❤️Siap Menemanimu❤️

1.3K 185 10
                                    


      Ardan meletakkan MacBook yang sejak 30 menit lalu menjadi fokusnya. Ardan sedang mengecek email dari rekanan di kamar apartemen. Kini semuanya berbeda. Ardan lebih senang melakukan pekerjaan di apartemen. Ardan lebih senang melihat jam ketika di kantor. Memastikan jam kerjanya telah usai. Kalau tak ada yang penting dan mendesak, Ardan akan pulang sebelum senja. Baginya apartemen kini bukan lagi tempat pulang untuk tidur. Tapi kini apartemen baginya adalah tempat pulang yang sebenarnya. Bukan sekedar tempat mengistirahatkan fisiknya tetapi juga hati dan pikiran. semuanya karena Anggi. Iya, ada Anggi, istri yang membuat apartemennya menjadi bak surga yang menentramkan. Baiti jannati. Kini ia paham maknanya dengan sepaham-pahamnya.

      Ardan berdiri dari duduknya. Senyumnya terulas bila melihat kondisi kamar apartemenya ini. Dulu kamar ini hanya terlihat hitam putih. Kamar yang kini ditempatinya bersama Anggi berubah total. Dindingnya dilapisi wallpaper warna dusty pink. Beberapa pernik warna fuchia bertebaran disana. Ada lukisan bunga mawar kini menghiasi dinding kamar. Di pojok kamar ada beberapa rak rotan dengan hiasan bunga mawar. Tak ketinggalan sprei yang menutupi kasur. Tak ada lagi warna monokrom. Anggi memborong beberapa sprei yang hampir semuanya bercorak bunga.

      Anggi baru saja selesai menggoreng ayam berbumbu. Jangan ditanya resepnya. Anggi membeli ayam tersebut dalam bentuk kemasan frozen. Malam ini Anggi memasak sayur sop iga dengan ayam goreng dan nugget ayam yang juga dibelinya dalam bentuk kemasan. Sebuah masakan sederhana. Tapi butuh perjuangan buat seorang Anggi yang sama sekali tak bisa memasak

      Hampir sebulan ini, Anggi dan Ardan kembali menikmati kota Surabaya. Ardan kembali menjadi direktur pelaksana PT. Pratama Utama. Kantor cabang di Bandung pun berjalan baik dibawah pimpinan pak Fatoni. Semuanya berjalan lancar. Anggi jangan ditanya senangnya. Bagaimanapun kota Surabaya adalah kota kelahirannya. Anggi sangat bahagia bisa kembali menetap di kota yang terkenal dengan suasana panas dan gerahnya.

     Ah matang....gumam Anggi seraya mematikan kompor elektriknya. Gegas mengambil mangkok untuk menyajikan SOP. Merasa ada yang menggeser kursi dekat meja makan.

     "Ah pas sekali. Masakan sudah matang. Kita makan ya, Mas"

      "Hmm, kelihatannya enak banget" Ardan menghidu uap panas yang menguar dari mangkuk berisi sop yang diletakkan Anggi di depannya.

      "Harusnya sih enak. Semoga.." Anggi agak ragu memuji masakannya sendiri. Ia tahu diri kalau kemampuannya yang satu ini sama sekali tak bisa disombongkan.

      "Pasti enak lah sayang. Masakan kamu selalu enak" Ardan membesarkan hati istrinya.

     "Anggi cuma masak sop aja, Mas. Ayam goreng sama nuggetnya beli. Sambal kecap juga beli botolan" Anggi ikut duduk di sebelah Ardan.

      "Ingat pesan ibu, masak itu hanya butuh jam terbang. Suatu saat kamu pasti bisa"

      "Kalau tetep gak bisa?"
 
     "Ya nggak papa. Mas tetap cinta. Kamu tetap istri yang sempurna"

      "Gombal" Anggi terkekeh mendengar gombalan Ardan yang rutin ia dengar. Tapi tetap saja bisa membuatnya melayang.

      "Alhamdulillah enak banget" Ardan mengucap Hamdallah usai menghabiskan makannya

      "Nikmat banget, Gi" imbuh Ardan lagi.

      "Ini cuma sop, Mas. Cuma masakan sederhana" Anggi merendah.

      "Masakannya memang sederhana tapi yang memasak dan yang menemani makan sangat istimewa. Itu sangat mewah sayang" kan...kan..Ardan paling bisa mencari kata manis begitu.

       "Maaf ya mas, Anggi belum bisa masak masakan kesukaan mas Ardan" Anggi lagi-lagi memulai obrolan. Ia beridri tepat di samping Ardan yang sibuk mencuci piring.

     "Semua yang kamu masak mas suka sayang"

      "Tapi Anggi belum bisa masak lodeh tewel sama pepes ikan. Itu kan makanan favorit mas"

      Ardan meletakkan alat makanan yang sudah dicucinya di zink pengering. Mengambil serbet dan mengeringkan tangannya yang basah. Kemudian mendekat Anggi. Menatap sang istri yang seperti kurang percaya diri kalau sudah membahas masak memasak.

      "Mas suka sop buatan kamu. Mas kangen cap cay yang pernah kamu buat. Oh ya tumis kangkung kamu juga bikin mas nagih... apalagi yaa... Sepertinya semua yang pernah kamu masak menurut mas enak"

      "Hmm...kan itu menurut mas"

      "Lha kamu masak memang buat siapa?"

      "Buat mas Ardan"

     "Ya sudah. Mas bilang enak. Tak usah peduli apa kata orang lain kan"

      "Ya kan mas hanya menyenangkan hatinya Anggi"

      "Ya harus dong mas menyenangkan hati istri sendiri. Masak mas mau menyenangkan hati perempuan lain. Memang boleh?" Goda Ardan ingin agar Anggi tak terlalu minder dengan kemampuan memasaknya. Dengan sewot Anggi menatap Ardan.

      "Awas aja kalau berani" Anggi mencubit pinggang suaminya. Membuat Ardan meringis

      "Mas nggak akan melakukannya sayang. Bukan karena nggak berani sama kamu, tapi nggak berani sama Allah..." Ardan mengacak rambut halus Anggi. Membuat Anggi sedikit tersipu. Sampai Ardan menghadapkan diri tepat di depan Anggi. Menatapnya dengan lembut.

      "Buat apa mas mencari yang lain. Mas jadi ingat bagaimana sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata kepada  istri beliau, Fatimah Az-Zahra..."

      "Memang apa perkataan beliau?"

       Ardan menatap lekat netra indah milik istrinya. Sepertinya semua yang ada pada Anggi sangat indah dan membuat Ardan senang melihatnya.

      "Bila kupandangi dia, hilang segera duka dan lara..." Ucap Ardan dengan tatapan khasnya pada Anggi. Tatapan elang namun mampu membuat hati Anggi ser ser tak karuan. Istilah Anggun itu kini jadi favorit Anggi.

      Anggi mengerjap, membuat bulu mata lentik ya bergerak naik turun. Ardan tersenyum melihatnya. Jangan salahkan dia kalau selalu merindukan istrinya yang bak bidadari dunia itu.

      "Sama yang akan mas katakan kalau ada seseorang yang menanyakan tentang kamu. Bagaimana mas bisa berpaling, kalau ada seorang perempuan yang bila mas pandang, hilang segera duka dan lara. Dan perempuan itu adalah....kamu"

Duh gimana Anggi gak mleyot kalau begini....

❤️❤️❤️

Kamu...iya kamu...yang masih ketinggalan pelukin Ardan sama Anggi....

Masih dibuka gelombang susulan (cetakan ketiga) sampai Sabtu, 2 Juli 2022. Pukul 00.00 WIB

Harga novel : Rp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Harga novel : Rp. 150.000 ( dua jilid )
👉Belum ongkir
👉Tidak dijual terpisah harus membeli satu paket terdiri dari dua jilid
👉Tidak ada COD
Tidak ada bookmark atau printilan apapun.
👉Bonus doa terbaik buat para reader dan yang sudah membeli novel 🙂

Hubungi WA : 081235227255

Mohon maaf bila slow respon.
Maaf kalau ada yang sempat terlewat hingga belum terkirim. Benar-benar faktor manusia yang lemah.
Maaf kalau ada yang minta resi agak lama carinya
Mohon maaf atas segala kurang.

Jazakillah Khoir...
Barakallah fiikum...

❤️❤️❤️❤️❤️

SEA OF LOVE 2 ( SUDAH TERBIT NOVEL & E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang