[24] Without Explanation

670 56 3
                                    

🖤

Ekspresi wajah ingin melempar banyak pertanyaan sekaligus rindu bisa Brahms lihat dari wanita yang seumur dengan sang ibu. Mata coklat yang mengingatkan Brahms akan gadisnya membuat ia langsung mendekap erat tubuh wanita itu. Di saat Billy alias kakak Lily selalu menyebutnya sepupu Clare, Sara selalu mengklaim Brahms sebagai anaknya. Itulah kenapa sejak dulu Brahms lebih dekat dengan Sara dibanding Billy.

"Tidak kusangka mafia sepertimu pandai memeluk." Sara terkekeh.

"I miss you."

"Aku lebih merindukanmu. Apa kau masih ada waktu? Ada hal yang ingin kubicarakan."

"Sepertinya—"

"Aku sudah tahu semuanya dari Lily."

Tangan Brahms mengepal keras. Bisa-bisanya sang ibu memberitahu kakak iparnya tanpa konfirmasi apapun.

"Ikut aku ke ruangan."

"Aku harus—"

Sara menunjukkan sebuah benda dari saku jasnya, "Sebelum kau menembak ibumu karena mulut embernya, aku bisa menembakmu jika kau menghindariku lagi."

Sial, sial, sial. Brahms menyesal tidak membawa pistolnya untuk mengancam balik. Terpaksa mafia itu mengikuti Sara ke ruangannya. Sungguh berwarna sekali latar foto keluarga Rayan yang terpampang di sana, berbeda dengan latar foto keluarganya yang berhias senjata tajam. Brahms tidak lupa ini rumah sakit milik keluarga Rayan, tapi ia lupa bahwa Sara bisa datang kapan saja seperti sekarang.

"Duduk senyaman— Tidak di mejaku juga, Brahms." decak Sara.

Cowok itu memandangi beberapa bingkai foto yang tertata di meja Sara, terutama foto gadisnya semasa SMA. Senyum manis gadisnya dan senyum cengengesan Rissa terlihat cantik di sana.

"Lily bilang padaku kau dan Jessica memiliki dua bayi. Aku tidak percaya."

"Nyatanya itu fakta."

Kopi yang satu detik lagi hendak ditelan tersembur bebas membasahi berkas, "Spermamu menghasilkan bayi kembar!?"

"No, aunty. Darah dagingku belum lahir. Bayi lain yang dimaksud adalah bayi adopsi."

"Siapa namanya?"

"Sea."

"Bayimu yang kedua juga laki-laki?"

"Ya, aku akan menamainya Sky."

Sara tersenyum lembut, "Nama yang bagus." Ia terdiam sejenak, "Jika boleh jujur, aku marah kau menghamili Jessica."

Tidak ada jawaban.

"Kau tak pernah tidur dengan perempuan manapun demi Clare. Tapi Jessica? How could you? Aku bahkan tidak pernah menyangka perempuan yang kau hamili adalah Jessica."

"Itu sebuah kesalahan."

"Dan di balik kesalahan itu kalian tetap melakukan seks yang tak terhitung."

Emosi Brahms tersulut, "Sebenarnya kau ingin bicara apa, aunty? Kau bilang padaku kau sudah tau semua ini dari mommy, lalu kenapa kau terus membahas hubunganku dengan Jessica?"

"Kenapa katamu? Bagaimana bisa kau tidak sadar siapa yang kau hamili?!"

"Aku tahu Jessica dan saudaranya pernah membully Claretta. Semua yang kulakukan ini hanya bentuk tanggung jawab."

"Tanggung jawab menghamili tidak hanya membiayai dan memberi mereka tempat tinggal saja. Kau harus merawat mereka hingga tumbuh dewasa."

"Aku sudah banyak diceramahi. Biarkan ini menjadi urusanku."

Suddenly TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang