“Yo! Bang Draken!”
“Yo! Takemicchi, Hina!”
“Minnie sudah tampil, bang?”
“Hm? Oh, belum. Masih ditenangkan sama gurunya, gugup dia.”
Takemichi dan istrinya sudah sampai di aula, tempat diselenggarakannya acara.
Sedikit berbincang sebelum mereka kembali masuk ke dalam, sesekali netranya memperhatikan sang anak. Senyum tipis kini terukir di bibirnya, merasa bahwa si anak sudah merasa tenang.
Dirinya terus saja mengatakan ‘Ayo sayang, Minnie pasti bisa! Papah percaya itu.’
Kali ini giliran nama sang anak yang dipanggil untuk maju ke depan, netranya mencari kehadiran orang tua satu-satunya yang ia punya.
Senyum terlukis di wajah cantik nan mungil miliknya, senyum yang disenangi oleh sang papah.
Menghembuskan napasnya perlahan, mencoba untuk menetralkan rasa gugupnya. Dirinya tidak ingin papahnya merasa malu atau kecewa, karena kegugupannya yang bisa menghancurkan semuanya.
“Halo. Perkenalkan, namaku Ryūguji (Y/n). Aku perwakilan dari TK B, kelas Lavender,”
“Aku ingin membacakan sebuah puisi berjudul ‘Malaikatku’”
Setelah mengenalkan diri sebagai permulaan, dirinya kini kembali bertatapan dengan netra indah milik papahnya.
Papahnya tersenyum!
Sekali lagi, dirinya menarik napas perlahan lalu menghembuskannya agar menjadi lebih tenang.
“Ibu...
Kau adalah malaikatku
Kau adalah segalanya bagiku
Dalam suka maupun duka
Di manapun kau berada,
Aku akan selalu berdoa untukmuIbu...
Kau mempertaruhkan nyawamu, hanya untukku
Hanya untuk buah hati yang kau sayangi
Hanya untuk buah hati yang kau cintaiKau rela mengorbankan waktu istirahatmu, hanya untuk diriku
Ibu...
Apapun yang kau lakukan untukku
Tidak akan bisa terbayar olehku
Dengan uang berjuta-juta
Bahkan dengan ribuan berlian
Tidak akan sanggup untuk membayar semuanyaIbu...
Terima kasih, aku selalu menyayangimu.”
Air mata perlahan turun membasahi Draken dan juga Minnie, Hinata yang menyadari segera mengusap perlahan punggung tegap Draken.
Sebuah tangan kecil mengenggam tangannya, seorang anak lelaki berambut sama dengannya, kini tengah menatapnya dengan tatapan yang polos.
Memeluk papahnya dengan sangat erat.
Suara tepuk tangan terdengar begitu Minnie selesai membacakan puisi, orang-orang yang mendengarnya merasa terharu. Begitupun juga dengan teman-teman Draken.
Setelah membacakan puisi, Minnie langsung berlari ke arah sang papah dan mengatakan, “Selamat Hari Ibu, pah. Karena Minnie dan abang gak punya mamah lagi, jadi Minnie ucapinnya ke papah, gak apa 'kan?” tanyanya.
“Iya nak, gak apa. Tapi kenapa ke papah?”
“Soalnya papah bukan cuma jadi papah saja, tapi juga bisa jadi seorang mamah buat kita. Papah keren! Mamah pasti bangga sama papah!”
Tanpa mereka sadari, sesosok perempuan berambut pirang sedang menahan air matanya agar tidak turun begitu mendengar perkataan anak tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
PAPAH DORAKENGKUNG (END)
De TodoIf you are reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD OR OFFICIAL ACCOUNT, you are very likely to be at risk of MALWARE attack. If you wish to read this story in it's ORIGINAL, SAFE, FORM, please go to >> https://www.wattpad.com/use...