#17

363 67 6
                                    

- Takut

Ini bukan pertama kalinya Radhika mengunjungi sang putra, namun tetap saja pertemuan keduanya bisa dihitung dengan jari.

Radhika mengamati rumah kontrakan yang bisa dibilang sempit dan sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan kediamannya. Sudah berkali-kali sebenarnya pria itu menawarkan Kala untuk tinggal bersama atau membelikan kamar apartemen, tetapi selalu ditolak.

Melihat dinding yang begitu kosong, Radhika berharap bisa menemukan foto Kala dipajang. Ah, ia baru sadar tidak memiliki satupun foto putranya sejak lahir sampai sekarang.

Wajar saja, Radhika bahkan tidak ada di samping Kala saat anak itu dalam masa pertumbuhan. Melihat balita belajar merangkak, berjalan, dan memanggilmu 'papa', Radhika tak mengalaminya satupun.

Semua orang tahu waktu tidak bisa diputar, dan Radhika baru menyadarinya sekarang.

"Ekhem."

Radhika menoleh dan tersenyum lebar melihat siapa di hadapannya saat ini. "Kala, sudah pulang?"

Kala mengangguk. Radhika mendekat, ingin sekali rasanya untuk memeluk. Namun Kala seperti menghindar, anak itu memilih mendudukkan pantatnya di sofa.

"Ah, ayo makan dulu. Papa beliin banyak makanan karna papa gak tau kamu sukanya apa. Ini kamu pilih aja mau makan yang mana."

Pria itu dengan semangat membukakan kotak-kotak yang berjejer di meja. Kala kemudian mengambil asal salah satu box untuk ia makan. Padahal sebelum pulang tadi ia sudah makan dengan Naka.

"Kamu sehat kan, Nak?" tanya Radhika tanpa melepas pandang matanya pada sang putra.

Kala mengangguk.

"Sekolah kamu lancar?"

Kala kembali mengangguk.

Astaga, canggung sekali. Topik apa lagi yang bisa dibahas?

Faktanya Kala memang lebih dekat dengan mamanya ketimbang papa. Bahkan Kala belum pernah memanggil pria di depannya dengan sebutan 'papa'.

"Kamu ada pengen sesuatu nggak?" Radhika kembali membuka suara.

Dan kali ini Kala balas dengan gelengan.

Rasanya sakit sekali. Tidak, bukan salah Kala. Radhika yang salah, ia yang terlalu abai dan hanya melihat dari jauh. Radhika menyayangi Kala, sangat. Hanya saja terlalu banyak keraguan di hatinya untuk meraih Kala.

Radhika bahkan tidak bisa mempertahankan wanita yang ia cintai, lalu bagaimana ia bisa menjaga Kala?

Atau mungkin dirinya saja yang terjatuh terlalu dalam hingga lupa masih ada alasan untuk bangkit.

"Aku capek, mau tidur."

Bagi Radhika, kalimat tadi adalah cara Kala mengatakan ingin mengusirnya.

"Iya, kamu tidur gih. Papa sebentar lagi pulang," ucap Radhika.

Kala mengunci pintu kamarnya. Ia menangis tanpa suara. Sikap papanya membuatnya teringat dengan sang mama. Kala takut kembali ditinggalkan.

*****

- Tolong

[roomchat Kala]

Tuan Radhika

|Makanannya masih banyak jadi papa taruh di kulkas
|Besok tinggal diangetin ya, Nak
|Papa pulang
|Nanti papa akan datang lagi

Tolong jangan bersikap seperti ini kalau ujung-ujungnya bakal ninggalin aku sama kayak mama|

*****

You Make Me ✔ | hyunlix lokal au Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang