[9] Kidnapped

953 65 2
                                    

🖤

Brahms membuka mata selebar mungkin ketika pipinya ditampar keras. Sea berjingkrak kegirangan berhasil membangunkan Brahms. Sungguh aneh menjadi seorang ayah secepat ini walaupun ia pernah merawat Clare yang sedang hamil. Tapi Sea adalah bayi yang sudah lahir, bisa ia sentuh dan menangis jika keinginannya tidak dituruti.

"Gue buat omelet untuk sarapan. Apa lo suka?" tanya Jessica yang datang sembari membuka gorden kamar. Oh, Brahms juga tahu Jessica tidak pernah membuatkan sarapan pada seseorang yang mulai sekarang akan rutin tinggal bersama merawat Sea.

"Ya, aku akan memakannya."

Jessica mengangguk lalu merentangkan tangannya untuk menggendong Sea. Namun Sea justru memukul tangan sang ibu sambil merengek. "Berhenti main sama papa kamu untuk sementara, Sea. Dia harus kerja."

Sea cepat-cepat naik ke perut Brahms, menempel seperti koala agar ayahnya tidak pergi. Ini yang Brahms maksud. Baru terhitung satu hari bertemu Sea, bayi itu tidak mau lepas darinya dan ternyata ini benar-benar menyenangkan.

"Biarkan saja." Brahms mengelus punggung Sea, "Di mana tempat kau bekerja saat ini?"

"Kafe adik ipar Leo, Adam Alessio Rayan."

Tubuh Brahms menegang. Jadi Jessica bekerja di kafe milik Adam? Astaga, dunia sempit sekali. Apa gadisnya tahu soal ini juga?

"Sebagai apa?"

"Kasir."

"Aku beri kau posisi sebagai sekretarisku di perusahaan."

"A-Apa lo bilang?" Mata Jessica membulat sempurna.

"Kau mau atau tidak? Aku tahu kau tidak ingin kehilangan pekerjaan."

"Gue gak ngerti jadi sekretaris. Gue-gak kuliah."

Brahms bangkit dari tidurnya bersama Sea yang menggigiti bahunya. "Apa aku terlihat menuntutmu menjadi sekretaris yang berpengalaman dan berpendidikan tinggi ketika kau sedang hamil?" Ia mendekati Jessica yang matanya fokus ke arah jalanan, meskipun otaknya tidak. "Aku mempekerjakanmu agar kau ataupun aku selalu ada saat membutuhkan sesuatu."

Jessica tersenyum tipis, "Kita bahas ini nanti ya? Lebih baik lo sarapan supaya gak terlambat kerja."

"Aku akan libur beberapa hari untuk beradaptasi denganmu dan Sea."

"Cuma gue yang harus adaptasi. Lihat Sea." Jessica terkekeh, begitu juga Brahms. Mereka berjalan bersama ke meja makan, duduk berhadapan dengan Sea di tengah meja.

"Orangtuaku pasti antusias bertemu Sea. Bukan begitu, boy?"

Sea manggut-manggut berpura-pura mengerti ucapan Brahms.

"Bukannya gak sopan ya kalo gue ketemu orangtua lo dalam keadaan hamil dan bawa Sea juga?"

"Klan Carter mana yang tahu sopan santun, Jessica Anastasya?" Bahkan gadisku bisa liar kapan pun.

"Lo serius?"

"Klanku adalah mafia berdarah dingin. Mereka tidak peduli siapa berpasangan dengan siapa. Yang terpenting mereka bahagia dan siap melindungi pasangannya."

"Lo bukan pasangan gue."

"Aku juga tidak bilang kau membuatku bahagia."

"Gue lempar pake piring tau rasa lo."

"Sebelum itu terjadi kau kulempar ke ranjang."

Jessica memutar bola matanya malas. "Gue trauma pulang-pulang pake jaket lo karena atasan gue sisa bra doang."

Suddenly TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang