25 {end}

2K 178 45
                                        

Ini sudah satu bulan sejak tidak adanya kehadiran Arthur. Ujian akhir sekolah sudah berakhir dan kelulusan mereka sudah di depan mata. Sisa akhir bulan mereka gunakan untuk bersenang-senang, seperti bermain basket, bola, atau yang lainnya. Selagi itu masih ada di lingkungan sekolah.

Asahi dan junkyu pun kini menjadi dekat. Bukan dalam artian hubungan serius, hanya sebatas teman dekat saja. Karena bagaimana pun hati junkyu sudah terkunci untuk satu orang yang sampai sekarang belum dia lihat batang hidungnya.

"Minum."

Junkyu yang baru saja ingin duduk di tepi lapangan setelah diajak teman-temannya bermain basket, lantas tersenyum dan mengambil air mineral yang disodorkan oleh asahi.

"Terima kasih."

Asahi mengangguk dengan tersenyum senang, dia menatap mashiho yang tengah berjalan di seberang lapangan dan terlihat kesal bersama seorang pemuda tinggi yang sedang mengganggunya.

Dia menghela napasnya pendek. Setidaknya semuanya nampak berjalan normal, kecuali tentang keberadaan sang kakak.

"Kau tidak ingin mengetahui perkembangan asahi hyung?" Tanya asahi dengan embel-embel hyung. Bagaimana pun juga dia menyayangi kakak satu-satunya itu. Hanya asahi saudara kandung yang dia punya.

Junkyu tersenyum getir setelah menenggak habis air mineralnya. Kemudian dia meremukkan botol minum itu sebelum dia lempar ke sembarang arah.

"Apa jika aku menanyakannya. maka dia akan kembali? Sudah satu bulan, bahkan orang tuamu saja tidak bisa menemukannya."

Asahi merasa bersalah untuk yang kesekian kalinya. "Ayahku sedang berusaha untuk menemukannya, Kau hanya perlu sedikit bersabar."

"Entahlah." Junkyu menghela napasnya. Dia menyangga tubuhnya dengan kedua tangannya yang bertempu di lantau beralaskan semen, "Bahkan jika aku harus menunggunya hingga tua, maka akan ku lakukan."

Asahi tersenyum kala melihat junkyu terkekeh atas ucapannya sendiri.

"Aku hanya khawatir dengan keadaannya. Aku selalu mencemaskannya, apa dia sudah makan dengan baik? Apa dia masih menjadi anak nakal? Lebih daripada itu, aku takut dia masih mengkonsumsi obat itu." Desah junkyu setelah dia mengungkapkan isi hati terdalamnya.

Dia mengangkat tangan kanannya yang kini terpasang dua gelang dengan berbeda ukuran disana.

"Dia terlihat kuat namun rapuh secara bersamaan. Kenangan manis kami yang singkat tak bisa begitu saja lenyap dari ingatanku. Katakanlah aku budak cinta kakakmu, disakiti saja aku masih sayang. Di tinggal tanpa kejelasan saja diri ini masih cinta." Imbuhnya yang membuat asahi ikut tersenyum pedih.

"Ini semua karena penyakitku. Harusnya aku tidak terlalu manja dan membuat Ayah hanya memperhatikan kesehatanku saja dan tak memperhatikan asahj hyung." Sesalnya yang membuat junkyu tersenyum tipis.

Pemuda tampan itu mengangkat tangannya. Menepuk puncak kepala pemuda cantik itu dengan pelan dua kali.

"Kau harus sembuh dan datang untuk bertemu kakakmu. Kau juga harus melihat kami menikah dan mempunyai anak." Guraunya yang membuat wajah sedih asahi kini berganti menjadi lebih semangat.

"Tentu saja! Kalian tidak boleh melupakanku begitu saja."

Junkyu dan asahi saling melemparkan senyum satu sama lain. Sebelum akhirnya mereka berpaling dan menatap lurus kedepan, melamunkan satu sosok yang sama.

Disaat seperti ini pun, asahi selalu mejgingat momen manis mereka saat masih balita. Dimana dia belum tahu apa itu ini. Kakaknya selalu saja menjadi tameng terdepan untuknya, mengalah jika mainan sang kakak dia klaim menjadi hak milik. Bahkan selama ini dia tak pernah melihat asahi marah di hadapannya. Kakaknya itu akan pergi berhari-hari dan pulang dengan luka lebam saat mereka tengah bertengkar. Namun dia tahu, bahwa sang kakak menyayanginya sangat besar. Bahkan dia tak yakin rasa sayangnya bisa menandingi rasa sayang sang kakak untuknya.

dear love | kyusahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang