31 • Kata Rayyan

2.8K 181 20
                                    

Malam itu, setelah percakapan keduanya berakhir dengan dentuman keras dari pihak Ray dan panggilan terputus begitu saja, telinga Rion berdenging dengan keras untuk waktu yang lama. Membuat pelayan di sana kelimpungan mencari bantuan dari orang terdekat. Tak lama, Karen datang dengan anak buahnya. Membawa Rion ke rumah sakit, tapi yang Rion lihat di sekelilingnya adalah rasa risau yang mulai membuncah. Ia bisa melihat Nia yang menggigit jarinya sendiri untuk menghilangkan rasa gelisah. Dan juga Arnold yang berlari tak kenal arah ketika ia baru saja menginjakkan kaki ke rumah sakit. Walau samar, ia bisa dengan jelas mendengar Arnold menyebut nama Rayyan berulang kali. Hingga punggungnya tak terlihat kembali.

Rion sudah merasa lebih baik ketika jarum infus sudah tertanam pada tangannya. Dan semua terdengar samar, hingga ia terlelap dalam tidurnya. Ia terkena serangan panik, membuatnya kehilangan banyak energi walau ia sendiri tak melakukan apapun.

Ketika sadar dunianya sudah berubah. Dia berharap ketika ia membuka mata, bisa melihat Ray yang menatap nyalang dirinya yang belum bangun walau waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Tapi bukan itu yang ia temui. Hanya senyap, dan juga Langkat terburu yang datang dari luar. Itu Nia, dia langsung masuk dan memeluk Rion dengan kencang.

"Tidak apa-apa...kamu tenang ya?! Semua akan baik-baik saja..." Kalimat itu terdengar seperti sebuah hiburan untuk anak yang kehilangan sebuah mainan. Karena itu memang terjadi. Rion kehilangan Rayyan.

🍀🍀🍀

Kala itu, Ray memang diikuti dengan mobil yang ia sendiri tak tau siapa pengemudinya. Ia berlari menghindari mobil itu, tapi setelah ia berbicara dengan Rion, Ray lengah. Hingga tabrakan itu terjadi. Mobil itu menerjang tubuh Ray dengan kuat, ia terlempar ke belakang. Menghantam aspal dingin di tengah sepinya jalanan menjelang malam. Orang itu Sasha. Kenapa ia repot-repot menghabisi saudaranya jika Rayyan sendiri bisa ia habisi dengan mudah?!

Setelah menabrak Ray, Sasha melajukan mobilnya dengan kencang. Menghindari saksi mata yang mungkin saja melihat tindakannya. Ray ditemukan anak buah Karen setelah beberapa menit berlalu. Ray kehilangan banyak darah. Hingga mereka membawa Ray ke rumah sakit terdekat. Kemudian sebagian dari mereka mengejar Sasha yang sempat terlacak keberadaannya.

Tidak ada yang tau terjadi apa setelahnya. Karena saat Arnold mengetahui keadaan Ray, semua hilang begitu saja. Arnold menghilang, bersama dengan Rayyan yang semua orang tak tau bagaimana keadaannya. Mereka hilang begitu saja, tanpa jejak, tanpa ada pesan untuk Karen dan yang lainnya.

Bukan hanya Arnold dan Rayyan, keesokan harinya, Renand juga tidak di temukan di dalam kamarnya. Dia menghilang. Jangan tanyakan bagaimana Shan mengamuk dalam rumah itu. Membanting setiap benda yang ia temui bak seorang induk yang kehilangan anaknya. Mereka tak bisa berkata apa-apa. Tak ada yang bisa dilakukan setelahnya.

Arnold dan kedua anaknya menghilang. Dan sejak itu, dunia yang Rion tempati juga mulai berubah.

Bukan bangkit untuk mencari di mana keberadaan Ray, Rion malah jatuh terlalu dalam. Ia begitu menyedihkan hingga tak Meu menyentuh makanannya. Tubuhnya menjadi kurus, lebih dari sebelumnya. Ia tertekan dengan apa yang terjadi pada Rayyan, mengelakkan dirinya atas apa yang menimpa remaja itu. Semuanya sudah berakhir. Itulah akhir untuk Rion dan Rayyan. Atau, mungkin saja bukan.

🍀🍀🍀

Rion POV...

Jika kalian bertanya seperti apa orang yang kehilangan dunianya, maka lihatlah aku. Dulu aku sangat bersyukur kembali bertemu dengannya. Berfikir kita tak akan kembali berpisah. Maka dengan cepat aku lupa bahwa ada Tuhan yang bisa memisahkan kami dengan mudahnya. Dulu, aku berfikir kalau hadirnya adalah pelipur lara bagi setiap orang. Bahkan aku sendiri merasakan bagaimana perubahan jika berada di dekatnya. Dia sendiri melihat kami dengan sisi yang berbeda.

Kata Rayyan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang