🖤
Jessica melucuti dress yang menjadi kain tak jelas akibat ulah Brahms. Ia berganti dengan piyama satin putih lalu berjalan menuju kamar mandi tergopoh-gopoh merasakan perih luar biasa setelah terobati, belum lagi ia sedang hamil. Jessica bukan tidak memedulikan tubuhnya atau bayi yang ada di perutnya. Hanya saja membayangkan Sea dan Brahms terkena air panas seperti yang ia alami tangisnya luruh. Sakit sekali entah kenapa.
Pelukan dari belakang dan ciuman di tengkuk mendongakkan kepalanya. Pantulan Brahms di cermin justru semakin memecah tangis. Jessica berbalik memeluk Brahms sangat erat, menangis kencang.
"I'm so sorry." Brahms membalas pelukannya, mengelus helaian rambut Jessica. "Berjanjilah untuk tidak melakukan hal-hal seperti itu lagi." ucapnya serak.
"Aku hanya tidak mau kau dan Sea terluka..." gumam Jessica lirih.
"Tapi kau yang terluka. Aku tidak mau hal seperti tadi terus terulang." Brahms mengecup pucuk kepala Jessica, "Sea juga pasti sedih jika tau kau terluka."
Jessica mengangguk lemah, "Di mana Sea?"
"Dia tidur bersama mom dan dad."
Jessica menjauh tanpa melepas pelukan sehingga Brahms bisa melihat matanya penuh oleh buliran air, "Dia benar-benar baik-baik saja?"
Brahms mengusap air mata Jessica, beralih mencium bibirnya, "Dia tidak terluka sedikit pun. Lebih baik kau tidur. Tubuhmu perlu istirahat."
Tangan Jessica mengerat di leher Brahms kala lelaki itu menidurkannya di ranjang lalu bergabung memeluk pinggangnya. "Tidurlah." kata Brahms seraya memejamkan mata.
Tapi perempuan itu memandang Brahms alih-alih memejam, "Brahms, kau sudah tidur?"
"Ada apa? Kau membutuhkan sesuatu?" balasnya tanpa membuka mata.
"Tidak." Jessica mengulas senyum, "Aku mencintaimu." Ia berkata tanpa suara sebelum akhirnya tertidur.
***
Sea melambai semangat di hadapan Lily dan Jayden, membuat mereka semakin sulit melepas bayi gemas itu pergi ke tempat tinggalnya— Los Angeles. Jessica yang sudah di mobil bersama Brahms membuka pintu lagi. Ia membisikkan sesuatu pada Sea, cukup terdengar jelas oleh Brahms.
"Beri grandma dan grandpa pelukan."
Lily mengecup Sea sambil menangis, "Kembali lagi ya? Temani grandma bermain."
"Dan temani grandpa menonton bola." tambah Jayden.
Sea menyengir lebar sambil mengangguk seperti kebiasaannya. Mereka mengembalikan Sea pada mobil yang dikendarai sopir kepercayaan mereka. Sepanjang perjalanan menuju Los Angeles bayi itu hanya tertidur lalu mengajak Brahms berceloteh sambil meminum susu dan memakan coklat ketika terbangun.
"Papa sudah kenyang. Sekarang giliran mama." Jessica mendekati Sea, mulutnya terbuka ingin disuapi.
Sebelum Sea memberikan sebungkus coklat, Brahms segera menyuapi Jessica. Tentu saja diganti dengan sebungkus rokok.
"Bwams!" pekik Jessica tak jelas.
"Tidak ada coklat. Aku akan membelikanmu banyak sayuran dan buah-buahan."
"Tapi bukan aku yang mau coklat, Brahms."
Errr, lagi-lagi Jessica menggunakan jurus memelas. Brahms jadi tidak tega sekaligus ingin membantingnya ke ranjang.
"Dua potong."
"Deal, papa!"
Sementara itu Lily berjalan masuk dari pekarangan rumahnya dengan Jayden yang selalu setia di sampingnya. "Kau terlihat tidak baik-baik saja, Jay." ujar Lily khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Trapped
Romance"Aku tidak percaya pernikahan. Aku hanya ingin hidup bersama membangun keluarga dengan ikatan yang kubuat sendiri." Brahms Rayan Carter adalah mafia berdarah dingin yang sangat mencintai sepupunya sejak kecil. Setelah memberi tempat tinggal sementar...