4. Awal Dari Segala

7K 984 25
                                    

-----------------------Garis Senja--------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----------------------
Garis Senja
--------------------------------

Sunoo memejamkan matanya pasrah. Kembali membuka mata, lalu perlahan dia berjalan ke arah danau yang terletak di belakang sekolah. Lelaki itu terus berjalan, tak memedulikan air danau yang kian dalam hingga membuat seragamnya basah. Hanya satu tujuannya. Yakni mengambil ransel.

Ya, sepulang sekolah tadi, Wonyoung dan Jimin kembali berulah dengan membuang tasnya ke danau. Mengelak rasanya percuma. Karena tidak mungkin baginya melawan semua orang yang merundungnya.

Ah, coba saja hari ini Jungwon tak absen sekolah lagi. Pasti Sunoo sudah berada di rumah walau hanya ditemani tugas miliknya.

Sedikit lagi.

Sedikit lagi dia berhasil mencapai ranselnya.

Dapat!

Byurr....

Sunoo tenggelam. Kakinya tergelincir. Air danau yang berwarna hijau membuatnya sulit melihat. Ah, Tuhan bagaimana ini? Tak tahukah bahwa Sunoo tidak bisa berenang?

Sunoo terus menggerak-gerakkan tangannya supaya tidak tenggelam. Tapi nyatanya, tubuh Sunoo semakin lemas dan tenaganya kandas. Lelaki manis itu memejamkan mata, mencoba pasrah.

Namun, sebuah tangan yang tak Sunoo ketahui memegang tangannya. Menarik lelaki itu mendekat, lalu memeluk tubuh lemah itu dari belakang.

“Ah!” Sunoo kembali bernapas lega saat kepalanya menyembul dari air danau.

Orang yang tidak Sunoo ketahui langsung menggiring Sunoo menuju tepi danau yang sepi lalu mendudukkan dirinya di samping pohon besar.

Sunoo mengatur napasnya, begitu juga dengan orang yang tadi menolongnya. Saat Sunoo menoleh, betapa kagetnya dia ketika mendapati Sunghoon tengah menengadah sambil memejamkan mata.

Lelaki itu.... Menyelamatkannya?

“Jangan terlalu percaya diri!” celetuk Sunghoon yang masih memejamkan mata.

Sunoo terdiam, lalu membuang pandangannya ke arah lain.

Sunoo kembali menundukkan kepalanya. Namun, sedetik kemudian dia kembali menengadah. Dengan gesit, ia membuka ranselnya dan mengeluarkan sebuah book note yang sudah basah. Lantas Sunoo mengendurkan bahunya dan mendesah kecewa. Hal itu tentu tak luput dari pandangan Sunghoon.

“Apa?” Nada sengit keluar dari mulut Sunghoon saat Sunoo menatap ke arahnya.

“Terima kasih.”

Alih-alih menjawab ucapan Sunoo dengan semestinya, lelaki tampan itu malah berdecih. “Hanya itu?”

Sunoo mengernyit bingung. Ia lantas terdiam menunggu Sunghoon melanjutkan ucapannya. “Nyawamu hanya seharga ucapan ‘terima kasih’?”

Mendengar itu, Sunoo menunduk dalam.

Sunghoon menyeringai tajam. Seringaian jahat yang Sunoo tidak yakin bisa melakukannya.  “Kamu tahu, kalau kamu mati di sini, siapa yang repot? Tentu saja orang tuaku! Kau tidak lupa siapa pemilik sekolah ini, bukan?”

Sunoo mengangguk. Mana mungkin dia lupa, Park Sunghoon, satu-satunya cucu laki-laki di keluarga Park si pemilik SMA Iland Seoul. Yang berarti, lelaki itu merupakan pewaris tertinggi harta keluarga Park kelak.

Ah, siapa yang tidak tahu itu?

“Maaf,”

Sunghoon menoleh lalu berdiri. Lelaki itu sama sekali tak melepaskan pandangan dari Sunoo yang masih menunduk. “Jangan mati dulu. Aku belum bosan bermain denganmu.”

“Kamu benar.” Setelah mengucapkan itu, Sunoo membuang tatapannya ke arah danau.

Kini, Sunghoon tidak tahu apa yang dia rasakan. Lelaki itu mengernyit merasakan perasaan bodoh yang mulai hinggap di hatinya.

Ah, kenapa dia harus merasa kasihan dengan anak bisu ini?

Sunoo mendengus, lalu beralih menatap Sunghoon. Membuat mata rubah milik Sunoo bertubrukan dengan mata awas Sunghoon yang seolah tengah menelisik begitu detail dengan ekspresi wajah datar dan dingin.

“Apa?”

Sunghoon yang sedari tadi kehilangan orientasinya langsung membuang pandangannya. “Tidak. Cepat pergi!”

Mendengar nada sengit Sunghoon, Sunoo mengangguk lantas membereskan ranselnya dan menjauh dari hadapan Sunghoon. Namun baru beberapa langkah, suara lelaki itu kembali menginterupsinya.

“Kau…”

Sunoo menoleh pelan ke arah Sunghoon yang perlahan mendekat.

“Mulai besok, jadi pesuruhku. Aku akan menunggumu di lapangan parkir esok.”

Sunoo mematung di tempat, membiarkan Sunghoon berjalan melewatinya.

Oh, God! Cobaan apa lagi ini?

***

Besoknya Sunoo benar-benar merealisasikan ucapan Sunghoon. Setelah bertukar pesan dengan Jungwon dan memberikan kalimat semangat untuk lelaki itu, Sunoo langsung berangkat sekolah pagi-pagi sekali karena takut kedahuluan Sunghoon. Namun sampai sekarang lelaki itu belum juga datang.

Hampir setengah tujuh mendekati bel masuk, sebuah mobil Audi FSI Couple yang cukup familiar masuk ke gedung sekolah. Dengan cepat Sunoo menghampiri mobil itu dan berdiri di sisinya.

Tak lama, sosok lelaki tampan yang masih mengenakan kacamata hitam keluar dari mobil dan langsung disambut teriakan nyaring dari para gadis di SMA Iland Seoul. Bukan hanya teriakan gadis di lapangan parkir saja, melainkan juga teriakan dari arah balkon.

Bisa dibayangkan se famous apa lelaki itu?

Park Sunghoon —lelaki tadi, langsung memasang senyum miring kala melihat Sunoo. Lelaki itu lalu berjalan memutari mobilnya dan membuka pintu penumpang depan. Dikeluarkannya tumpukan buku paket lalu diserahkan kasar ke Sunoo. Sementara lelaki itu langsung mengaitkan tas hitam di salah satu punggungnya.

Sunoo kebingungan. Kenapa barang sebanyak ini tidak dimasukkan ke dalam tas? Pasalnya ia sedikit kesusahan membawa buku paket yang tebalnya hampir setengah kamus Bahasa Inggris 1 miliyar.

“Tas milikku hanya berisi dompet.” Sunghoon berucap seolah tahu pikiran Sunoo.

Sunoo menghela napas pasrah.

Sunghoon mulai melangkahkan kakinya, membuat Sunoo juga langsung mengekori lelaki itu. Sepanjang perjalanan, banyak pasang mata yang menatap Sunoo iri, ada juga yang memandangnya dengan tatapan remeh. Dan di antara mereka, sama sekali tak ada yang menatap kasihan kearahnya.

Oh, sungguh miris.

Masuk ke dalam kelas, Sunoo berjalan ke bangku paling pojok lalu menaruh buku-buku paket Sunghoon di meja lelaki itu. Sunoo menghela napas lega untuk sesaat. Setelahnya, ia mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dari saku kemejanya.

Ada lagi?

Sunghoon membacanya sekilas lalu menggeleng. Lelaki itu lantas melengsorkan tubuhnya dan kembali tidur di meja. Hal itu lantas membuat Sunoo mengangguk dan membalikkan badan berniat pergi ketempat duduknya.

Namun belum sempat melangkahkan kaki, tangan kanan Sunoo ada yang mencekal. Berbalik, lelaki manis itu mendapati Wonyoung yang tengah menatap ke arahnya sambil tersenyum miring.

Hei, sepertinya habis ini akan ada sesuatu yang terjadi.

***

TBC

[END] Garis Senja || SungsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang