Getting Weaker (Spoiler Novel)

1.8K 290 44
                                    


      Hampir pukul 10 malam Ardan dan Anggi baru keluar dari area mall. Keduanya sudah dalam mobil menuju rumah kontrakan mereka.

     "Capek Gi?" Tanya Ardan sembari melirik Anggi yang kini terdiam. Bak ponsel, sisa baterai yang dimiliki Anggi tak lebih dari 10 persen.

      "Lumayan sih, Mas" Jawab Anggi pendek.

     "Kalau gitu tidur saja" Suruh Ardan pada Anggi yang memang sedang memejamkan mata.

     Adegan film horor yang ia lihat tadi masih membayangi. Kalau Anggi diam, itu bukan karena sedang tak ingin bicara apalagi karena sariawan. Tapi karena seperti orang kesambet. Mau jujur kalau sebetulnya takut melihat film horor tadi, tapi gengsi. Bukankah ia sendiri yang mengajak Ardan menonton film tersebut. Ardan pun tadi sudah mengingatkannya, apakah ia yakin ingin menonton film horor.  Duh Anggi jadi ingat tulisan di medsos yang pernah viral, karma is rael....eh karma is real. Anggi berusaha sekuat mungkin menghilangkan ingatannya akan film horor tadi. Sampai tak terasa Anggi memang seperti melayang dan tertidur.

      Ardan tersenyum sendiri melihat istrinya yang terlihat sudah tertidur. Bersandar di kaca mobil. Sedari tadi Ardan ingin tertawa, tapi sekuat tenaga ia tahan. Istrinya itu benar-benar jaim. Ia tahu Anggi sebetulnya sangat ketakutan dengan adegan di film horor tadi. Padahal menurut Ardan, adegan yang dibuat sedemikian rupa agar tampak menyeramkan itu malah lucu. Terlalu dipaksakan. Berulangkali Ardan bertanya apakah Anggi takut. Dan berulangkali pula Anggi dengan tegas menjawab tidak. Istrinya itu tak mau mengaku. Ardan menggeleng dengan senyum terulas.

      Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di rumah kontrakan. Jalanan sudah sepi. Ardan sudah memarkirkan mobilnya di carport. Kemudian mematikan mesin mobil. Sampai disini Anggi belum terbangun. Apakah ia gendong saja istrinya itu ke kamar? Pikir Ardan ragu. Ardan mencondongkan badannya ke arah Anggi. Dipandanginya wajah cantik Anggi yang bak bayi sedang pulas. Bulu mata lentiknya, hidung lancip, bibir kemerahan bak delima, pipi bersemu merah milik Anggi seolah menjadi pemandangan yang membuat Ardan tak berkedip. Sungguh indah mahluk ciptaan Allah yang menjelma menjadi wujud istrinya itu. Sebuah dorongan muncul di pikiran Ardan. Ia ingin mengecup pipi sang istri. Tapi baru saja bibirnya hendak mendarat di pipi, Anggi malah terbangun. Ardan langsung menjauhkan tubuhnya.

     "Kita sudah sampai ya mas?"

     "Ehm, iya baru saja" jawab Ardan salah tingkah. Berasa ke gap hendak mencium sang istri tadi. Padahal sebelumnya Ardan sudah biasa melakukannya bahkan di bibir Anggi.

      Ardan masuk ke dalam rumah setelah mengunci pintu pagar dan pintu depan. Masih mendapati Anggu yang duduk di ruang makan

     "Kok nggak langsung ke kamar, Gi?" Tanya Ardan heran. "Lapar lagi?"
 
      "Ng..nggak. Anggi masih kenyang"

     "Ya sudah. Ini sudah malam. Kamu pasti capek. Cepat istirahat" titah Ardan hendak masuk ke kamarnya.

     "I...iya" Jawab Anggi bimbang. Tak urung ia tetap masuk ke dalam kamarnya.

---------

      Anggi sudah naik ke ranjang. Tujuannya tentu hendak tidur. Hari sudah larut malam. Anggi sudah membaca tiga surat Qul, ayat kursi, Al Fatihah dan sederet surat yang ia hapal. Tapi tetap saja Anggi tak bisa terlelap.

     Apa karena tadi sudah tidur di mobil ya...pikir Anggi dalam hati.  Anggi ganti membalikkan badan ke kanan. Pikiran Anggi malah masih mengingat adegan tadi ketika si hantu tiba-tiba berada di belakang korban hendak mencekik.

      "Waktu pertama masuk rumah ini, mas merasa hawa tak enak di kamar sebelah" Anggi malah mengingat ucapan Ardan. Tentang kamar ini, iya kamar yang kini ia tempati.

SEA OF LOVE 2 ( SUDAH TERBIT NOVEL & E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang