[14] Papa

844 61 1
                                    

NEW VERSION

🖤

Perjalanan dadakan menuju Moskow sesuai rencana Brahms tidak membuat Jessica pegal seperti saat ia melakukan penerbangan untuk tinggal di California. Itu karena pesawat yang dinaiki milik keluarga mereka. Harta yang ia punya dulu saja sangat jauh. Kekayaan luar biasa ini hanya sebanding dengan Aldevaro dan Rayan.

Bukan sarapan, makan siang, atau makan malam. Jika ke Moskow, Brahms mengajak ia dan Sea liburan! Jessica yang sudah merapikan pakaiannya harus berkemas karena mereka berangkat siang hari tepat setelah sarapan. Sial memang. Terlalu banyak masalah yang bersangkutan dengan Brahms melupakan cintanya terhadap Leo.

Mafia itu merubah dunia stresnya menjadi— semakin stres, tentu saja.

Untung saja Jessica ikut bahagia melihat Sea senang bersama Brahms. Mereka tampak seperti ayah dan anak yang kompak meski tidak memiliki hubungan darah. Brahms juga tidak semenyebalkan kemarin-kemarin. Karena sebelah tangan kekar Brahms bergerak menggenggamnya agar berhati-hati menuruni tangga pesawat. Brahms terus mendengar Sea berceloteh ria menggunakan bahasa bayi tanpa bosan di langit menggelap. Jangankan Jessica, para bodyguard pun merapatkan bibir yang hampir menganga terkejut melihat perbedaan Bos mafianya.

"Tetap awasi setiap pergerakan mencurigakan yang berpotensi mencelakai keluargaku." ujar Brahms penuh perintah.

"Baik, Tuan."

Brahms menyerahkan Sea pada Jessica sambil menyuruhnya segera ke mobil. Jarak antara bandara dan mansion orangtuanya tidak terlalu jauh, sebab Jayden sengaja mencari tempat tinggal yang mempercepat dirinya dan Lily pergi jika ada bahaya.

"Mereka datang, Jay!" pekik Lily antusias.

Jayden merapatkan tubuh kurus istrinya yang terbalut mantel. Dari halaman mansion, pasangan itu menatap Brahms yang berjalan bersama Sea dalam gendongan, sedangkan Jessica mengekori dari belakang.

"Siapa nama cewek itu? Aku lupa."

"Jessica Anastasya."

"Ah, iya-iya."

"Hey, mom, dad."

Jessica menunduk sopan.

"Hai Brahms, Jessica, and?" Lily mencolek hidung Sea gemas.

"Sea." jawab Brahms dan Jessica serempak.

"Yash! Si!" Sea berseru memperlihatkan gigi-gigi kecilnya.

Lily tertawa lepas kemudian meraih Sea memasuki mansion-nya, "Ayo bermain dengan grandma!"

Suaminya hanya menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir, "Kita bicara di dalam saja."

Mereka mengikuti Lily yang membawa Sea ke ruang TV dengan beberapa mainan Brahms sejak kecil.

"Dia manis sekali." puji Lily. Matanya tak lepas dari Sea yang bermain mobil-mobilan.

"Terima kasih, aunty."

"Tidak, Jessica, panggil aku dan Jayden seperti yang dilakukan Brahms. Kita keluarga."

"Kau—"

"Ya, aku dan Jayden sudah tau semuanya, Sayang. Jangan khawatir."

Suara lembut itu. Rasanya ia sedang berbicara dengan ibunya hingga air matanya tak sadar menitik. Di mana letak keluarga berdarah dingin yang Brahms bilang?

"Hei, kenapa kau menangis? Apa kata-kataku tadi ada yang menyinggungmu?"

"Kau mengingatkanku akan mama." lirihnya. "Rasanya sudah lama sekali."

Suddenly TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang