[21] Thief of Hearts

772 54 3
                                    

🖤

Brahms turun dari mobilnya sambil membawa banyak tas penuh mainan. Nyaris saja Sea terantuk pintu jika Brahms tidak cepat menahannya. Bayinya tetap asyik bermain mobil-mobilan di kamar barunya tanpa menyadari kedatangan sang ayah. Hingga tangan Brahms sengaja menghentikan mainan yang melaju ke arahnya.

Seperti biasa, Sea berlari dan melompat-lompat di hadapan Brahms digendong. Sang ayah langsung menurunkan barang-barangnya, beralih membawa bayinya menuju dapur karena biasanya Jessica selalu di sana saat jam makan malam. Namun nihil, tak ada siapapun yang memasak.

Perempuan hamil itu berbaring di sofa kamar mereka menghadap TV dengan mata bekas menangis. Brahms tahu betul sebabnya. Maka dari itu ia mengalah— Tidak, lebih tepatnya terpaksa menghampiri setelah membawa Sea untuk lanjut bermain di karpet kamar mereka agar mudah diawasi.

"Sudahi amarahmu. Aku hanya ingin mengetahui cara kau mandi."

"Semua manusia juga tahu apa saja yang dilakukan saat mandi." Jessica memunggungi Brahms, tampak merajuk seperti anak kecil butuh balon.

"Aku hewan, ajari aku cara mandi."

"Ya, kau anjing."

Glek.

Tanpa sadar Brahms menelan ludah. Kenapa mulut orang hamil sarkas sekali?

"Lalu bagaimana bisa kau mau dihamili oleh anjing sepertiku?"

"Karena anjing liar sepertimu nikmat saat seks. Puas?"

Brahms mengeluarkan kekehannya, ia memeluk pinggang Jessica dari belakang sembari menciumi kepalanya. "Aku sudah pulang. Tidakkah kau dan Sky merindukanku juga?"

"Tidak. Kami masih marah padamu."

"Kau berlagak seolah dilecehkan olehku."

"Kau memang melecehkanku."

"Tapi aku sudah melihat semuanya. Entah ini, ini, atau ini." balas Brahms dengan menyentuh tubuh Jessica diakhiri remasan bokong.

Jessica berbalik menunjuk wajah mafia itu emosi. "Dengar aku ya, mesum. Kalau kau sudah menjelajahi tubuhku kenapa kau harus melihat lagi di CCTV?"

Tangan kekarnya menurunkan jari Jessica, "Kau memilih dilihat oleh orang lain atau olehku?"

"Aku pilih atau."

Brahms melirik sekilas Sea yang ternyata sudah tertidur di karpet bulu bersama mainannya, lalu ia berpindah posisi menindih Jessica. "Kupikir kita harus mandi."

"Tubuhku tidak lengket."

"Aku bisa membuat tubuhmu lengket di sini agar kita bisa mandi."

"Brahms, kepalaku hampir meledak bicara denganmu."

"Aku bercanda." kekeh Brahms seraya berjalan menuju kamar mandi. "Kau boleh masuk jika ingin bergabung."

"Itu adalah ajakan paling tidak menyenangkan yang pernah kudengar seumur hidup."

Suara shower dan TV mendominasi ruangan. Jessica menidurkan Sea ke ranjang ia dan Brahms sementara kemudian ia kembali duduk di sofa melanjutkan tontonannya.

"Ana!"

Kepala Jessica menoleh malas, "Apa lagi?"

"Bisakah kau ambilkan aku handuk?!"

"Jangan berteriak. Sea bisa bangun karenamu." Jessica mendengus kasar. Ia bangkit mengambil asal handuk yang ada, setelah itu berhenti di depan pintu yang sengaja Brahms buka secukupnya. "Ini." lanjutnya sambil menyodorkan handuk.

Suddenly TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang