5. Sunghoon dan Gengsi

6.8K 1K 62
                                    

-------------------------Garis Senja----------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-------------------------
Garis Senja
----------------------------------

“Tugasnya hari ini ibu tunggu, ya,” ucap Bu Dini seraya mengemas barang-barangnya kedalam tas. Selepas selesai, Bu Dini langsung bangkit dari duduknya.

“Heesung, nanti tolong kamu bawa tugas ini ke meja ibu. Sepulang sekolah harus udah ada di sana.”

Heesung mengangguk sopan. “Baik, Bu.”

“Ya sudah, kita akhiri pelajaran hari ini. Permisi.” Bu Dini melangkahkan kaki keluar kelas, membuat kelas yang tadinya tenang seketika kembali ribut.

“Sunoo, foto jawabanmu, dong!” Jaehee menghampiri Sunoo dengan ponsel di tangannya.

Sunoo mengangguk, lantas memberikan buku tulisnya ke Jaehee untuk di foto.

“Jaehee, jangan lupa kirim ke grup kelas!” ucap Jihoon dari arah pojok yang dibalas acungan jempol oleh Jaehee.

Sementara Sunoo hanya diam menyaksikan. Hal ini sudah biasa terjadi padanya. Bahkan kadang ada satu atau dua orang yang menyuruhnya mengerjakan tugas milik orang itu. Emang tidak punya otak.

“Nih.” Jaehee menggeser buku milik Sunoo lalu kembali ke tempat duduknya. Lagi-lagi gadis itu tidak tahu terima kasih.

Ah, sudahlah biarkan. Percuma saja memikirkan hal ini karena beban pikirannya sudah banyak.

Sunoo menutup bukunya, lalu membawa buku itu dan meletakkannya di meja guru supaya nanti dikumpulkan oleh Heesung. Setelah itu, Sunoo memilih melangkahkan kakinya keluar kelas untuk ke toilet sekedar cuci muka.

Koridor saat ini sepi, toilet pun sepi, karena kegiatan belajar mengajar masih berlangsung.

Sunoo mulai menyalakan keran air di westafel lalu mulai membasuh tangan dan wajahnya. Bunyi pintu yang terbuka diiringi oleh langkah kaki terdengar memenuhi toilet yang sunyi membuat Sunoo mengangkat wajahnya dan tersentak kala mendapati bayangan Wonyoung dan kedua temannya di cermin. Dengan cepat laki-laki manis itu membalikkan tubuhnya kala Wonyoung berjalan cepat ke arahnya.

Oh, astaga. Apa yang gadis itu lakukan di toilet pria?

“Argh!” Sunoo memejamkan mata, menahan rasa sakit di rambutnya kala tangan Wonyoung menarik kasar rambutnya.

“Ya, lelaki bisu! Apa yang kau inginkan?” Wonyoung berteriak keras, sementara kedua temannya yang lain hanya diam sambil terkekeh senang. Ada yang lucu?

Sunoo merintih.

“Kau merasa sakit, ya?” Wonyoung tambah mengencangkan tarikannya pada rambut Sunoo dan tanpa merasa kasihan, Wonyoung menendang lutut Sunoo sampai lelaki itu jatuh tersungkur. “Bagaimana, ini lebih sakit bukan?”

Sunoo marah, bukan pada Wonyoung ataupun dua temannya yang lain. Dia marah pada dirinya sendiri yang begitu lemah, yang tidak bisa melawan diperlakukan layaknya sampah seperti ini. Ah, sungguh memalukan.

“Apa maksudmu mendekati Sunghoon, huh? Kau tidak tahu aku menyukainya?”

Wonyoung mulai membuka suara. Sementara Sunoo masih terus meringis sambil memegang tangan Wonyoung yang menarik rambutnya semakin kencang. Sunoo hanya bisa menggeleng. Dalam hati ia berteriak kalau gadis itu hanya salah paham padanya. Sunoo tidak ada maksud lain. Sungguh.

“Dasar bisu!” Nada suara Wonyoung meninggi beriringan dengan tarikan tangan di rambut Sunoo yang semakin kencang, membuat Sunoo berteriak tertahan.

Mata Wonyoung memincing menatap Sunoo. “Kau mencari perlindungan dengan mendekati Sunghoon, huh?”

Sunoo menggeleng kecil untuk meyakinkan Wonyoung. Tak terasa satu bulir air mata mengalir di wajahnya.

Wonyoung terkekeh lalu melepas rambut Sunoo. Tak lupa tangan licik gadis itu mendorong kepala Sunoo hingga membentur dinding kamar mandi yang berlapis keramik.

"Jangan masuk kelas sampai bel pulang, Kim Sunoo!"

Ancam Wonyoung final. Gadis itu bersama dua temannya lalu pergi meninggalkan Sunoo sendiri, hanya ditemani suara air dari westafel yang belum ia tutup.

Sunoo menyandarkan tubuhnya pada dinding. Tangan lelaki manis itu perlahan menyentuh rambutnya dan membuang beberapa helai rambut yang rontok. Setelah itu dia memegang kepalanya yang terasa kebas lalu memijat kulit kepala sambil memejamkan mata menahan sakit.

Tuhan, apa kepedihan ini tak juga berakhir?

***

Bel pulang sekolah.

Sunghoon masih terdiam di kursinya, menunggu kedatangan seorang lelaki manis untuk membawa buku-bukunya yang sengaja ia keluarkan. Memang, sedari pelajaran terakhir ia tak melihat batang hidung lelaki itu. Jarang sekali ia bolos pelajaran.

Sebenarnya kemana Kim Sunoo?

“Sunghoon, kita duluan!” pamit Jay yang langsung dibalas anggukan Sunghoon. Jay menepuk bahu Sunghoon menyiratkan perpisahan, begitu juga Heesung dan Jake.

Tak lama mereka pergi, sosok yang sedari tadi ditunggunya muncul. Sunoo masuk kelas dengan langkah cepat. Ia berjalan ke arah bangkunya untuk membereskan alat tulis, lalu mengaitkan tasnya.

Perlahan ia menolehkan pandang ke arah Sunghoon yang masih setia di bangkunya. Sunoo menunduk lalu berjalan ke arah Sunghoon. Saat berhadapan dengan lelaki itu, Sunoo menyerahkan buku catatannya.

Maaf membuatmu menunggu.

“Ah, sudahlah,” ucap Sunghoon.

Tanpa banyak berpikir, Sunoo langsung meraih buku-buku paket di meja Sunghoon.

Sunghoon bangkit lalu mulai jalan dengan Sunoo yang berada tak jauh di depannya. Lelaki itu terlihat sedikit kesulitan membawa buku-bukunya. Hahaha... Masa bodo.

Eits, tapi tunggu. Sunghoon salah fokus pada siku Sunoo yang terluka. Siku Sunoo berdarah dan lelaki itu tidak menyadarinya?

Sunghoon lalu menurunkan pandangannya. Dan lagi, ia menangkap lelaki itu berjalan dengan langkah sedikit terseok. Tunggu, apa sesuatu terjadi padanya?

Ah, masa bodo. Apa pedulinya?

Dengan langkah lebar Sunghoon mendekat ke arah Sunoo. “Cepatlah!”

Sunoo mengangguk mendengar nada sinis Sunghoon. Lelaki manis itu lalu mempercepat langkahnya, walau langkah Sunghoon jauh lebih cepat. Hei, Sunghoon memiliki kaki yang panjang. Jadi jangan heran jika sekali melangkah dua pulau langsung terlewati.

Tepat di anak tangga terakhir, langkah Sunoo terhenti. Lelaki manis itu mengatur napas sebentar, dia lelah setelah berlari-lari di sepanjang koridor saat menyadari bel pulang sekolah sudah berbunyi tiga belas menit yang lalu. Ah, rupanya dia terlalu lama bersemedi di toilet sekolah.

Ia kira Sunghoon akan marah dan memaki-makinya, tapi nyatanya lelaki itu hanya diam saja walau mata lelaki itu menyorotnya kesal.

Dengan cepat Sunoo kembali berjalan ke lapangan parkir lalu mendekati mobil Audi hitam milik Sunghoon.

Perlahan kaca jendela kemudi terbuka, Sunoo lalu menyerahkan buku-buku paket Sunghoon yang langsung ditanggapi lelaki itu.

“Untukmu.”

Sunoo terkesiap, dia dengan cekatan menangkap plastik hitam yang tadi dilempar Sunghoon untuknya.

“Pakaikan itu di siku dan lututmu!” perintahnya sebelum menutup kaca mobil lalu pergi meninggalkan Sunoo yang masih mematung.

Siku? Lutut?

Sunoo lalu mengecek siku dan lututnya yang ternyata memang mengeluarkan darah. Ah, luka kecil.

Sunoo lalu membuka kantong plastik hitam itu dan terkesiap saat mendapati obat merah lengkap dengan plester dan kapas.

Sebentar.

Sunghoon peduli padanya?

[END] Garis Senja || SungsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang