NEW VERSION
🖤
Jari-jari tangan berkutek biru tua itu menarik beberapa kotak susu yang tersusun di salah satu pendingin supermarket. Cewek dengan setelan dress biru dongker dan jaket kulit itu mendadak mematung ditempat ketika mendengar suara yang familiar di telinga.
"Lama tidak bertemu, peliharaanku."
Sulit dipercaya ia akan bertemu dengan Brahms lagi. Brahms tetap tampan memakai celana kerja dan turtleneck hitam di mata cewek itu. Kakinya mundur sedikit demi sedikit mengingat betapa mengerikan mafia itu menyetubuhinya di ranjang tanpa aba-aba. Walaupun ia setuju pada ucapan orang dewasa yang bilang bahwa seks semakin lama semakin candu, tetap saja ia gemetar.
"Mau ke mana, hm?" tanya Brahms dengan seringai yang tak hilang.
"B-Bukan urusan lo!" Buru-buru ia membalik badan untuk menjauh dari Brahms. Tapi belum melangkah sama sekali, suara mafia itu terdengar melembut—menghipnotis tubuhnya untuk diam tak ke mana-mana.
"Apa kau hamil?"
Di balik kuatnya ia yang terlihat oleh orang lain, tak bisa dipungkiri mata birunya berlinang air mata dihadapi pertanyaan seperti itu. Karena ia memang hamil setelah seks bersama mafia itu tapi tak ada keberanian menggugurkan bayinya hingga sekarang sudah empat bulan.
"Apa bayi yang ada di perutmu darah dagingku juga?"
Astaga, sejak kapan Brahms mendekatinya? Ia tidak sadar sama sekali.
"Sorry, gue harus pulang."
Brahms mencekal pergelangan tangannya erat, "Asal kau tahu, aku pasti bertanggung jawab jika itu bayiku juga."
Cewek itu memberikan senyum sekenanya saja kemudian melenggang pergi. Brahms mengikutinya hingga ia benar-benar pergi dengan selamat menggunakan taksi. Ia hanya khawatir seseorang yang berada di dekatnya terbunuh karena dianggap mata-mata. Brahms memandang kepergiannya sambil menghela napas panjang. Padahal ucapannya tidak main-main. Lelaki ini serius bicara jujur akan bertanggung jawab meski tentu saja ia akan menutupinya dari Clare, tapi— sudahlah. Lebih baik ia kembali dan mengurus hal ini nanti.
"Om Jayden tadi nyari lo." ucap Rissa di depan ruangannya. "Gue izin pulang, oke? Kerjaan gue udah selesai kok."
"Kau tidak perlu bekerja keras jika suamimu datang kemari setiap hari."
"Gue udah terbiasa."
"Pulanglah dan beristirahat. Anak buahku sudah kuperintah untuk mengantarmu."
"Oh ya? Kalo gitu gue pulang ya."
Mafia itu mengawasi Rissa hingga pintu lift tertutup, kemudian masuk ke ruangannya lagi. Sebelah alis Adrian terangkat saat tak sengaja menatap wajah Bosnya yang berubah kusut.
"Lo—"
"Kau bisa bantu aku melacak seseorang?" sela Brahms.
"Siapa lagi yang mau lo pasang alat pelacak?"
"Aku hanya ingin mengetahui tempat tinggalnya."
"Kasih tau gue siapa orang yang mau lo lacak."
Brahms terdiam sejenak, "Aku tidak tau."
"Lah, njir!" Adrian terbahak, "Lo mau gue jadi cenayang dadakan?"
Brahms menggeram rendah, "Aku memang tidak tau. Itu tugasmu mencari tau."
"Tugas gue emang nyari tau tapi kalo gak ada gambaran sama sekali gue gak bisa," protes Adrian.
"Kami baru bertemu sebanyak dua kali. Empat bulan lalu di bar milikku dan hari ini di supermarket dekat sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Trapped
Roman d'amour"Aku tidak percaya pernikahan. Aku hanya ingin hidup bersama membangun keluarga dengan ikatan yang kubuat sendiri." Brahms Rayan Carter adalah mafia berdarah dingin yang sangat mencintai sepupunya sejak kecil. Setelah memberi tempat tinggal sementar...