BAB 9 : PAPAH DAN HARI IBU (1)

275 57 7
                                    

Hari yang membahagiakan untuk dirayakan oleh semua orang, terutama ketika orang yang seharusnya ikut merayakan bisa berada di sisi kita.

Ibu...

Sosok malaikat tanpa sayap yang akan selalu merawat dan melindungi kita, rela mempertaruhkan nyawanya untuk kita—sang buah hati.

Beruntung bagi mereka yang masih memiliki sosok malaikat tersebut, lalu bagaimana dengan ‘mereka’ yang sudah tidak punya?

Begitupun dengan kedua anak Draken, Mikey dan Minnie.

***

Saat ini di sekolah Minnie dan Mikey akan diselenggarakan sebuah acara bertema ‘Hari Ibu’, Draken sedang bersiap untuk menuju ke sekolah sang anak.

Draken diberitahu oleh wali kelas putrinya, bahwa putrinya itu akan tampil dengan membawakan sebuah puisi sebagai perwakilan tiap kelas.

Hal ini membuat Draken tersenyum ketika mengingat perkataan wali kelas sang anak, dirinya sangat bangga.

Lalu, bagaimana dengan Mikey? Apakah Mikey juga terpilih untuk menjadi perwakilan?

Jawabannya TIDAK, Mikey menolak untuk tampil dan memilih untuk memberikannya pada yang lain.

Draken akan melihat penampilan anak perempuannya, dan harus melihatnya.

Tring~

Takemicchi (2 pesan masuk)

Sebuah pesan masuk dari Takemichi menyadarkannya.

[Bang, nanti gue sama bini gue dateng ke sekolah anak lu ya]
[Oh iya, anak Touman juga pada nyusul nanti]

Draken mengernyitkan alisnya, ketika melihat pesan bahwa teman-temannya yang lain juga akan menyusul, ‘rusuh pasti’ batinnya.

[Iya, dateng aja. Jangan rusuh, gue yang malu nanti]

Balasanya disertai dengan sebuah kekehan kecil. Sadar bahwa saat ini waktu sudah hampir mepet, Draken mempercepat kegiatannya.

***

Brummm!

Suara knalpot dari motor Kawasaki Zephyr 1100 milik Draken terdengar garang ketika melewati jalan raya, menuju ke sekolah kedua anaknya.

Sepanjang jalan, ia tak bosan untuk tersenyum hanya karena ingin melihat penampilan putri kesayangannya. Ia ingin merekam sang anak melalui mata dan berharap akan selalu bisa terekam di dalam otaknya, lalu juga ingin merekam melalui ponselnya agar teman-temannya tahu kalau putrinya hebat.

Kini, Draken sudah sampai di halaman sekolah kedua anaknya. Dia menuntun motornya ke arah parkiran, takut menganggu orang lain karena suara motornya tersebut.

Kakinya melangkah menuju ke aula, tempat diadakannya acara.

Netranya kini menelusuri setiap ruangan, berharap menemukan sang anak.

Dalam hatinya terus berdoa semoga dia tidak telat dan masih bisa melihat penampilan sang anak, dia tidak ingin anaknya kecewa karena dirinya tidak datang.

Seorang gadis kecil sedang bersiap di tempatnya, terlihat sangat gugup.

Ingin sekali Draken menghampiri sang anak dan berusaha untuk menenangkannya, tetapi dia urungkan begitu melihat anaknya kini ditenangkan oleh gurunya.

Drrrrt Drrrrt

Ponsel Draken bergetar, tanda telepon masuk.

Dilihatnya nama yang tertera ‘Takemicchi’, segera ia angkat.

“Halo, bang Draken. Lagi di mana? Gue sama Hina, sudah sampai di sekolahnya Minnie dan Mikey.”

“Langsung ke aula, gue tunggu di depan pintu. Lu berdua doang? Yang lain jadi ke sini?”

“Iya bang, cuma beberapa doang. Palingan Pah-chin sama istrinya, Peh-yan, Baji, Mitsuya, sama bang Shuji.”

“Oh iya, sisanya bilang gak bisa datang terus cuma titip salam buat bang Draken.”

PAPAH DORAKENGKUNG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang