24. Kembali Berdarah

4.8K 568 23
                                    

Sunghoon berkali-kali menghela napas berat, tanda ia lelah. Padahal sejak satu jam tadi Sunghoon hanya duduk mematung menatap keluar jendela sambil sesekali mengecek jam yang melingkar di tangannya.

Kini, lelaki kelahiran 8 Desember itu tengah berada di markas gengnya. Di sana, ia ditemani tujuh orang temannya yang lain. Ni-ki, Haruto, Jeongwoo, Jihoon, Hueningkai, Yeonbin, dan Jeno.

“Belum jam sembilan, Hoon. Santai saja. Aku yakin Sunoo akan menerimamu.” Ni-ki ikut duduk di sampingnya dengan secangkir kopi hangat di malam hari yang sejuk.

Sunghoon menghembuskan napas berat sebelum menjawab ucapan Ni-ki. “Semoga,” katanya. “Ngomong-ngomong, kemana yang lain?”

“Tiga curut itu maksudmu?” tanya Ni-ki yang langsung dibalas anggukan oleh Sunghoon.

“Heeseung dan Jake sedang pergi berkencan. Sedangkan Jay… aku tidak tahu dia kemana. Terakhir mengabari di chat dia bilang sedang dalam perjalanan.”

“Oke.”

“Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang? Apa kau akan tetap menjadi patung di sini?” sindir Ni-ki.

“Patung tidak ada yang bernapas kalau kau lupa.”

“Ck, itu hanya perandaian. Dasar bodoh!”

“Ya, dasar anak kecil.”

“Kenapa kau dan yang lain suka sekali memanggilku anak kecil. Padahal kau dan aku masih tinggian aku.”

“Karena kau masih kecil.” Ni-ki berdecih mendengar jawaban Sunghoon.

“Pst, kalian!” Haruto tiba-tiba mendatangi keduanya. “Kalian sudah membuka pesan di grup?”

Sunghoon dan Ni-ki sontak menggeleng. “Ada apa?” tanya Ni-ki.

“Jay mengabari dia tidak jadi datang ke sini. Dia sedang di rumah sakit. Dia bilang… Jungwon koma.” Haruto berucap dengan hati-hati di akhir kalimat sembari menatap Sunghoon was-was.

“Jungwon koma?” Ni-ki membeo. Dia lansung merogoh sakunya mencari ponsel untuk memastikan berita yang ia dengar. Setelahnya, lelaki berdarah Jepang itu menoleh ke arah Sunghoon yang masih mematung.

“Sejak kapan Jay menemani Jungwon di rumah sakit?” tanya Ni-ki, ia kembali beralih pada Haruto.

“Kurasa sejak dia mengabari dalam perjalan ke sini.”

Ni-ki memejamkan matanya erat lalu menoleh ke Sunghoon. “Kau—”

Belum sempat Ni-ki menyelesaikan ucapannya, Sunghoon dengan cepat bangkit dari duduknya. Dengan suara yang sedikit bergetar, lelaki itu berkata, “Aku pergi.”

“Tenangkan dirimu sebentar. Jangan pergi dengan keadaan seperti ini,” ujar Ni-ki.

Sunghoon menggeleng. Ia tetap beranjak keluar tanpa mempedulikan tatapan teman-temannya. “Sunoo sedang membutuhkanku.”

***

“Sunoo!”

Sunghoon memasuki rumah Sunoo tanpa mengetuk sebelumnya. Ia langsung menyelinap masuk dan membuka satu persatu ruangan yang ada di rumah Sunoo untuk mencari lelaki manis itu.

Sebelum ke rumah Sunoo, Sunghoon sempat pergi ke rumah sakit tempat Jungwon dilarikan. Tetapi nihil, dia tidak melihat Sunoo sesampainya di sana. Jay bilang, Sunoo sudah pulang untuk menenangkan diri dengan di antar Soobin, sepupunya Jungwon. Hal itu dibenarkan oleh Soobin yang sudah kembali ke rumah sakit.

“Sunoo, kau di mana?” teriak Sunghoon sambil menaiki anak tangga.

Dengan napas yang terengah-engah, Sunghoon masuk ke kamar Sunoo sambil terus memanggil nama lelaki itu. Ia sedikit terkejut kala melihat kamar Sunoo yang sangat berantakan: Selimut yang tak serapi terakhir kali ia ke sini, pecahan gelas di samping meja, bahkan remot pendingin ruangan yang sudah tak terbentuk. Hal itu tentu saja membuat Sunghoon tambah khawatir dengan kondisi lelaki itu.

[END] Garis Senja || SungsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang