“Draken tertusuk saat di festival, pelakunya juga belum diketahui,”
“.....”
“Oi, Emma...”
“...Kamu nangis?”
***
“PAPAHHHHHHH~” ucap kedua anaknya serempak.
“Papah kok lama?!”
“Papah ngapain aja sih di sana?”
“Kok gak telpon kita? Bunda, kata Bunda kalau Papah pulang mau kasih kabar?”
“A-ahahaha.”
“Papah sengaja gak kasih tau kalian, termasuk ke Bunda Hina atau Om Takemicchi.”
Berbagai pertanyaan terlontar dari bibir kecil anak-anaknya.
Diam-diam sebuah senyum tipis diberikan kepada pasangan suami istri di hadapannya, dirinya sangat bersyukur memiliki teman seperti mereka yang mau menjaga kedua anaknya selama ia ada di rumah sakit.
Untungnya, Draken sudah menyiapkan hadiah untuk kedua anaknya agar terlihat benar-benar seperti habis pulang dari luar kota. Tentunya dengan bantuan Chifuyu.
Tak lupa membawa sedikit ‘Ucapan terima kasih’ untuk Hinata dan Takemichi karena sudah sering membantunya.
Yang awalnya ditolak namun akhirnya berhasil diterima, berkat dirinya yang terus memaksa.
***
Suara dentingan alat makan terdengar bersahutan.
Chifuyu, Naoya, dan Souta ikut makan di rumah keluarga Hanagaki karena ajakan dari pemilik rumah. Mau tidak mau mereka ikut makan, dikarenakan mereka yang memang belum sempat makan setelah beberapa jam ada di ruang rawat inap Draken sebelum teman mereka itu dinyatakan sudah boleh pulang.
“Papah, kemarin Dede sama Abang punya teman baru,” ujar sang anak disela-sela makan.
Hal itu menarik perhatian semua orang yang ada di ruang makan, termasuk sang Papah.
“Wih, kenalin dong temannya ke Om Cipuy. Siapa nama temannya?”
“Inupi, Kak Akane, sama Koko. Mereka tetangga baru Bunda, iya 'kan Bun?”
Mendengar namanya disebut, Hinata mengangguk membenarkan perkataan ‘Anak-anaknya’ itu.
Draken yang posisinya berada di tengah kedua anaknya, mengelus surai lembut sang putri.
“Kalian gak berantem 'kan sama teman barunya?” pertanyaan keluar dari bibir Draken seraya menaikkan sebelah alisnya, dan hal itu ia tunjukkan kepada Mikey.
“Abang gak berantem kok, tanya aja sana ke Inupi sama Koko.”
“Iya benar, mereka berdua gak berantem kok. Malah teman baru mereka terlihat nyaman bermain dengan mereka.”
“Syukurlah, jangan berantem kalian kalau main! Terutama Mikey, jangan ditendang lagi temanmu!”
Mendengar perkataan sang Ayah yang penuh dengan penekanan serta aura yang menyeramkan, membuat Mikey bergidik ngeri.
Kringggggggg~
“Halo?”
“.....”
“Halo? Oi, siapa nih? Kalau tidak jawab juga, saya matikan telponnya!”
Tuuuuuuut—
***
“Tadi gue dapet kabar dari anak buah gue, kalau pelakunya salah satu anggota Moebius. Geng yang dulu pernah Draken lawan dan mantan gengnya Hanma.”
“Siapa namanya?”
“Mahito, Ogawara Mahito. Lu sama Hanma, kenal mereka?”
“Mahito?” kernyitan pada dahi menandakan bahwa Draken saat ini sedang berpikir, Mahito? Siapa dia? Dan sepertinya, ia pernah mendengar nama itu sebelumnya.
“Gue gak kenal, tapi gue pernah dengar namanya. Gue lupa pernah dengar di mana dan kapan, kalau Hanma sih gue gak tau dia kenal atau gak.” ujarnya menambahkan.
“Gue coba tanya ke orangnya langsung. Sebentar, gue telpon dulu.”
Tuuuuuuuuut~
Cklik!
“Hm, ngapa Puy? Gue masih di kantor.”
“Lu kenal Mahito anak Moebius?”
“Gini bro, kalau Mahito sih gue gak kenal dia yang mana. Tapi kalau lu jelasin secara lengkap, mungkin gue tau,”
“Secara itu geng 'kan termasuk banyak pengikutnya, jadi ya gue gak kenal banyak. Lagipula gue gak berurusan lagi sama mereka, tapi gue masih punya kekuasaan di sana.”
“Duh! Gue baru dapet info tentang namanya doang, Bang. Nanti deh gue kabarin lagi.”
“Dia pelakunya?”
“Anak buah gue kasih infonya sih gitu, dia juga gue tugasin jadi mata-mata buat masuk ke Moebius.”
“Gue bantu cari info, tapi bilang ke anak buah lu untuk hati-hati.”
“Siap, Bang!”
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPAH DORAKENGKUNG (END)
RandomIf you are reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD OR OFFICIAL ACCOUNT, you are very likely to be at risk of MALWARE attack. If you wish to read this story in it's ORIGINAL, SAFE, FORM, please go to >> https://www.wattpad.com/use...