19

939 159 11
                                    

Kelopak mata itu terbuka, menampilkan sepasang bola mata gelap sehitam jelaga. Beberapa saat mata itu terpaku sebelum akhirnya mengerjap cepat, tubuhnya kemudian terduduk dari berbaringnya. Dia menatap sekitarnya lalu tersenyum lega saat melihat kini dia berada di kamarnya.

"Tuan Muda, apa anda sudah bangun? Jika sudah, segeralah bersiap untuk sarapan bersama tuan Besar dan juga tuan muda kanemoto."

Suara wanita terdengar dari luar pintu kamarnya yang tertutup. Namun dia tak menyahut, cukup mengejutkan untuknya ketika tau jika ada orang lain selain sang ayah dan yoshi di rumah besarnya.

Kakinya yang hanya di lapisi celana pendek selutut itu kemudian turun, menapaki lantai dingin ruang kamarnya. Segaris senyum kecil terbentuk saat melihat bayangan dirinya di cermin.

"Akhirnya kau kembali, asahi." Gumamnya sedikit berjinjit karena rasa senangnya. Dia kemudian melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul enam pagi. Ah, dia harus bersiap.

Dengan segera, dia masuk ke dalam kamar mandi dan memulai ritual paginya seperti biasa.

Hingga jarum jam menunjukkan setengah tujuh, asahi sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dia merapihkan rambutnya sekali lagi dan juga menyemprotkan parfum berbau vanilla di seluruh tubuhnya. Tak lupa memberikan sedikit pelembab di bibirnya karena dia merasa bibir itu terlalu kering.

Merasa cukup, dia segera mengambil tasnya dan keluar dari kamar tak lupa dengan wajah berserinya yang nampak lebih segar.

Suara derap kaki asahi yang menuruni tangga terdengar sampai ke ruang makan. Sang Ayah, yuta pun tak bisa untuk menahan senyumnya begitu juga dengan yoshi yang nampak antusias.

"Selamat pagi!" suara nyaring asahi diiringi dengan kekehan renyahnya itu mengucapkan sapaan pada kedua pria dominan disana.

"Pagi Ayah." asahi menghampiri orang tua tunggalnya, kemudian mencium pipi sang Ayah membuat orang tua itu terkekeh gemas dan mencium balik sang anak.

"yoshi hyung~" nada manja begitu terdengar dan mengalun merdu di telinga yoshi. Dengan senang hati dia memeluk sang adik kesayangannya.

"Kau cantik pagi ini." Puji yoshi yang membuat asahi merona malu, sampai tidak sadar merengek.

"Memangnya kemarin-kemarin aku tidak cantik ya?" Tanya asahi dengan bibir mengerucut. Membuat yoshi dengan gemas semakin menekan pipi pemuda cantik itu hingga bibirnya semakin mengerucut. Sekelebat bayangan arthur sebelumnya hampir membuyarkan konsentrasi yoshi.

"Kau sangat cantik, sa. Lebih baik segera duduk dan aku akan mengantarmu ke sekolah, sekalian pergi untuk bekerja." Terang yoshi yang membuat asahi mengangguk dengan semangat.

Pemuda cantik itu mengambil tempat di sisi yoshi dan memakan sarapannya dengan lahap. Bahkan bola matanya membesar, dia merasa sudah lama tidak makan makanan seenak ini.

"asahi-ya, apa bagian tubuhmu ada yang sakit atau masih sakit? Seperti kepalamu?"

Asahi mengangkat pandangannya pada sang Ayah, dia sempat diam mencoba untuk berpikir. Kemudian setelahnya menggeleng dengan senyum cantik hingga kedua matanya menghilang. "Aku baik. Ayah tenang saja, tidak perlu khawatir."

Diam-diam yuta menghela napas lega dan kemudian membalas senyuman sang anak. Berbeda dengan yoshi yang nampak makan dengan tenang, walau di dalam pikirannya banyak sekali hal yang dia pikirkan.





























Junkyu menghembuskan napas panjang, sudah dua hari terlewat, namun batang hidung kekasihnya belum juga terlihat. Jika saja dia tak ingat dengan janjinya, mungkin sejak kemarin dia sudah menelepon asahi atau bahkan menghampiri rumahnya.

dear love | kyusahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang