"Kak Anggaa...mbak Diin" seru Anggi sedikit heboh ketika wajah kakak dan mbak iparnya terlihat di layar ponsel. Tak peduli teriakannya bisa di dengar oleh beberapa orang yang juga duduk di kafe. Jam makan siang membuat kafe tempat Anggi kini duduk cukup ramai."Hai dik, kita baru aja transit dulu di Dubai ini" sahut Dina dengan senyum cerah meski lelah sedikit mendera.
"Wah Alhamdulillah. Pasti mau beliin Anggi oleh-oleh kan"
"Hih, ge-er. Kayanya kamu udah punya semuanya deh..." kali ini Angga yang menjawab. Lelaki tampan itu tetap saja sok bermuka datar, padahal aslinya rindu juga pada adik perempuannya itu.
"Hmm, kan...kan. Kak Angga nyebelin. Tolong deh mbak Din tuh makhluk astral sebelah mbak itu di jewer aja. Nyebelin..." Anggi mencebikkan bibir, kode sebal pada kakaknya. Membuat Dina malah tertawa kecil. Sudah mulai terbiasa dengan interaksi suaminya dengan kedua adik perempuannya.
"Iya nih mas Angga. Siapa bilang Anggi udah punya semuanya?" Sahut Dina sok membela Anggi.
"Nah bener tuh mbak Din..."
"Eits, emang apa yang Anggi belum punya? "Angga mengernyitkan dahi memandang istrinya.
"Anggi kan belum punya suami atau calon suami gitu.."kembali terdengar tawa kecil dari Dina. Membuat Angga mengangguk.
"Ah...Yap betul. Nggi, kamu mau kakak bawain oleh-oleh cowok Dubai. Bagus tuh untuk memperbaiki keturunan biar hidungnya nggak pas-passan kaya kita" kali ini Angga bisa sedikit tertawa. Membuat Anggi malah mendengus.
"Dih, mbak Dina ternyata setali tiga uang sama kak Angga ya...."
"Ya jelas lah. Kan Dina ini memang sudah kakak ikat sama tali, kenceng lagi ngikatnya..." jawab Angga lagi.
"Hah, memang tali apaan mas?" Dina balik bertanya pada Angga.
"Tali pernikahan di depan Allah, bapak dan penghulu kan sayang. Tali cinta yang tak akan pernah lepas, ya kan...," jawab Angga spontan mengecup pipi merah milik Dina.
"Hmm, pamer...pamer deh. Ya tahu yang lagi happy honeymoon" protes Anggi melihat kakaknya main cium istrinya di depan layar ponsel.
"Eh, Duh maaf-maaf. Lupa kakak kalau ada jomblo kesepian di sana" ledek Angga menggoda adiknya. Malah membuat Dina tertawa lagi.
"Eh sori aja ya kak. Kalau Anggi mau, tuh cowok banyak yang antri lho..." sahut Anggi dengan nada penuh percaya diri. Dan kenyataannya memang begitu.
"Iya percaya lah, calon psikolog cantik sholihah begitu pasti idaman ikhwan-ikhwan banget kaan..." Dina kembali berkomentar.
"Halah, palingan juga kamu tuh ribet sama skripsi. Makanya yang serius. Tuh malah kongkow di kafe" Angga malah memberi tanggapan beda. Melihat suasana kafe yang dilihatnya di layar ponsel.
"Ih, kak Angga komen yang menyejukkan hati napa. Kaya Aa Gym gitu..." malah terdengar tawa Angga di sana.
"Ini kan memang jam makan siang, ya Anggi makan lah di sini. Ini juga sama cari literatur. InsyaAllah kurang bab akhir terus bisa maju sidang" ucap Anggi seperti laporan.
"Iya, mbak Din doain semoga lancar skripsinya. Cepat kelar dan di ACC sang dosen. Dan segera ketemu jodoh..." ucap Dina sangat serius.
"Kan...kan...tetap aja ujungnya jodoh...,"
"Eh nih anak. Doa mbak kamu ini kan bagus dan komplit lah. Lulus, jodoh datang. Apalagi coba..." Angga menambahi.
"Iyain aja lah. Makasih ya sudah di doain. Katanya memanjatkan doa di raudhoh itu mustajab. Jodoh mah, ah sudahlah. Susah jabarinnya. Moga skripsi Anggi cepet kelar deh..."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEA OF LOVE 2 ( SUDAH TERBIT NOVEL & E-BOOK)
RomanceMenikah itu Nasib Mencintai itu Takdir Kau bisa berencana Menikahi Siapa Tapi tak dapat kau rencanakan.... Cintamu untuk siapa?? 💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛 Sequel Sea Of Love 1