Berpikir besar bukan berarti meninggalkan hal-hal kecil. Pesan ini disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya. Termasuk dalam hal konsekuensi atas syahadat.Ada berbagai amalan di dalamnya. Cakupannya bukan hanya kehidupan dunia, tapi menembus hingga ke akhirat. Bukan sekedar amaliyah rutin yang umum. Semacam sholat, zakat, puasa, shodaqoh. Tetapi amaliyah yang terkadang luput dari pandangan awam manusia, bisa menjadi pahala dahsyat. Penambah berat mizan di akhirat.
Inti dari persaksian dari syahadat yang diucapkan, adalah taat. Sudah cuma itu. Taat, menerima, tidak usah protes, loyal, tunduk, nurut. Sejatinya hanya itu efek dari syahadat. Karena syahadat adalah intisari dari Arkanul iman. Inti paling inti atas rukun iman yang enam. Iman pada Allah, pada malaikat Allah, kitab-kitab Allah, rasul- rasul Allah, iman pada hari akhir dan iman pada takdir yang baik maupun buruk datangnya dari Allah.
Enam yang inti. Sederhana. Namun seringkali hamba lupa atas Arkanul Iman sebagai kunci kembali pada pemilik jiwa, Allah Izzati Rabbi.
"Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang orang miskin....." (QS. Al Baqarah : 177)
Semilir angin kala fajar berhembus sejuk memenuhi rumah sederhana itu. Geliat sang fajar seolah mengingatkan bahwa hari baru telah dimulai. Keimanan haruslah diupgrade, amalan harus didongkrak dan kebajikan harus terus ditebar.
Bu Nunik melipat mukena warna putih berhias bunga-bunga yang baru dipakainya dengan rapi. Perempuan paruh baya itu baru saja melaksanakan sholat subuhnya. Dan dilanjutkan dengan tilawah Quran. Sebuah rutinitas yang hampir saban pagi dilakukannya. Setidaknya bu Nunik ingin mengamalkan bunyi dari sebuah hadist riwayat Muslim, bahwa Allah mencintai hamba yang melakukan sebuah amalan yang kontinu dan rutin dilakukan, meski sedikit.
Setelah itu, bu Nunik pun beranjak keluar kamar. Hari sabtu begini, bu Nunik bisa bersantai. Karena sesuai anjuran Ardan agar dirinya istirahat di hari Sabtu dan Minggu. Ya, tak bisa dipungkiri, dirinya sudah mulai merambat tua. Badannya tak sebugar beberapa tahun yang lalu. Sekarang mengangkat beban berat sedikit, pinggangnya langsung terasa kram. Lama berdiri sedikit, kepalanya terasa pusing. Mungkin itu memang cara Allah mengingatkan manusia, bahwa hidup di dunia akan segera berakhir. Bak barang akan segera menuju ekpired. Seharusnya manusia sadar sinyal halus dari Sang Pencipta yang seperti itu.
Bu Nunik hendak langsung ke dapur. Menjerang air panas untuk membuat minuman. Dan membuat sedikit kudapan. Apalagi Ardan ada di rumah. Bu Nunik sudah berencana hendak memasakkan putra sulungnya itu masakan istimewa kesukaaannya.
Tapi sebelum menuju dapur, bu Nunik malah berbelok ke arah kamar Riri, putri bungsunya. Ia ingat kalau Riri sedang berhalangan. Jadi pasti tak sholat subuh. Tapi Riri minta dibangunkan pagi karena akan mengikuti kegiatan di sekolah. Bu Nunik sudah hendak membuka lebar pintu kamar Riri yang sebenarnya sudah terbuka sedikit, namun tangannya berhenti ketika mendengar obrolan Riri dengan Reza. Apa Reza sudah pulang dari masjid? Tapi Ardan belum kelihatan. Mungkin Ardan masih jalan-jalan pagi di sekitar kampung.
"Kan kasihan mbak Indri, mas"
"Ya ngapain kasihan toh Ri..."
"Mbak Indri itu sudah lama nungguin mas Ardan, ih mas Reza jadi cowok gak peka banget sama kaya mas Ardan..."
"Lha terus dimana letak salahnya mas Ardan toh Ri..."
"Ya salahnya kenapa menggantung mbak Indri, eh sekarang malah mau melamar perempuan lain..."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEA OF LOVE 2 ( SUDAH TERBIT NOVEL & E-BOOK)
RomanceMenikah itu Nasib Mencintai itu Takdir Kau bisa berencana Menikahi Siapa Tapi tak dapat kau rencanakan.... Cintamu untuk siapa?? 💛💛💛💛💛💛💛💛💛💛 Sequel Sea Of Love 1