2. If I Can

7.8K 1K 93
                                    

-----------------------Garis Senja--------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----------------------
Garis Senja
--------------------------------

Sunghoon terus menggenggam tangan Sunoo melewati koridor sekolah yang penuh akan siswa-siswi yang tengah istirahat. Sampai di depan kelas, Sunghoon langsung ngelepas tangan Sunoo kasar lalu mendorong tubuh lelaki manis itu ke dinding.

“Cih!” Lagi-lagi Sunghoon berdecih.

Sunghoon lantas merogoh celana olahraganya untuk mengeluarkan sebotol handsanitizer lalu memakainya tepat di hadapan Sunoo. Seakan memberitahu lelaki itu bahwa Sunghoon baru saja memegang sesuatu yang menjijikan.

“Belikan aku ramen Pak Min dan es jeruk,” ucap Sunghoon sambil menyerahkan uang bernominal besar.

Sunoo menatap uang tersebut, lalu meraihnya dan mengangguk. Lelaki manis itu lantas berjalan ke arah kantin untuk membelikan Sunghoon makanan pesanannya.

Saat Sunoo kembali dari kantin, pandangannya terhenti pada kerumunan orang di depan kelasnya.

Ada apa di sana?

Kenapa perasaan Sunoo menjadi tidak enak?

Sunoo memincingkan mata, lalu berjalan cepat menuju kerumunan orang yang tepat berada di depan kelasnya. Sialan.

Lelaki manis itu menatap kerumunan melalui jendela kelas. Namun lagi, dia tak dapat melihat apa pun kecuali orang-orang yang tengah berkerumun.

Sunoo berjalan ke arah Sunghoon yang tengah bersandar di daun pintu. Saat lelaki itu menyadari kehadiran Sunoo, ia langsung tersenyum sinis.

“Kau lama sekali,” ucapnya sambil mengambil alih kantong kresek makanannya. Benar-benar tidak tahu terima kasih.

Namun Sunoo tidak menghiraukan hal itu. Ia mulai mengedarkan pandangan ke arah kerumunan yang didominasi para siswi yang juga tengah menatapnya sambil berbisik-bisik.

Yap, kerumunan ini pasti ada sangkut paut dengannya.

Sunoo langsung menerobos kerumunan tersebut. Masa bodo dengan orang-orang yang merutuki dirinya.

Pas sampai di depan kerumunan, Sunoo benar-benar terkejut. Di hadapannya, Wonyoung dan EJ tengah berdiri di samping bangkunya yang tengah memegang tas miliknya. Wonyoung lalu membuang tas Sunoo setelah berhasil mengeluarkan semua barang-barang miliknya.

Sunoo reflek membulatkan matanya, lalu maju untuk memungut kembali perlengkapannya itu. Aishh... benar-benar tidak punya perasaan.

Wonyoung tersenyum miring. Lalu membungkuk untuk mengambil buku Fisika milik Sunoo.

“Wow!” Wonyoung membolak-balik buku Sunoo sambil berdecak kagum.

“Hei, kalian sudah menyalin tugas Sunoo?” teriak Wonyoung sambil mengangkat tinggi-tinggi buku itu.

“Sudah!” sahut anak-anak kelasan serentak.

Sunoo menggenggam tangan Wonyoung yang bebas, membuat gadis itu menoleh ke arahnya. “Kumohon, kembalikan!” pinta Sunoo tanpa suara. Hanya sekedar gerakan mulut saja.

“Ya! Apa yang kau bicarakan, aku tidak mendengarnya.” Wonyoung berujar sinis.

Wonyoung kemudian berjalan ke arah meja guru sambil terus membawa buku Fisika milik Sunoo. Gadis itu lalu mengambil gunting di kolong meja guru, lalu mengarahkan gunting itu ke buku Fisika Sunoo.

Sunoo maju sambil menggelengkan kepalanya. Dia berniat mengambil alih bukunya dari tangan Wonyoung, namun gadis itu malah mengoper buku itu ke Yujin, begitu pun seterusnya.

Sampai buku itu kembali di tangan Wonyoung, Sunoo kembali mendekat ke gadis itu. Namun kedua anak buahnya: yakni Yujin dan Jihan, langsung memegang kedua tangan Sunoo untuk mencegahnya.

Lagi-lagi Sunoo hanya bisa menggelengkan kepalanya. Berharap Wonyoung tidak melakukan hal yang terlintas di pikirannya.

“Ck, ck, ck. Malang sekali kau, Kim Sunoo.” Tanpa merasa kasihan, Wonyoung langsung menggunting buku Sunoo menjadi lembaran yang tak karuan.

Sunoo terdiam.

Buku Fisikanya kini berhamburan di lantai.

Dan, tugasnya...

Tugas fisikanya...

Dua puluh soal, pakai cara...

Dikumpulkan hari ini...

Kini koyak di hadapannya...

Ya, Tuhan... Bagaimana ini?

Sunoo menghela napasnya pasrah. Menulikan pendengarannya yang gaduh akan suara tawa kerumunan orang di dekatnya.

Yujin dan Jihan melepas cengkraman tangannya dari Sunoo yang masih menatap lembaran kertas itu. Berusaha menemukan cara bagaimana membuat kertas itu kembali utuh.

Wonyoung tersenyum mengejek. Menginjak sampul buku Sunoo menggunakan sepatu mahalnya, lalu maju beberapa langkah.

“Bermain denganmu terasa sangat menyenangkan,” ucap Somi sambil berlalu, diikuti antek-anteknya yang lain.

“Kasihan Sunoo.”

“Aih, kau tidak perlu membelanya. Kau ingin dirundung sepertinya, huh?”

“Tidak tahu malu.”

Sunoo terdiam. Air matanya tak ada yang keluar. Hanya saja hatinya perih. Kapan semua ini akan berakhir?

Sunoo berlutut di depan hamparan kertasnya. Lelaki itu kemudian memungut kertas-kertas itu untuk di buang ke tempat sampah.

“Bersiaplah dengan omelan Bu Dara,” ucap Sunghoon yang masih berdiri di depan pintu sambil mengunyah permen karet kesukaannya.

Sunoo menatap lelaki itu sebentar, lalu tersenyum lebar sambil mengangguk.

Sunoo langsung bangkit dan membuang kertas-kertas tersebut ke tempat sampah. Kemudian kembali masuk kelas dan duduk di kursinya tepat di pojok belakang untuk memakan bekal.

Lelaki manis itu hanya terdiam, seperti Sunoo yang biasa dan seolah tak terjadi apa-apa barusan.

Sementara Sunghoon menatap Sunoo acuh, lalu berjalan santai menuju kursi untuk memakan makanannya. Tanpa berniat memikirkan apa pun.

Termasuk Sunoo...

***

TBC

[END] Garis Senja || SungsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang