyunsuk yang sekarang menghela nafasnya.
"Jihoon" panggil hyunsuk yang tak dijawab oleh si empunya nama. Pemuda swag itu menatap pasrah pada jihoon yang masih menunjukan wajah kesalnya. Padahal jelas-jelas sejak tadi jihoon mengganggunya, tapi giliran di ganggu balik malah meraju. Pemuda panda itu memang tidak mau kalah.
"Oke, kamu gak usah traktir aku. Aku yang traktir kamu, gimana?"
Jihoon memang di kenal enggan untuk mengeluarkan uangnya, padahal sejak awal mereka bertaruh siapa yang kalah akan mentraktir si pemenang. Pemuda panda itu selalu optimis jika bermain dengan hyunsuk, karena dia harus selalu menang kecuali melawan junkyu.
"Jihoon?" Panggil hyunsuk sekali lagi, memastikan pemuda itu tidak lagi kesal dan marah. Dan bersyukurlah jika wajah jihoon kini tak memperlihatkan kerutan kesal seperti tadi, artinya dia tak marah lagi meski tak menjawab panggilan hyunsuk.
Junkyu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua sahabatnya itu. Dirinya sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini, meski dia jarang masuk ke dalam situasi di mana keduanya sedang bertengkar.
Tubuh tegap dan tinggi junkyu berganti posisi menjadi duduk dan bersandar, membuat jihoon kini meletakkan kepalanya di pundak junkyu. Sedangkan hyunsuk mendengus kecil, mengundang kekehan dari junkyu.
"Sudahlah, gimana kalau kita bersenang-senang saja? Doyoung mengundang kita malam ini" junkyu akhirnya berusaha menengahi suasana yang sejak tadi tak berubah menjadi nyaman. Membiarkan jihoon bersandar padanya.
"Kemana?" Hyunsuk bertanya, dia nampak tertarik pada undangan adik kelasnya itu. Sesekali melempar pandang pada jihoon yang masih sibuk dengan ponselnya.
Junkyu menunjukkan smirk tampannya "ke tempat penghasil uang. Aku akan mentraktir kalian berdua jika aku mendapatkan uang itu malam ini."
Asahi keluar dari kamarnya, dia mengenakan hoodie oversize berwarna hitam dengan jeans hitam membalut pas dikakinya.
Tak lupa sepatu dengan harga jutaan dolar berwarna putih menjadi pijakan empuk dan nyaman untuk dia pakai malam ini.
Ponsel dan juga dompetnya dia simpan di saku celananya. Berlari menuruni tangga dengan cepat, bahkan melewatkan makan malam yang sudah disiapkan oleh para pelayan rumahnya.
Hingga suara berat memanggil namanya, membuat langkahnya yang sudah berpijak di lantai dasar kini terhenti. Asahi menyisir rambutnya yang berwarna blonde itu sebelum membalikkan badan dan langsung bertatapan dengan pria tinggi berbadan tegap yang menghampirinya.
Baru saja asahi ingin membuka suaranya, namun kata-katanya tersangkut di tenggorokan saat sebuah pelukan hangat kini tengah melingkupi tubuh mungilnya.
"Aku sangat merindukan adik kecilku yang manis. Bagaimana harimu, hm? Hyung merindukanmu."
Asahi mengontrol ekspresi wajahnya dengan baik. Keterkejutannya tadi tak membuat wajah datarnya berubah banyak, hingga akhirnya pelukan itu terlepas dan keduanya saling menatap.
Sangat disayangkan jika tatapan sayang dan penuh cinta dari pria didepannya itu hanya dibalas asahi dengan tatapan datar dan dingin.
"Hey, kenapa dengan wajahmu itu? Tidak biasanya asahi-ku seperti ini" komentar sang pria yang memasuki usia 20-an itu. Tangannya terangkat ingin mengelus pipi asahi, namun asahi langsung mengambil langkah mundur.
"Asa--" ucapan pria itu terhenti ketika dia menyadari sesuatu. Kini ujung garis bibir asahi terangkat sempurna.
"Halo yoshi hyung, apa kabarmu? Sudah lama aku tidak melihatmu lagi" ucap asahi seakan-akan dia merindukan pria yang lebih tua darinya itu.
Yoshi, pria yang baru saja datang berniat mengunjungi pemuda mungil yang selalu manja dan ceria kepadanya. kini harus menelan pil pahit saat tau yang dia temui sekarang bukan asahi yang dia harapkan.
"Terkejut? Sayangnya, asahi lemah mu itu sekarang tidak ada disini" seringaian yang terkesan mengejek mampir dan menghiasi wajah asahi.
"Arthur, kenapa kau kembali?" Tanya yoshi yang membuat asahi langsung tertawa keras.
"Kenapa? Kau takut asahi-mu tidak kembali? Ouh, aku sangat sedih karena hyung tak pernah menginginkan ku dari dulu. Padahal kami ini sama kan?" Tanya asahi bertubi-tubi. Wajahnya memelas dan memperlihatkan kesedihan, membuat yoshi hampir saja terbuai jika saja sorot mata itu tak berubah lagi jadi tajam dan dingin.
"Aku ada urusan penting malam ini, maaf tidak bisa menceritakan cerita dongeng untukmu. Selamat malam"
Asahi kembali membalikan badannya dan melangkah pergi dari tempat itu, namun hingga langkah kedua dia kembali berhenti "omong-omong aku menerima jika orang-orang memanggil ku arthur, tapi aku lebih suka hyung memanggilku asahi."
Yoshi hanya terdiam menatap punggung kecil itu dengan pandangan sendunya. Pria itu bahkan tak tau jika senyum miringnya tersirat sorot kesedihan dimatanya. Dan yang bisa dia lakukan hanyalah menghela nafasnya, karena dia tak menduga Hal ini akan datang dengan cepat.