Hedonisme. Istilah yang sempat masyhur di masanya. Sebuah istilah yang dikaitkan dengan berbagai barang mewah atau sifat menghamburkan uang. Dan orang yang sering melakukan perbuatan tersebut dijuluki hedon.
Istilah hedon itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak jaman Yunani kuno. Lebih tepatnya di jaman Plato dan Socrates. Mulanya perilaku hedon bukan didasarkan pada perilaku nafsu yang tidak terkendali. Tetapi lebih pada kesenangan dan rasa hormat yang moderat terhadap orang lain. Dan seiring waktu, pengertian hedon bergeser pada orang-orang yang suka menghamburkan kekayaannya untuk membeli sesuatu yang tak penting atau tak dibutuhkan.
Saat ini istilah hedon memang sudah jarang dipakai atau terdengar. Tapi jejak perilaku tetaplah nampak bahkan makin mudah ditemui. Tak terhitung banyaknya artis yang membuat konten beraliran hedon. Menunjukkan kemegahan rumahnya, mobil mewahnya, jalan-jalan ke luar negeri, belanja tas, sepatu, pakaian dengan angka 7 bahkan 8 digit seolah informasi seperti itu sangat penting untuk diketahui khalayak ramai. Dan lebih wow, subcriber dan orang yang melihat konten semacam itu ratusan juta, lebih banyak dibandingkan subcriber ustadz kondang. Begitulah faktanya.
Dunia itu memang membuat silau. Dan silaunya terkadang bisa sampai membuat buta dan tak tahu arah. Mungkin seperti itulah wujud orang hedon. Memiliki harta yang kebetulan melimpah ruah, tanpa paham kemana seharusnya menghabiskannya dengan sahih. Beranggapan bahwa itu semata buah dari kerja kerasnya. Hingga layak untuk dipakai apapun sesuai kemauannya. Toh itu hartanya sendiri. Sebaiknya para pelaku hedon berkaca pada cerita Qorun. Dimana Qorun pun pernah menyesal di hadapan Tuhannya karena kehedonan dirinya. Tenggelam dalam kekayaannya sendiri, berfoya-foya lupa kemana jalan kebaikan yang seharusnya ditempuh untuk hartanya. Dan Sang Rabb benar-benar menenggelamkannya di gudang tempat Qorun menyimpan harta karunnya, lenyap bersama kesombongan dan keangkuhan karena gemerlap dunia.
"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan" (QS. Hud : 15-18)
Dina masuk ke ruang guru sambil membawa beberapa lembar hasil ulangan harian siswanya. Suasana di halaman dan koridor sedikit riuh, karena itu merupakan jam istirahat kedua. Karena kebetulan hari ini adalah jumat, maka jam istirahat lebih lama. Memberi kesempatan pada para guru dan siswa lelaki untuk menunaikan sholat jumat di masjid dekat sekolah.
Dina pun menuju ke meja guru dan duduk sejenak di sana. Beberapa guru perempuan pun sudah banyak yang berada di sana. Ada beberapa yang memakan kotak bekalnya, mengobrol dan ada yang sibuk dengan gadgetnya.
"Mari bu Dina, makan dulu" ucap bu Wiwik yang sudah memegang sendok di tangannya.
"Silahkan Bu" sahut Dina dengan ramah. Meski jam memang sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang, tetapi Dina belum lapar. Ia memang terbiasa sarapan. Sejak menikah dengan Angga pun kebiasaan itu tak berubah. Malah Angga yang ketularan Dina. Jika dulu Angga paling hanya sarapan setakup roti atau sereal, sejak hidup bersama Dina, Angga mulai terbiasa sarapan berat semacam nasi pecel, nasi goreng atau omlet alias telur dadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEA OF LOVE 2 ( SUDAH TERBIT NOVEL & E-BOOK)
RomanceMenikah itu Nasib Mencintai itu Takdir Kau bisa berencana Menikahi Siapa Tapi tak dapat kau rencanakan.... Cintamu untuk siapa?? 💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛 Sequel Sea Of Love 1