[4] First Meet

1.1K 70 0
                                        

NEW VERSION

🖤

Leo menggandeng tangan Clare keluar dari lift hotel miliknya di Moskow. Setelah beristirahat sebentar, mereka langsung berangkat menuju mansion Jayden dan Lily siang ini. Sama seperti Brahms, mereka tetap digeledah. Para bodyguard yang berjaga di depan pagar tinggi itu menanyakan juga apa maksud kedatangan mereka. Clare sudah tahu kenapa ia dan Leo dicurigai.

Itu karena suaminya seorang billionaire, terlihat memiliki tujuan terselubung. Maka dari itu Clare bergerak mengeluarkan sesuatu dari tas selempangnya, menembak sepuluh bodyguard hingga tubuh mereka pingsan.

"Damn it, Retta, kamu—"

"Ini cuma alat setrum, aku gak bunuh mereka." Clare menahan tawa melihat suaminya tampak pusing oleh kelakuannya.

"Berhenti jadi liar, sayang."

Menutupi perbuatan Clare, Leo memasukkan alat itu ke saku celana salah satu bodyguard agar tidak tertuduh.

"Berhenti jadi licik, sayang." cibir Clare mengikuti.

Leo berdecak kesal, "Kamu bahkan punya keduanya." Ia kembali menggenggam tangan Clare memasuki mansion. Tapi kaki mereka terhenti lagi karena datangnya bodyguard yang tidak terhitung.

"Gak biasanya uncle Jayden protect mansion seketat ini." bisiknya yang terdengar Leo.

"My wife and I already have an appointment with Mr. Jayden." Leo berucap tegas, membuat mereka menyingkir memberi jalan.

Mansion yang pernah Clare datangi tetap sama mewah dan sepinya. Ingatan di masa kecilnya membekas. Leo hanya mengekori istrinya dari belakang. Cewek itu membuka pintu, mengejutkan suami-istri yang sedang berbincang.

"Claretta? Kenapa kau bisa di sini?"

Clare mengulas senyum, "Aku merindukan kalian, aunty, uncle."

"Apa itu Leo suamimu?" Leo mengangguk pelan atas pertanyaan Lily. "Astaga, kau tampan sekali seperti ayahmu! Ayo kemari, aku ingin banyak bercerita tentang ayahmu!" seru wanita itu semangat.

Leo menuruti Lily yang ramah pada siapapun, sedangkan Jayden mengelus rambut Claretta. "Masuklah, sweetheart."

"Di mana Brahms, uncle?"

Jayden dan Lily saling bertatapan, lalu beralih ke arah Leo. "Apa kau akan baik-baik saja?"

"Tentu tidak jika kau bertanya." jawab Leo dingin.

"Wow, aku senang sekali dengan kehadiranmu, Leo! Kau membuatku nostalgia!"

"Jangan banyak bergerak, sayang, lukamu belum pulih." Jayden memperingati Lily yang bertepuk tangan antusias. Matanya menatap Leo lagi. "Aku bertanya begitu karena kau suaminya, bodoh."

"Aku sudah tau semuanya."

"Kau dan ayahmu sama-sama menyebalkan."

"Come on! Aku datang ke sini bukan untuk mendengar kalian bertengkar." Clare memanyunkan bibir.

"Brahms ada di dalam kamarnya, sweetheart."

"Siang-siang begini? Apa dia sakit, uncle?"

"Pintunya dikunci. Sepertinya kau juga tidak bisa masuk."

"Siapa bilang," Clare mengeluarkan klip kertas dari tasnya, "Aku titip Leo ya."

Ayah Brahms menggeleng-gelengkan kepala tak percaya, "Anak itu berubah banyak."

Lily terkekeh sembari memegangi perutnya yang masih berdenyut. "Apa kau tidak ingin bertanya aku kenapa, Leo? Jangan-jangan kau mau menjadi Clare yang baru datang justru menemui Brahms?"

Suddenly TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang