Suasana yang ada di dalam ruangan itu di penuhi oleh kebahagiaan sepasang insan yang kini sedang berpelukan.
"Ini masih awal perjalanan kita. Aku harap kita bisa terus bersama ke depannya"
Si wanita itu mengangguk. "Tentu, Chanyeol. Kita harus terus bersama dalam waktu yang lama"
Pria yang bernama lengkap Park Chanyeol itu melepaskan pelukannya, kemudian ia menangkup wajah si wanita. "Sekali lagi selamat ulang tahun pernikahan kita yang pertama, Wendy"
"Selamat untuk mu juga, Chan"
Chanyeol mengecup bibir wanita itu sekilas, kemudian tersenyum. "Aku lapar"
Wendy Son, wanita itu mengangguk. "Ayo, aku sudah menyiapkan makanan spesial untuk mu"
"Benarkah ?"
"Iya" jawab Wendy sembari menarik Chanyeol untuk segera pergi ke meja makan.
"Wah..terlihat sangat lezat. Kau yang membuatnya kan ?"
"Tentu saja. Aku membuatnya sendiri"
"Emm..aku sudah tidak sabar memakannya"
"Kalau begitu ayo kita makan"
Chanyeol mengangguk. "Ayo, kita-"
Tiba-tiba ponsel milik Chanyeol berbunyi. "Duh, siapa sih yang menelepon ? Ganggu saja" ia pun segera mengambil ponsel di sakunya.
"Siapa ?" Tanya Wendy.
"Yura nuna ingin melakukan panggilan video"
"Kalau begitu angkatlah"
"Iya"
Setelah Chanyeol mengangkat panggilan itu, dapat terlihat ada 4 orang di sana.
"Selamat hari jadi pernikahan kalian ya!!!"
Chanyeol dan Wendy tersenyum. "Terima kasih"
"Kalian sedang makan malam ya ?" Tanya Yura, kakak perempuan Chanyeol.
"Iya, kami baru saja akan makan malam"
"Sebenarnya tadi kami berpikir untuk mengunjungi kalian dan mengucapkan selamat secara langsung. Tetapi kami pikir itu akan mengganggu waktu kalian" kata Junsu, suami Yura.
"Apaan hyung ini. Seharusnya kalian datang saja. Aku yakin suasananya akan menjadi lebih menyenangkan jika kalian ada di sini juga"
"Ohh iya nak Wendy, apa yang diberikan oleh Chanyeol sebagai hadiah ?" Tanya ayahnya Chanyeol.
"Chanyeol belum memberikan hadiah pada ku, ayah"
"Belum ? Wahh..Chanyeol, cepat berikan hadiah pada nya"
Chanyeol terkekeh. "Iya, aku akan memberikannya nanti"
"Lalu kapan kau akan memberikan hadiah mu ? Chanyeol sudah menunggu seorang bayi dari mu" kata ibu Chanyeol.
Suasana pun tiba-tiba berubah. Semuanya berhenti tersenyum dan sedikit terkejut karena ibu Chanyeol menanyakan hal itu.
Wendy berusaha tetap tersenyum. "Aku masih berusaha, ibu"
"Berusaha saja terus, tapi tak ada hasilnya. Apa jangan-jangan kau mandul ya ?"
"Ibu, apa yang ibu bicarakan ?" Kata Yura. "Ibu jangan bicara seperti itu padanya"
"Biar saja, ibu tak peduli"
Chanyeol segera melirik Wendy yang sedang menunduk. "Sudah dulu ya, aku lapar dan ingin segera makan"
"Baiklah, kalian bersenang-senanglah. Sampai jumpa besok, dah~"
"Dah~" kata Chanyeol sebelum akhirnya telepon di putuskan.
Chanyeol menyimpan ponselnya di atas meja begitu saja, kemudian menoleh ke arah Wendy yang sedang menunduk sembari meremas-remas tangannya sendiri.
Satu tangan Chanyeol pun mendekat dan menggenggam tangan Wendy. "Kau tidak perlu memikirkan perkataan ibu, ya. Jangan di ambil hati"
Tetapi Wendy tak menjawab dan tetap menundukkan kepalanya.
Dengan tangannya yang lain, Chanyeol menyentuh dagu Wendy dan membuat wanita itu menatap ke arahnya. "Bukankah ini hari bahagia kita, hm ? Ayo tersenyumlah. Aku tidak ingin ada kesedihan"
"Ayolah"
Perlahan Wendy mulai tersenyum, walaupun itu terlihat di paksakan.
"Sudah ah, ayo kita makan saja"
°°°
Chanyeol baru saja keluar dari kamar mandi. Dan dia tidak melihat Wendy di kamar.
Dahinya mengernyit. "Wendy kemana ?"
Ia pun segera keluar dari kamar dan mencari Wendy. Tapi dia tidak melihatnya sama sekali di dapur maupun di ruang tengah.
"Say-" ucapannya terhenti saat melihat gorden yang terangin-angin. Dan ia baru sadar kalau pintu kaca menuju ke balkon terbuka.
Ia pun mendekat.
"Hiks.."
Chanyeol langsung menoleh saat mendengar itu. Dan yang ia lihat adalah Wendy yang sedang duduk di lantai dekat pagar balkon apartemen ini sembari memeluk kedua kakinya yang di tekuk.
Sontak Chanyeol langsung bertekuk lutut di dekat Wendy dan mengusap kepalanya. "Wendy, ada apa ? Kenapa kau menangis ?"
Wendy tak menjawab dan tetap pada posisinya.
"Sayang, ada apa ?"
Selama beberapa saat pun Chanyeol terdiam dan berpikir. "Apa kau masih memikirkan perkataan ibu tadi ?"
Dan karena Wendy tidak menjawab, itu membuat Chanyeol yakin.
"Sudah ku bilang kan, itu tidak perlu di pikirkan. Kau-"
Wendy pun mengangkat kepalanya dan menatap Chanyeol dengan matanya yang sangat basah karena air mata. "Maafkan aku, Chanyeol. Aku belum bisa memberikan mu seorang anak"
Chanyeol menggeleng. "Kenapa minta maaf, hm ? Mungkin kita memang belum di takdir kan untuk memiliki seorang anak. Tidak apa-apa kok"
"Bagaimana jika perkataan ibu ternyata benar, bahwa aku mandul ?"
"Wendy, yakinlah kalau kita bisa memiliki anak, hanya saja ini belum waktu yang tepat"
Chanyeol pun menangkup wajah Wendy. "Dan jika perkataan ibu memang benar, tidak apa-apa. Aku akan menerimanya dengan lapang dada. Karena aku mencintai mu dengan sangat tulus, Wendy"Air mata yang menetes pun semakin deras, dan Wendy kembali menunduk.
Tapi Chanyeol kembali menggerakkan tangannya dan menyuruh Wendy untuk menatapnya. "Berhentilah menangis, ya ? Aku tidak suka melihat mu menangis seperti ini"
Wendy tak menjawab. Dan dia langsung memeluk Chanyeol dengan erat.
Chanyeol membalas pelukan itu dan satu tangannya mengusap-usap kepala Wendy. "Sudah dong. Padahal seharusnya ini adalah hari bahagia kita"
Setelah beberapa menit, akhirnya tangisan Wendy pun reda.
"Ayo kita ke kamar, ini sudah malam. Permainan kita jadi tertunda kan"
Sontak Wendy langsung memukul dada Chanyeol dan membuat pria itu terkekeh.
"Ayo"
Chanyeol pun membawa Wendy masuk ke dalam kemudian mengunci pintu balkonnya terlebih dulu.
°°°
Hai👋
Selamat datang di cerita baru ku~
Semoga kalian suka ya sama cerita nya🤗
Happy reading~JANGAN LUPA VOTE & COMMENT NYAA..👌
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
Fanfiction~COMPLETE~ "Sejak awal, Chanyeol adalah milik ku. Dan pada akhirnya dia akan kembali pada ku" [Started : 26-08-2021] [End : 24-01-2021 ] ● Baca juga cerita ku yang lain yaa😊