BAB 20 : PERTEMUAN

100 22 0
                                    

“Mau ke mana?” tanya Emma pada seorang pria yang memiliki postur lebih tinggi darinya dan berambut hitam kelam.

“Ah... Itu....”

“Mau ke mana?” tanyanya sekali lagi.

“Hah... Markas Moebius.” jawab sang pria sembari menghela napas lelah.

“Ngapain?”

“Kamu di sini aja, bahaya!”

“Ngapain?”

“Oke, Draken dan yang lainnya lagi ada di markas Moebius. Mahito pelakunya, sekarang aku diminta untuk datang ke sana.” ucap si pria, pandangannya kini menatap ke arah netra milik Emma.

“Aku ikut!”

“EMMA!!”

***
Brummm!

Kini, Emma sedang berada di jalan menuju ke arah markas Moebius berkat dirinya yang bersikeras untuk ikut. Hal ini dengan terpaksa disetujui tetapi dengan syarat, Emma tidak boleh masuk ke dalam markas.

Perasaannya tidak tenang setelah mengetahui bahwa Draken sedang berhadapan dengan Mahito, ia tahu kalau Mahito adalah orang yang berbahaya.

Meskipun mereka dulunya adalah sahabat semasa kecil, tetapi kini semuanya berbeda.

Mahito menyukai Emma sebelum Emma menyukai Draken, Mahito yang merasa sakit hati berusaha agar Emma menjauhi Draken bahkan rela melakukan apapun agar Draken pergi jauh.

Namun, hal yang membuat Mahito lebih sakit hati adalah ketika mengetahui wanita yang disukainya menangis karena Draken lebih memilih sang kembaran daripada memilihnya. Membuat sang wanita pergi hingga keberadaannya tidak diketahui.

Jika ada rumor yang mengatakan bahwa Mahito adalah seorang pria yang suka ‘mempermainkan wanita’ dan bersikap kasar, itu tidak sepenuhnya salah.

Mengapa?

Karena faktor keluargalah yang membuatnya seperti itu, ditambah wanita yang disukai bahkan dicintainya lebih memilih menangisi pria yang tidak mencintainya.

***
Dulu, ketika Mahito masih kecil. Kira-kira berusia 5 tahun, dirinya hidup bahagia bersama kedua orang tuanya.

Namun, sang ibu ketahuan berselingkuh dan hamil oleh ayahnya. Karena kejadian itu membuat kedua orang tuanya setiap hari bertengkar, bahkan ayahnya menjadi pecandu minuman beralkohol dan obat-obatan.

Sang ayah kerap melakukan kekerasan kepadanya. Mahito kecil pernah mendapat tamparan di pipi sebelah kanan untuk pertama kali karena hal yang sepele, yaitu tidak sengaja menjatuhkan gelas minuman yang berisikan alkohol milik sang ayah.

Hingga berbagai macam kekerasan yang dilakukan oleh sang ayah pernah dirasakannya, dan membuatnya ingin mengakhiri hidup.

Suatu ketika, saat itu Emma melihat Mahito sedang berada disebuah jembatan. Emma mengira jika Mahito akan melompat dari jembatan, dengan segera Emma menarik tangan Mahito dan memarahinya.

Mendengar suara Emma yang tengah memarahinya, membuat mahito terdiam sejenak. Ditatapinya Emma dengan ekspresi kebingungan.

“Bunuh diri? Siapa yang bunuh diri?”  itulah yang ada di benak Mahito.

Memang, sebelumnya ia ingin bunuh diri dengan melompat dari jembatan dan hanyut terbawa arus sungai atau berdiri di tengah jalan saat ramai kendaraan misalnya. Tapi kalau melompat dari sungai, dirinya tidak bisa berenang dan nanti akan tenggelam. Begitu juga jika ia berdiri ditengah jalan dan tertabrak, pasti rasanya sakit sekali.

“Namamu siapa? Aku Emma!” tanya Emma kecil seraya mengulurkan tangan.

“A-aku, namaku Mahito. Ogawara Mahito!” ucap Mahito dengan sebuah cengiran khas anak-anak, tak lupa menyambut uluran tangan Emma.

Setelah kejadian itu, Emma dan Mahito menjadi semakin akrab sampai akhirnya Mahito mengenalkan Emma pada Draken.

Namun yang terjadi, Emma malah memiliki perasaan pada Draken dan Mahito mengetahuinya dari gelagat Emma.

Saat mereka beranjak dewasa, rasa benci Mahito terhadap Draken semakin kuat ditambah bahwa wanita yang disukainya sejak kecil kini tidak diketahui kabarnya. Menghilang bak ditelan bumi.

Dirinya terus menerus menyalahi Draken.

Kabarnya, kini ayah dari Mahito sudah meninggal akibat overdosis obat-obatan. Ibunya juga sampai saat ini tidak mau mengakuinya sebagai anak, dan lebih memilih hidup dengan keluarga barunya.

***
Emma dan pria yang bersamanya kini sudah sampai di markas Moebius. Sesuai janjinya, Emma akhirnya hanya melihat keadaan dari luar dan tentunya secara diam-diam.

Dirinya melihat wajah Mahito yang babak belur, mengingatkannya pada saat mereka masih kecil. Yang mana saat itu Emma mengira Mahito akan bunuh diri, ditambah dengan luka disekujur tubuh terutama pada bagian wajah.

Sesaat Emma menyadari, kalau yang tengah berhadapan dengan Mahito adalah Draken... Disaat itu Emma berpikir, ‘Apa Draken yang memukulinya?’

PAPAH DORAKENGKUNG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang