NEW VERSION
🖤
Brahms membuka pintu dengan raut wajah lelah. Tubuhnya tidak lelah, tapi pikirannya. Ia mengerutkan dahi menemukan penthouse-nya dipenuhi mainan anak yang berserakan. Apa Wanda tidak mematuhi perintahnya? Pikirnya kesal. Mafia itu berjalan ke kamar memeriksa apa Jessica dan Sea sudah tertidur atau belum.
Tapi hanya ada Sea di sana.
Ia beralih ke balkon karena hanya itu tempat Jessica menghabiskan waktu kemarin. Benar saja perempuan itu ada di sana. Namun... menangis?
"Aku memang ibu yang buruk karena tidak mengakuimu."
"Aku berjanji setelah ini aku akan menyayangimu seperti pada Sea dan menjadikanmu harapanku untuk hidup."
Brahms lagi-lagi mematung. Tangis Jessica begitu menyakitkan di telinganya, terutama saat ia membahas tentang darah daging mereka. Brahms tau Jessica tidak mengakui anak mereka melihat dari caranya berkata 'anakmu' padanya. Jessica juga membuang foto USG-nya tanpa beban.
Jessica mengusap air matanya meski tak berhenti jatuh. Buku itu ia tutup tanpa minat membacanya lagi. Tubuhnya tersentak ketika berbalik mendapati Brahms menatapnya dengan pandangan tak terbaca. Buru-buru Jessica mengambil buku milik Brahms hendak mengembalikan ke tempat semula namun sesaat kemudian tubuhnya terhuyung.
Mafia itu menariknya ke dalam pelukan.
"Aku memang berengsek. Kuakui itu."
Jessica tak menjawab, tubuhnya mendadak kaku.
"Tapi kuharap itu tidak membuatmu berpikir hanya kau yang merawat dua anak sendirian. Karena aku juga akan merawat mereka."
Astaga, betapa cengengnya Jessica akibat ucapan Brahms. Ia kembali menangis. Tangan kurusnya meremas jaket kulit yang dipakai Brahms, menangis sejadi-jadinya.
Brahms mengelus rambut Jessica, "Berhenti menangis. Kau sudah menangis dua hari berturut-turut."
"Itu karena aku menjadi stres bertemu orang stres."
Anehnya Brahms tidak tersinggung. Ia suka Jessica mau menurutinya mengganti gaya bicaranya yang barbar.
"Bukankah stres dan banyak menangis tidak baik untuk orang hamil?"
Jessica mengendikkan bahu sambil menghapus air matanya, "Entahlah, aku tidak tau."
"Kau tidak peduli bukan tidak tau." Brahms menggeram pelan.
"Aku akan mulai mencari tau nanti."
Lawan bicaranya hanya menghela napas pasrah, "Tidurlah."
"Aku masih harus membereskan barang-barang."
"Biar Wanda yang membereskannya."
"Aku bingung di mana aku meletakkan pakaianku dan Sea. Apa aku boleh membawa lemariku saja kemari?"
"Lalu apa gunanya walk-in closet di kamarku yang tersisa banyak ruang? Kau bisa menggunakannya, tidak perlu membawa furnitur lain." ucap Brahms tanpa merasa terbebani.
Jessica mengangguk kecil, "Okay."
"Sekarang tidurlah."
Sebelum melangkah jauh Jessica menoleh pada lelaki yang memastikan dirinya masuk ke kamar, "Brahms."
Panggilan itu berbeda dengan cara Clare memanggilnya dengan suara manis. Tapi panggilan dari Jessica mampu membuatnya senang tak tau kenapa. "Apa lagi?"
"Terima kasih."
"Untuk?"
Jessica mengulas senyum, "Apa saja yang kau pikirkan." Kemudian ia masuk ke kamar.
![](https://img.wattpad.com/cover/271769726-288-k218115.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Trapped
Romantizm"Aku tidak percaya pernikahan. Aku hanya ingin hidup bersama membangun keluarga dengan ikatan yang kubuat sendiri." Brahms Rayan Carter adalah mafia berdarah dingin yang sangat mencintai sepupunya sejak kecil. Setelah memberi tempat tinggal sementar...