💛 16. Accepted 💛

3.2K 480 82
                                    


Mas bilang ke papa mau meminang kamu untuk jadi istrinya Mas...

      Anggi melongo mendengar jawaban Ardan. Meski beberapa menit yang lalu dirinya pun memiliki dugaan seperti itu. Bahwa lelaki yang disembunyikan identitasnya oleh keluarganya. Lelaki yang sudah meminang dirinya pada sang papa adalah Ardan. Apalagi tak seperti biasanya, Ardan datang ke rumah ini lengkap beserta ibu dan adiknya. Dan sedetik yang lalu telah terjawab. Dugaan Anggi seratus persen benar.

     "Eh mas...mas... Ardan serius?" Tanya Anggi sedikit terbata. Antara terkejut tapi juga tidak. Nah bingung kan.

     Ardan sudah hampir membuka mulut ketika terdengar suara pak Pratama dari arah pintu ruang depan.

      "Kalian berdua ngobrolnya nanti saja. Ayo masuk dulu" seru pak Pratama memerintah Anggi dan Ardan agar masuk.

      Ah benar juga. Tak enak kalau ngobrol berduaan dengan Ardan. Apalagi ada ibunya Ardan di dalam sana. Tanpa diperintah dua kali, Anggi bergegas masuk lebih dulu. Berjalan melewati Ardan. Lelaki itu cuma tersenyum tipis memperhatikan Anggi yang melewatinya.

       Anggi meminta ijin dahulu pada semuanya untuk berganti pakaian di kamarnya. Pakaiannya terasa gerah dan kotor. Mungkin karena tadi terkena panas matahari dan kotoran juga debu akibat menyapu. Segera saja Anggi membersihkan badannya kilat dan berganti gamis juga hijab yang lebih bersih.

     Dibukanya lemari besar tiga pintu yang ada di kamarnya. Di dalamnya penuh dengan gamis aneka bahan, corak, model dan warna. Tak ketinggalan hijab panjang berjajar rapi siap untuk dipadupadankan dengan gamisnya.

     Duh pakai yang mana ya... meski ada puluhan gamis ada di hadapannya, Anggi tetap bingung mau memakai yang mana. Bukan Anggi banget. Biasanya Anggi paling ahli memadupadankan gamis dengan hijabnya. Dan Anggi tak memerlukan waktu lama untuk itu.

      Tangan kanan Anggi meraih gamis warna kuning. Dilekatkan ke tubuh bagian depan dan berdiri di depan cermin seukuran tubuh. Cermin yang tepat ada di samping lemari tersebut sempurna memantulkan penampilannya.

     Ah enggak, terlalu nyala siang-siang begini... Anggi menggeleng dan meletakkan gamis tadi di atas sofa.

      Kembali Anggi memindai lemarinya. Tangannya pun menarik gamis warna pink beserta hijabnya. Dan kembali mematut diri di depan cermin.

     Mm, terlalu girly ah. Lebay deh kayanya... lagi-lagi Anggi merasa kurang pas dengan gamis yang dipilihnya.

       Anggi kembali melakukan hal yang sama. Tanpa terasa tumpukan gamis ada di atas sofa. Semua terasa kurang pas untuk dipakai Anggi.

       "Boleh mbak masuk?" Terdengar suara Dina setelah didahului ketukan di pintu kamar. Wajah lembut Dina menyembul dari balik pintu.

     "Eh mbak Din. Masuk aja mbak" jawab Anggi membolehkan.

      Dina melihat tumpukan gamis dan hijab di sofa. Terulas senyum. Memahami kalau Anggi sedang deg deg kan. Salah tingkah. Gugup. Atau apapun namanya. Dulu pun ia begitu ketika Angga datang bersama papa dan mamanya lengkap dengan Anggi dan Anggun.

     "Semua sedang menunggu kamu dik" ucap Dina lembut.

      "Mau mbak bantuin?" Dina seolah paham apa yang sedang dirasakan Anggi.

      "Maaf deh. Habis Anggi kan kaget campur bingung. Shock gitu lho mbak. Rasanya kok aneh saja. Ternyata lelaki yang meminang Anggi pada papa itu mas Ardan..." celoteh Anggi menumpahkan apa yang dirasakannya barusan.

      Dina kembali tersenyum. Perempuan berhijab marun itu mengangguk.

       "Iya memang Ardan yang sebenarnya meminang kamu, Dik. Kenapa? kamu tak suka sama Ardan?" Duh pertanyaan Dina langsung pada intinya.

SEA OF LOVE 2 ( SUDAH TERBIT NOVEL & E-BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang